Cokelat dan Vanila

3K 348 12
                                    

Aku suka cokelat, sukaaaaa sekali. Bahkan parfum yang aku gunakan pun memiliki aroma cokelat yang manis. Pun sama dengan lotion, shampoo, creambath dan lainnya yang memiliki aroma cokelat. Tapi aku benci vanila. Sama seperti aku benci dengan warna hijau stabilo juga dengan aroma menyengat spidol dan sejenisnya.

Tapi, Levi suka vanila. Suka sekali, sampai aroma tubuhnya seperti vanila. Seperti saat ini saat kami tengah berada di kedai es krim di dekat sekolah, Levi memesan satu mangkuk es krim vanila dengan taburan oreo dan saus vanila di atasnya. Kalau ditanya mengapa kami berada di sini, jawabannya simpel, karena kami tengah menunggu Melly.

"Lo mau gak?" Tawarku, tapi Levi langsung menggeleng, "gak. Gue benci cokelat."

Aku mendengus, "mana ada orang yang benci cokelat."

"Ada, gue," Levi menunjuk dirinya sendiri. "Lo sendiri gak suka vanila."

"Iya sih, abis baunya itu lho, gak enak," aku langsung menutup cuping hidungku saat Levi menyodorkan satu sendok es krim vanila di hadapanku. "Bau, Levi."

Levi malah tertawa kemudian menyuapkan sendok es krim tadi ke mulutnya. Aku harap saat-saat seperti ini terus berlanjut. Di mana hanya ada aku, Levi dan mangkuk es krim. Walau rasa es krim yang kami sukai berbeda, aku malah merasa semakin dekat dengannya. Saat-saat seperti ini membuatku memiliki harapan akan adanya kita.

"Hei," Melly datang dengan dua skruk yang menahan tangannya dan sebuah senyum manis. Di belakangnya ada seorang cowok dengan rambut cokelat gelap dan agak ikal. Tampangnya sih ganteng, tapi cuek dan ngeselin banget. "Maaf telat ya, tadi ada sedikit masalah."

Aku mengangguk, "gak apa, kalian pesan aja dulu."

Tak lama seorang pelayan datang dengan dua buku menu di tangannya kemudian ditaruh di hadapan Melly dan -cowok yang aku rasa adalah adiknya Alex- Alec. Cowok itu tampak tak berminat dengan manu di hadapannya kemudian menghela, "saya Tropicana aja."

"Saya es krim stroberi dengan waffle," putus Melly akhirnya.

"Saya ulangi ya, satu tropicana dan satu es krim stroberi plus waffle, ada tambahan?"

Keduanya menggeleng kemudian pelayan itu pun pergi.

"Oh ya, ini Alec," Melly memperkenalkan. "Adiknya Alex."

"Halo," ucapku dan dia hanya mengangguk.

"Sebenernya aku mau ngasih sesuatu buat kak Mili," Melly mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Sebuah undangan berwarna baby pink. "Dateng ya kak." Dia tersenyum lebar sekali, tanpa beban.

"Pasti," aku mengangguk. "Tenang aja."

"Makasih ya kak, aku seneng kakak mau dateng." Aku mendengar ada nada sedih di dalamnya.

"Ayo Lec, balik." Ajak Melly setelah menghabiskan waffle dan es krimnya.

"Kok buru-buru?" Aku bertanya.

"Mau ngejar les soalnya kak, dah duluan ya!" Pamit Melly walau terlihat cuek, Alec membantu Melly berdiri dan mengambil alih tas gadis itu. Dan dentingan pintu menjadi tanda keduanya telah pergi.

"Kok lo diem aja dari tadi, Lev?" Sungguh aku bingung.

"Melly suka Alec." Mata Levi nenerawang dan jantungku berdebar cepat. "Dulu mereka memang gak dekat. Alec gak suka main sama kami -gue, Alex, Melly- menurut bocah itu, kami cuma gerombolan anak-anak bodoh. Sampai Melly umur dua belas, Alec mulai mendekat. Mereka jadi dekat, tapi kalau di sekolah keduanya kaya gak kenal. Ralat, Alec yang seakan gak kenal sama Melly."

Oke. Saat ini aku senang banget rasanya. Maaf ya, Levi aku senang di atas penderitaan kamu. Tapi ini tuh berita baik untuk perasaan aku ke kamu. Harapan itu ada. Dan itu membuat aku tersenyum dalam hatiku.

"Kalau gitu, mulai sekarang lo liat gue aja Lev," ujarku sambil menatap langsung ke matanya. "Kalau gue gak bakal nyakitin lo."

"Lo yakin?"

Aku mengangguk, pasti. "Yakin banget!"

"Gak akan nyesel?"

"Gak sama sekali."

"Kalau gitu, buat gue ngeliat lo. Buat gue jatuh cinta sama lo, Mili."

Dan itu adalah kalimat yang paling indah yang kudengar. "Coba ulangin."

"Buat gue jatuh cinta sama lo," ulangnya dengan senyum di bibir.

Aku tertawa kemudian menggigit bibir bawahku. Mengangguk, "gue bakal buat lo jatuh cinta sama gue."

Dan dengan itu, babak baru dalam kisah cinta Mili dimulai.

* * *

a/n: siapa yang senang dengan chap ini? Siapa yang bahagia liat Milevi? Wahaha akhirnya bisa juga dalam satu scene Levi gak nyakitin Mili xD

Salam geboy,
-Ritonella.

Notice MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang