Sebuah Bukti

9 0 0
                                    

" Tolong !!!..."

Seorang pria berlari dengan sekuat tenaga disebuah jalan yang sepi. Wajahnya yang penuh dengan keringat menunjukkan ekspresi ketakutan. Ia mengerahkan suaranya untuk meminta pertolongan dan berusaha menghindar dari seseorang.

" Pergi !! Jangan dekati aku !! ."

Ia terus berlari dan akhirnya berhenti dijalan yang buntu. Ia tersudut dengan tubuhnya yang bergetar penuh ketakutan. Keringatnya deras mengalir,ketakutan pada dirinya bagaikan es yang sangat dingin.

" Ada apa denganmu ? aku hanya akan membunuh dirimu."

Seseorang mendekat kearahnya,ia tersenyum dengan penuh keheningan. Terlihat dengan satu lampu penerang,seorang gadis mengenakan sebuah kimono berwarna putih dengan motif bunga sakura. Satu tangan kirinya memegang sebuah katana yang sudah penuh dengan darah segar yang masih menetes dikatananya. Sementara tangan kanannya memegang sebuah shotgun. Pria itu melihat gadis itu dengan ketakutan yang luar biasa,ia berteriak dan histeris meminta ampunan pada gadis yang ada dihadapanya. Berapa kali ia berlutut kepada gadis itu agar tak membunuhnya.

" Kau sama sekali tidak berguna." Ia mengangkat shotgunnya.

" pergilah keneraka..."

DORRRRR!!!!!...

--------
Kediaman Ruzuya
<< 23.30 >>

" Ahahaha!!!...aku sudah bertemu dengannya..."

Gadis berambut panjang acak-acakan itu menjilat pisaunya itu, melumurinya dengan salivanya dan mengoleskan ke betisnya.

" Ahhh..Ahhh...Dia sepertinya juga tampan,dan membuatku..ahh..menjadi terobsesi." Ia mendesah ketika pisau itu melukai betisnya yang putih mulus.

Tatapan matanya yang berwarna merah muda itu terlihat berpandangan kosong. Ia duduk dilantai dengan kamarnya yang penuh dengan foto-foto seorang pria berbaju polisi. Foto-foto itu juga berserakan dilantai yang sudah penuh dengan saliva,yang pasti ia telah menjilatinya. Hanya ada satu lilin yang menerangi kamar itu,dan keheningan yang menyelimuti kamarnya dan hanya ada suara aneh yang keluar dari mulut gadis itu.

" Arata, Aku cinta kamu....Ihihihihi... "

Kelas 12 - Ipa 1
<< 09.30 >>

Guru paruh baya itu berbicara didepan murid-muridnya yang sedang mencatat,apa yang ia terangkan. Tetapi ada satu orang yang tak mencatat dan sepertinya tak memperhatikan.

" Arata-san,Perhatikan !." Ucap guru itu dengan ketegasan.

" Ehh,iya pak !." Arata bersikap dengan gugup dan shock ketika guru itu mengeluarkan tatapan melototnya seperti ikan bujaer.

" Baiklah, Kerajaan dinasti weng telah berdiri pada tahun 1678 masehi......" Guru itu segera menerangkan pelajarannya kembali.

Arata membuka bukunya yang bersampul hijau. Tangan kanannya membuka tutup balpoint dan digoreskan di kertas putih itu. Ia tak peduli dengan pelajaran yang diterangkan oleh guru paruh baya itu, karena pelajaran bukan tujuannya. Tujuan ia masuk kesekolah ini adalah untuk menyelidiki tentang kasus pembunuhan yang telah terjadi empat hari yang lalu.

" Arata ..."

Sebuah sentuhan tangan terasa dipundaknya yang berbalut seragam. Kepalanya menoleh kebelakang untuk mencari tahu siapa yang menyentuh pundaknya.

" Ada apa ?." Arata mengangkat satu alisnya,tanda ia bertanya kepada seorang siswa berponi panjang itu.

" Ada yang sedang memperhatikan dirimu,lihat diujung jendela sebelah situ." Matanya tertuju kearah ujung jendela.

Kedua mata Arata mengikuti arah tunjuk mata siswa yang duduk dibelakangnya itu. Terlihat sepasang mata merah muda sedang mengintip dijendela itu. Hanya dari ujung rambutnya sampai bagian kedua matanya saja yang terlihat,Sepasang mata yang ia kenal sebelumnya. Tetapi seketika sepasang mata itu menghilang dari pandangan Arata.

" Malunya !!! Kak Arata melihatku tadi, Ahhh...aku jadi tidak stabil !!!."

Seorang gadis berambut hitam panjang terurai,dengan seragam sailor nya yang berwarna putih, Dan rok birunya yang sampai lutut. Ia duduk dibawah jendela dengan muka memerah, dan tidak ada yang melihatnya. Satu tangannya memegang sebuah ponsel pink yang terlihat ada sebuah foto Arata yang baru saja dipotret.

" kau punya penggemar rupanya. .." Temannya yang dibelakang itu berkata dengan nada menggoda.

" Pe-penggemar ? ." Arata sedikit bingung dengan arti kata itu.

" Ya, ada cewek yang suka padamu..."

" Diamlah, aku tak berniat pacaran !!." Suara Arata sedikit keras hingga tertangkap oleh radar sang Guru.

" DIAM KALIAN BERDUA !!!."

" I-iya pak....."

Pertengahan kelas
<< 16.15 >>

Langkah kaki Arata menuju kesebuah tempat yang terlihat banyak loker biru yang berjajar. Tangan kanannya membuka loker biru itu dan begitu kagetnya ia melihat puluhan surat putih yang menumpuk di lokernya yang terbilang kecil itu. Hingga beberapa surat itu terjun kebawah karena tak muat diloker tersebut. Tangan kanan Arata mengambil satu surat dengan tanda hati merah sebagai perekatnya,segera ia buka surat itu dan terlihatlah tulisan cantik yang pasti ditulis oleh seorang perempuan.

" Arata, Bagaimana hari sekolahmu selama dua hari ini ? Betah tidak ?." Surat pertama.

" Arata, boleh aku minta ID social media mu,seperti facebook,instagram,atau BBM ? Dan boleh tidak aku meminta nomor telepon mu ?." Surat kedua.

" Arata, Hari ini kamu terlihat keren sekali !!! Aku bisa mencium wangi tubuhmu yang harum,kau menggunakan sabun apa pas mandi ?." Surat ketiga.

" Arata, Aku pikir-pikir kau cocok di extracurricular basket !!." Surat Keempat.

" Arata kenapa kau melamun dikelas ? Kau sedang memikirkan apa ? ,jika kau punya masalah aku akan membantumu tanpa pamrih. " Surat Kelima.

Arata mengambil semua buku yang ada dilokernya,dan pergi membiarkan puluhan surat itu yang tengah berterbangan oleh angin tanpa menutup lokernya. Ia berpikir bahwa sepertinya ada satu penggemar Rahasianya,dengan bukti bahwa disetiap tulisannya sama. Berarti yang menulis semua surat itu adalah seseorang yang sama. Dan juga pada saat dikelas tadi,ada seorang perempuan yang mengintipnya dari jendela. Dan satu kata dari hatinya ' Ruzuya Minori '

" Ahhh!! Seharusnya aku tak memikirkan hal itu !!." Ia meremas kepalanya sendiri dengan kedua tanganya.

Ia harus memikirkan soal kasus yang tengah ia jalani,sebuah kasus yang harus diungkap secara detail. Langkah kakinya segera menuju kesebuah tkp yang masih disegel oleh pita kuning bertanda polisi. Ia segera melewati pita kuning itu dengan cara meloncatinya,langkah kakinya memasuki ruangan yang penuh dengan buku yang terlihat acak-acakan. Tak ada penerangan sama sekali,hanya ada sinar matahari sore yang menyinari ruangan yang pernah terjadi peristiwa menakutkan ini. Masih jelas terlihat goresan benda tajam disalah satu rak,dengan di sertai darah yang sudah mengering dilantai dan beberapa buku. Arata melepas ranselnya dari punggungnya dan membuka ransel berwarna hitam itu. Ia mengeluarkan sebuah sapu tangan putih dan sebuah alat penunjuk atau pendeteksi sidik jari.
Perlahan ia mulai menyelidiki area itu,dan terus mencoba mencari petunjuk. Alat pendeteksi sidik jarinya tak menemukan apapun. Tetapi kedua matanya menemukan sesuatu yang tergores disalah satu rak buku yang terbuat dari kayu. Itu adalah tulisan yang dibuat dengan goresan pisau.

" Revenge ?."

------------

Kritik dan sarannya ditunggu ya...biar aku tahu kesalahannku...see you...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Heart in BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang