Bagian Enam

53 2 0
                                    


Ri, aku udah di depan nih.

Riani langsung terkesiap, ketika membaca pesan singkat dari Ryan. Meraih tasnya kemudian berjalan menuju halaman rumahnya. Seketika tatapannya berhenti pada sosok di ujung sana. Yang ditatapnya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Perasaan itu mulai bergejolak pada keduanya. Ada rasa yang berbeda ketika pertemuan itu terjadi. Pertemuan pertama kalinya ketika enam tahun mereka sudah tak lagi bertemu, berkomunikasi atau pun saling memikirkan satu sama lain. Dan pagi itu adalah pagi yang sangat berbeda. Ketika keduanya sudah saling melupakan dan kini keduanya saling mengingat kembali.

"Hy, Ri. Kamu makin cantik setelah lulus SMP." Ucap Ryan dengan senyum yang merekah. Riani balas tersenyum. Aku kangen sama kamu Ryan.

"Aku kangen sama kamu, Ri..." kedua lengan itu sudah meraih Riani ke dalam dekapan hangatnya. Riani terkejut bukan main. Pelukannya sama sekali tak dibalas oleh Riani. Ini aneh. Setelah mereka memutuskan untuk saling melupakan, mengapa sekarang seperti ini?!

"Sorry, yang dipeluk udah ada yang punya loh." Kata Riani sambil mencoba melepas pelukannya. Akhirnya Ryan melepas pelukannya. Mencoba untuk mengalihkan pembicaraan, "Berangkat yuk, Bandung kan kalau weekend suka macet. Hehehe." Ryan menarik lengan Riani pelan, mengajaknya untuk segera masuk ke dalam Honda Jazznya. Riani tersenyum lagi, ia membuntut di belakang.

***

Sebuah perjalanan menuju kenangan. Riani dan Ryan sama-sama menutup mulut sepanjang perjalanan. Keduanya hanya saling menikmati alam bawah sadarnya masing-masing. Riani yang bergelut pada khayalannya yang menuju masa-masa indah itu. Saat di mana dirinya dan Ryan tidak ada jarak. Saat di mana keduanya saling memiliki ikatan. Ikatan janji seorang remaja yang mencintai hingga akhir. Di mana Riani yang dulu terlalu cinta kepada Ryan. Begitu pun sebaliknya.

Khayalannya terbang ke masa lalu. Tatapannya lurus memandang jalan sambil terus bernostalgia. Ditambah lagi, siaran radio Bandung yang memutarkan lagu kenangan mereka berdua yang mengiringinya di sepanjang jalan. Vidi Aldiano - Lagu Kita. Riani menoleh sekilas ke arah Ryan. Matanya berkaca-kaca. Tak tahan dengan gejolak di hatinya. Ia ingin menangis saat itu juga. Tapi, entah ia harus menangisi apa. Yang pasti di otaknya sekarang, slide-slide masa lalu itu telah tergambar jelas.

Vidi Aldiano - Lagu Kita

Meskipun aku bukan siapa-siapa

Bukan yang sempurna

Namun percayalah hatiku milikmu

Meski seringku mengecewakanmu

Maafkan lah aku

Janjiku kan setia padamu

Hanyalah dirimu

Aku milikmu

Kau milikku

Tak kan ada yang pisahkan kita

Ini lagu kita

Tuk selamanya

Janjiku untukmu takkan tinggalkan dirimu

Lagu ini akan menjadi saksi

Tulusnya hatiku

Cintaimu...

"Ri, kamu masih ingat lagu ini?" tanya Ryan disela-sela lagu.

Riani mengangguk pelan tanpa menoleh ke arah Ryan. Lalu Riani menjawab pelan. Matanya masih berair-sedikit. "Ini..."

"Ini lagu kita kan?" Riani mencoba menjawab pertanyaan Ryan meski sebenarnya Riani sangat berat untuk menjawabnya. Lagu ini adalah kunci kenangan dari semuanya. Riani memang sudah berhasil melupakan Ryan. Tapi, ia tak pernah berhasil mencoba melupakan kenangannya. Bagaimana pun juga, kenangan ada untuk dikenang. Bukan untuk dilupakan.

Someday. Loves, friendship, and tears.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang