adalah hujan di malam itu.
yang menjatuhkan ujungnya paling tajam, menusuk diri.
yang menaburkan benih agar tumbuh jadi payung, jadi pelindung.
tapi hujan, lebih amuk dari gelegar guruh.
kita terempas oleh harap-harap yang tak pernah bertautan.
hingga, sunyi semalam menceritakan kepadaku tentang dirimu.
selat mana lagi yang ingin kau taklukan?
bukankah, semua jazirah telah kering? bahkan sebelum laut sempat menemukan lazuardi.
hujan masih jauh, saat kita tertidur dalam mimpi yang sealur.
mimpi rahasia yang menulis kecintaan puisi pada pemiliknya.
Aku. atau mungkin Dirimu.
lantas kita terjaga, dibangunkan oleh doa yang usai berkemas.
merayu hujan agar datang di malam itu.
tapi, sepanjang ingatan yang tak pernah mati.
meski sepi, sebuah puisi, akan selalu menemukan tempat.
dimana hati menyimpannya dengan rapih.
adaptasi Key
-senja-