Chapter 2

54 3 0
                                    

Nada yang hangat nan ceria tersebut hilang dalam sekejap. Satu pertanyaan tersebut membuatnya berubah.

"O-oh.. Maafin gue, gue kan gak tau." Kataku lalu menunduk kecil. Rasanya tidak enak saja, melihat Fero yang ceria menghilang.

"Gak apa, gue gak kesinggung kok. Cuman ya.. Gue males aja kalok setiap orang ngejauhin gue karena status keluarga." Aku merasakan aura Fero yang mulai membaik, jadi aku menoleh dan melihatnya tersenyum ke arahku.

"Kecuali lo. Ini pertama kalinya gue jalan sama seseorang ke toko buku."

Fero... Dia ternyata sangat tampan..

HEI! Apa-apaan pikiranku! Ingat, Fero itu adalah salah satu dari 2 hama yang harus kubasmi!

Tapi, bagaimana jika hama menguntungkan?

"Y-ya, gue ke toko buku kan mau beli sticky note!" Jawabku ketus. Peduli amat jika dia marah.

"Mengelak aja lo, udah. Nih, kita udah sampe dirumah gue." Katanya. Aku lalu melihat ke sebuah bangunan di kiriku.

Astaga...

Ini rumah?

"Lo kenapa?"

Tidak, aku tidak apa-apa. Hanya saja, kenapa rumahnya sangat mewah?! Dia anak pejabat apa sih?! Oke, setahuku Yakuza memang kaya, tapi aku tidak menyangka sekaya ini! Dan aku melihat sekilas ke arah Fero.

Sepatu hitam, kaus kaki pendek, baju dengan 2 kancing terbuka diatasnya, tas biru tua dengan sebuah pin berbentuk pedang, rambut yang tak beraturan.

Kenyataan jika semuanya tidak bisa dinilai dari penampilan.

"Hallo~"

"A-ah iya?!" Aku terkejut, Fero tiba-tiba saja sudah di depan wajahku sambil mengibaskan tangannya.

"Lo kenapa sih, santai aja kalik.. Kan udah gue bilang," Fero lalu membuka gerbang dan masuk. Aku berlari kecil untuk menyusul Fero.

"Emang ya, orang kaya itu pemborosan." Kataku sambil melihat sekeliling.

"Maksud lo?" Fero terlihat bingung. Dasar bodoh.

"Ya lihat aja! Dari gerbang sampe depan pintu rumahlo itu bahkan sekitar 12KM!" Aku lalu memukul kepala belakang Fero.

"Ck, sakit tau gak sih! Ya, kalok jaraknya deket, keluarga gue kan Yakuza dan banyak musuhnya, jadi dengan jarak dari gerbang sampe rumah gue yang jauh, para Yakuza bawahan lain bisa nyerang musuh sebelum masuk!"

Ada benarnya juga sih.. Tapi tetep pemborosan!

"Tenang, ini hanya penampilan depan rumah gue sebagai tipuan. Lo bakal terkejut belakangnya." Fero membuka pintu putih besar itu, dan masuk. Aku juga mengikutinya,

Dan aku menyesal mengatakan rumah ini mewah.

Karena, saat kumasuk yang kulihat adalah rumah bergaya Jepang asli! Gila, Yakuza emang pinter ya! Depannya gaya eropa, saat kubuka ternyata Jepang!

Bahkan aku melihat banyak lukisan kaligrafi huruf kanji, para maid dengan kimono, dan pedang yang menggantung. Sedangkan di setiap sisi ada banyak Yakuza yang berjaga. Sial, rumah ini terjamin 100% safety.

"Lo bengong lagi, entar ayam peliharaan bawahan gue mati dong," Fero kembali mengibaskan telapak tangannya di depanku.

"Eh! Gimana gue gak terkejut?! Gila, gue tertipu total!" Kataku sambil melihat apa saja yang ada disini.

"Lo duduk aja di sofa merah itu, gue ke kamar dulu ambilin figurannya." Dan Fero berlari entah kemana. Aku yang juga lelah, memutuskan untuk duduk di sofa merah yang tadi dikatakan Fero. Ah~ Nyaman sekali~

Sticky NotesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang