Chapter 2 : Askandar Syndrome

10K 328 75
                                    

Sudah sekitar dua minggu lamanya Asyifa bersekolah, dan rencananya berhasil. Bahkan tak ada satu orang pun yang tahu tentang Askan dan Asyifa. Gadis yang memiliki nama lengkap Asyifa Putri Hartadinata itu sedang berdiri di sisi balkon, menonton beberapa kakak kelas yang sedang bermain basket di lapangan.

"Eh, Fa. Liat deh, Mas Bagus ganteng banget ya."

Ujar seorang gadis yang ada di samping Asyifa, matanya bahkan tak berpaling dari salah satu sosok yang disebutkan barusan. Asyifa mengangguk setuju, ikut memperhatikan kakak kelas barunya itu.

"Ih iya! Asli mas Bagus ganteng banget, kurang ajar."

Asyifa menggigit bibir bawahnya, menahan senyum. Girang bukan main menemukan makhluk bening seperti itu.

"Yaudah. Kamu Mas Bagus, aku Mas Askan."

Celoteh temannya lagi ketika menangkap sosok Askan yang juga sedang bermain basket. Menjadi lawan tim Bagus, yang notabene adalah kakak kelas favorit Asyifa. Asyifa hanya meringis mendengar ucapan temannya. Ia tak bisa mengumbar kejelekan Askan yang Asyifa tahu, karena di sekolah dia bukan adiknya Askan. Andai gadis di sampingnya ini tahu bagaimana kejamnya dan dinginnya Askan.

"Ah, yaudah. Lagian apasih gantengnya Kak Askan- eh, Mas Askan."

Asyifa keceplosan, memanggil Askan dengan sebutan 'Kak' yang biasa ia lontarkan di rumah. Untung, tidak terlalu bahaya.

"OMG HELLO ASYIFA. ARE U BLIND?! Lihat deh Mas Askan, dia itu perfect. Dengan wajah super tampan bak cowok Korea, postur tubuhnya tinggi menjulang. Pinter dalam berbagai bidang olahraga, dan gak cuma itu. IQ 140 itu cerdas banget gila."

Devi, teman sebangkunya itu terus melontarkan berbagai macam kelebihan Askan yang sudah Asyifa tahu semenjak 10 tahun silam. Memang apa yang dikatakan Devi tak ada yang salah, tapi setiap kelebihan menghasilkan kekurangan bukan?

'Dasar, gatau aja kalo dia itu cuek,dingin,gak punya selera humor,galak,ngeselin, idup lagi.' Batin Asyifa.

"Hah. Tau dari mana selengkap itu?"

Tanya Asyifa, seolah-olah tak percaya dengan ucapan Devi barusan.

"Kamu gak tahu Askandar FC?"

Tanya Devi, membuat Asyifa kali ini membuka mulutnya lebar-lebar. Gila, apa mereka kurang kerjaan sehingga membuat perkumpulan macam itu.

"Ih, fans club macem apaan tuh."

Asyifa mencibir, geli sekali membayangkan gadis-gadis berkumpul dan memuja Askandar bersama. Ya, ia akan merasa maklum jika Askandar adalah seorang artis atau apalah, nah ini. Askandar hanya anak kelas tiga SMA biasa yang mungkin hanya lebih tampan dan pandai dibanding teman-teman sebayanya. Tapi punya karya apa dia?

"Ah, capek jelasinnya. Yang pasti di sini tuh yang sampe punya fans club cuma Mas Askandar, bisa bayangin kan betapa ganasnya kita?"

Asyifa merasa kepalanya pusing seketika, ganas. Ia jadi ngeri sendiri.

"Gak tau ah, bodo."

Ujarnya tak peduli sembari melempar pandangan lagi ke arah lapangan. Permainannya sudah selesai, Mas Bagus yang menjadi pusat perhatiannya sedari tadi telah menghilang. Sedangkan Askan, masih berdiri di pinggir lapangan sembari mengadahkan wajahnya.

"Eh, anjir. Mas Askan liat ke aku!"

Jerit Devi girang membuat Asyifa hanya mengernyit, bukan pada Devi. Melainkan Askandar, yang entah kenapa sedang menatap lurus ke arahnya.

"Eh, aku mau kamar mandi bentar ya."

Ujar Asyifa kemudian langsung melangkahkan kedua kaki kurusnya itu dengan cepat. Ah, bisa gawat kalau rencana yang ia rajut selama dua minggu itu kandas begitu saja. Ia menuruni tangga, bergegas menuju kamar mandi siswi yang hanya ada di lantai satu.

Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang