"Dasar bocah."
Cibir Askandar pelan, namun masih mampu tertangkap oleh indera pendengaran orang yang dimaksud.
Asyifa masih terduduk di kursinya, sedang meredakan tangisan yang tak kunjung reda. Askandar memutar kursi yang diduduki oleh sang adik dengan cepat, sehingga kini Asyifa dapat melihat tembok bercat hijau tosca itu.
"Nangis aja, yang penting jangan didepanku."
Ujar Askandar pelan, membuat tangisan sang gadis makin menjadi-jadi.
"Emang kenapa hah?! Ini kan salahmu!"
Ujar Asyifa dengan kesal, namun tetap melanjutkan tangisannya sembari menatap tembok polos di hadapan.
"Terserah kamu, yang penting jangan nangis didepanku."
******

KAMU SEDANG MEMBACA
Brother Complex
De TodoAskandar dan Asyifa, sudah resmi menjadi kakak beradik sejak sepuluh tahun lalu. Tapi tak peduli betapa lamanya mereka berbagi atap, ternyata sama sekali tak membuat keduanya saling akrab. Askandar yang merupakan idaman seluruh warga sekolah itu, be...