"Nath, kamu kebiasaan deh kalau bales sms aku lama banget. Kamu tuh kemana sih? Kamu udah gak peduli lagi sama aku? Kamu tuh kenapa sih, Nath?" suara Riani terdengar berderu-deru. Seseorang di ujung telpon hanya bisa menggerutu dalam hati. Riani terlalu kekanak-kanakan—pikirnya.
"Nat, kalau orang nanya tuh jawab! Kamu bisa dengar suara aku 'kan?!" Riani mendengus kesal. Memukul-mukul bantalnya dengan menggunakan tangan kiri, tangan kanannya memegang handphonenya. Menempelkannya di kuping. Riani paling tidak suka saat-saat seperti ini. Saat di mana Nathan mulai bersikap berbeda. Hubungan yang mereka jalin selama ini terasa mulai hambar. Tak ada lagi kata romantis. Tak ada lagi kata kebahagiaan dalam hubungan. Hanya ada amarah yang mengguncang. Hanya ada air mata yang menghiasi setiap harinya. Riani benci seperti ini!
"Ri, aku capek kalau setiap kali kita telfonan malah berantem, malah saling salah paham. Aku tuh sibuk ngampus, Ri!" Jawab Nathan pasrah di ujung telpon. Suaranya agak terdengar keras membuat hati Riani tersayat lagi.
"Nath! Kamu gak usah bentak aku bisa gak sih? Kamu tahu kan aku paling gak suka di bentak?!" Riani membalas ucapan Nathan dengan nada agak meninggi. Setelah itu Riani terdiam, hanya suara isakan tertahan yang terdengar. Lagi-lagi untuk yang kesekian kalinya Riani menangis—menangis karena Nathan.
"Ri, aku gak bermaksud buat bentak kamu. Kamu jangan kayak gini dong, Ri. Kamu jangan kayak anak kecil." Suara Nathan terdengar mulai lebih menghalus. Nathan paling tidak tega bila melihat Riani menangis, apalagi karena dirinya.
"Kamu bilang aku kayak anak kecil?! Kamu keterlaluan!" kini Riani sudah tidak bisa menahan amarahnya. Nathan sudah benr-benar keterlaluan. Apa yang salah jika seorang perempuan menanyakan kabar prianya. Kemana, dengan siapa, sedang apa. Wajar! Tapi bagi Nathan semua itu tidak wajar. Menurutnya, Riani adalah wanita yang paling kekanak-kanakan yang pernah ia kenal. Namun tetap saja, bagaimanapun Riani di mata Nathan. Pria itu akan tetap sayang Riani dan akan selalu sayang Riani.
***
Riani mengacak-acak ranjangnya setelah ia memutuskan panggilannya secara sepihak. Tanpa salam, tanpa kata perpisahan. Riani benar-benar merasa kecewa terhadap Nathan. Dulu, waktu hubungan mereka masih seumur jagung tidak pernah ada kata 'marah'. Yang ada hanya senyum dan tawa. Riani telah pusing dibuatnya. Dalam benak Riani, apakah dirinya salah? Ataukah Nathan yang salah? Mereka berdua harus menyempatkan waktu untuk berbicara serius jika tidak ingin hubungan mereka akan berakhir sia-sia.
***
Sore itu, awan nampak cerah. Kumpulan yang seperti kapas-kapas menggumpal. Membuat Riani rasanya ingin berbaring di sana. Berteriak sesuka hati, melampiaskan segala isi hatinya. Bercerita pada seluruh penjuru langit bahwa ia sedang kesal, sedang marah, sedang kecewa dan sedang sedih.
Matanya yang sayu mulai menyipit. Ia sudah tidak bisa membendung air matanya lagi. Sudah banyak air mata yang ia tahan dan ia keluarkan. Kali ini, Riani sudah tidak bisa menahan air matanya untuk keluar. Karena memang sudah terlanjur membasahi. Kedua tangannya menyeka buliran-buliran air itu dengan kasar. Ia menggerutu dalam hati. Seharusnya kamu gak boleh nangis buat cowok, Ri!
Riani merasa berantakan. Hubungannya, dirinya, hidupnya dan segalanya. Mungkin dulu Riani adalah sosok perempuan yang sangat beruntung karena memiliki Nathan. Pria itu cerdas, tampan, baik, dan selalu tampil adanya. Mencintai Nathan itu adalah hal yang paling gila menurut Riani. Karena dari dulu hingga sekarang terlalu banyak air mata yang terkuras. Kapan air mata itu akan habis? Jika air mata bisa habis, Riani yakin mungkin saat itu lah ia terakhir kalinya menangis karena sudah kehabisan air mata.
Riani mendongakan kepalanya ke atas. Menatap langit yang tadinya cerah kini berubah kemerahan. Entah karena Riani berharap ia bisa melihat hujan saat itu juga atau memang langit yang selalu mengerti keadaan Riani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday. Loves, friendship, and tears.
RomanceRiani cewek yang super over protect. Nathan cowok yang super jutek dan cuek. Mereka bertahan hingga menahun. Cowok itu kadang begitu romantis dengan kejutan-kejutan kecil. Kadang sama sekali tidak peduli hingga Riani hampir menyerah. Cobaan datang s...