Teruntuk sesiapa yang membaca surat sederhana ini...
Selamat malam.
Aku memilih malam untuk mengisahkan kegundahan hati yang mendera sejak petang tadi. Kegelisahan kecil yang terus mengganggu hingga secangkir coklat hangat yang biasa aku teguk, tak lagi menemani soreku. Padahal, sore ini senja begitu indah terlihat di langit itu. Tapi, terasa sendu di hadapanku. Rasanya begitu kasihan dengan diriku sendiri. Tahu kenapa? Orang-orang selalu punya kawan untuk menemaninya berkeluh kesah terhadap sedih. Orang-orang memilih berkoar-koar lantang dengan sedu sedan yang menderanya. Tapi, kenapa aku tak mampu seperti itu? Ada sedikit rasa segan untuk sekedar membagi cerita pada orang lain. Ada perasaan malu untuk mengisahkan ceritaku pada kawan sejawatku.
Atau... hanya aku yang terlalu naif? Terlalu bodoh hingga tak pernah menaruh kepercayaan pada sesiapapun untuk menampung gelisahku.
Aku juga tak tahu. Dan mungkin tak ingin tahu.
Malam ini, aku menulis dengan perasaan yang entah harus aku sebut apa.Sebenarnya aku ingin langsung bertamu ke hati lelaki itu. Ingin bisa bersamanya sejenak dan memulai percakapan kecil dengannya. Akan tetapi aku sedikit khawatir. Khawatir jika akuakan membuatnya merasa tak nyaman dengan keberadaanku.Merasa takut jika akan membuatnya membuang waktu jikaharus mendengarkanku bercerita. Cerita yang menurutnya tak penting untukdibicarakan. Entahlah, jika saja begitu memang halnya. Maka akuakan selalu berusaha untuk menahan diri.Belajar untuk pandai mengendalikan diri. Pun cerdasmenempatkan posisi.Dan selalu sadar akan 1 hal. Bahwa aku bukansiapa-siapa, untukmu...
(Rinai rindu) #CitraLarasari