Chapter 1 : Dia Bukan Kakakku

8.5K 274 7
                                    


"Asyifa!!"

"Iya iya ma, bentar!"

Seorang gadis dengan seragam abu-abu itu menatap refleksi dirinya pada cermin besar berbingkai jati di hadapan. Tangannya sibuk merapihkan rambut panjangnya yang sebenarnya sudah rapi.

"Faa, Askan udah mau berangkat!"

Terdengar lagi ancaman sang Mama dari lantai bawah. Tapi gadis bernama Asyifa itu malah mengeluarkan sebuah benda kotak dari saku roknya. Dengan lihai ia langsung masuk ke dalam aplikasi 'snapchat' pada ponselnya. Melihat wajahnya yang telah tertangkap oleh kamera depan ponsel, ia berpose. Memanyunkan bibirnya yang tampak merah akibat liptint.

"Hari pertama sekolah."

Gumamnya sembari mengetikkan kalimat yang ia ucapkan.

"ASYIFA!! ASKAN UDAH BERANGKAT!"

Mendengar kalimat Mama barusan, setan centil yang sedari tadi mendominasi raga Asyifa itu mendadak pergi. Ia pun langsung berlari kecil keluar kamar sembari memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku. Dalam perjalanan menuju bawah, matanya melirik ke arah jam. 06.10 , hanya tersisa 20 menit lagi sebelum gerbang sekolah ditutup.

"Ma, Kak Askan kok ninggal!"

Ujar Asyifa tak terima, sembari memakai kaus kaki yang sudah disiapkan di atas sofa.

"Kamu sih, kayak gak tau Askan aja."

Jawab Mama dengan enteng, masih menatap putri kesayangannya yang sedang bergegas memakai kaus kakinya.

'Hari pertama ke sekolah telat? Ugh, not cool.' Gerutu Asyifa dalam hati.

"Ma, ini jadinya Asyifa naik apa? Papa mana?"

Tanya Asyifa, hanya Papa lah satu-satunya harapan. Mama gak akan bisa mengantarnya, takut ke tengah kota karena gak punya sim. Sedangkan dia sendiri tak bisa mengendarai kendaraan apapun, bahkan sepede roda dua.

"Kamu lupa? Papa kan lagi dinas ke Jakarta."

DEG.
Matilah sudah, tak ada harapan lagi bagi Asyifa untuk datang tepat waktu ke sekolah. Ia masih terduduk di tempat, menatap Mamanya dengan bibir yang ia manyunkan.

"Ma, peluk."

"Sini sini."

Mama membuka kedua tangannya, siap-siap memeluk anaknya yang sedang sedih tersebut. Memang begitu tabiatnya kedua orang ini, saling memanjakan satu sama lain. Asyifa pun bangkit dari duduknya sembari memeluk wanita dengan paras cantik itu. Memang benar, pelukan Ibu adalah obat dari segala obat.

TIINN TIINN
Tiba-tiba terdengar seruan bel motor dari luar rumah, membuat Asyifa dan Mamanya melepaskan pelukan. Keduanya menoleh ke arah luar, mendapati sosok anak sma dengan postur tinggi yang sedang duduk di atas motor vespa berwarna hitam.

"ASKAN?!"

Mama menjerit, heran. Bahkan tak menyangka Askan masih rela untuk kembali ke rumah demi adiknya. Askan bahkan tak menoleh ke arah rumah, malas memperhatikan kedua orang yang dianggapnya berisik itu. Ia hanya duduk di atas motornya, menunggu Adik perempuannya yang selalu lamban dalam banyak hal.

"Ayo cepet, keburu Askan berangkat lagi!"

Ujar Mama sembari mendorong bahu anak perempuannya itu, menyuruhnya bergegas ikut dengan Askandar. Mau tak mau, Asyifa berlari kecil keluar rumah. Bahkan lupa menutup pagar dan langsung duduk menyamping di bagian belakang motor.

"Lama banget sih."

Gerutu Askandar sembari menghela nafas panjang, bahkan rasanya percuma jika ia mengomeli gadis yang duduk di balik punggungnya ini. Gadis itu dan Mamanya sama saja.

"Iya iya, ayo cepetan kak! Keburu telat nih."

"Berisik."

Hanya dengan satu kata, Askandar mampu menghentikan ucapan Asyifa. Ya, mana mau Asyifa menimpali ocehan lagi jika hanya dibalas dengan satu kata. Bagi Asyifa, Askandar adalah orang yang tak memiliki sisi humor. Sama sekali tak menyenangkan.

Askan pun mulai menjalankan motor vespa keluaran baru itu dengan kecepatan kencang, waktu yang tersisa hanya 15 menit. Waktu yang sebenarnya tak cukup bagi mereka berdua sampai ke tempat tujuan.

"KAK! JANGAN NGEBUT NGEBUT DONG, AKU GAPAKE HELM NIH!"

Tapi kalimat Asyifa hanya masuk telinganya dan langsung keluar lagi tanpa perlu Askandar cerna. Salah siapa coba?

******

Asyifa menutup matanya rapat-rapat, kala sang Kakak makin menaikkan laju kecepatan motor ketika hendak melewati pagar yang akan ditutup. Takut, bagaimana jika tubuh mungilnya itu terjepit oleh pagar besar itu? Sebenarnya tak mungkin juga. Kemudian Asyifa merasakan kecepatan motornya menjadi pelan dan normal, membuatnya berfikir yang tidak-tidak.

'Ini sudah sampe parkiran apa aku yang sudah ada di alam yang berbeda?' Batin Asyifa.

Gadis itu membuka matanya, ya tentu saja mereka sudah ada di parkiran. Matanya berbinar menyaksikan lapangan bagian depan sekolah yang nampak baru baginya itu.

"Uwah,"

Ia terkagum-kagum memandangi sekolah barunya itu. Dapat dilihatnya beberapa anak yang sedang berjalan meninggalkan parkiran, beberapa siswa bertubuh tinggi dengan wajah maskulin membuat senyuman Asyifa makin tak dapat ditahan lagi. Surga Dunia, kata yang paling cocok untuk menggambarkan suasana yang ditangkap oleh manik mata Asyifa.

"Heh, turun."

Ujar Askandar sembari melepas helmnya. Membuat Asyifa tersadar dari lamunannya, ia pun bergegas turun dari motor dan berdiri di samping Askandar yang masih sibuk mengunci kendaraannya itu.

"Kamu ngapain? Masuk sana, udah bel."

Ujar Askandar, menyadarkan anak yang baru saja lulus smp itu.

"Kak, nanti pulangnya tungguin ya. Katanya hari ini ada eskul jurnalistik."

"Pulang sendiri sana, naik bemo. Aku ada urusan."

"Lah, emangnya lama?"

"Ya."

Askandar hanya meng-iyakan pertanyaan Asyifa dengan asal sembari memakai ranselnya yang besar lalu memutar tubuh dan melangkahkan tungkainya menuju bangunan sekolah. Meninggalkan Asyifa yang sedang asyik mencibir kakaknya itu.

Asyifa pun menunggu Askan berjalan jauh beberapa meter darinya sebelum ia mulai melangkahkan kaki. Kenapa? Dulu ketika mereka berada di SD yang sama, Asyifa pernah menyapa orang yang dua tahun lebih tua darinya itu. Namun Askan sama sekali tak menanggapi, bahkan Asyifa disangka sebagai seorang pembohong oleh teman-temannya karena mengaku sebagai adik dari seorang Askandar Ali Hartadinata. Idaman seluruh kaum hawa.

Asyifa jadi teringat masa-masa itu, yang membuatnya trauma mengaku menjadi adik Askan. Untung ia tak satu sekolah dengan Askan sewaktu SMP. Niatnya, di masa SMA-nya ini tak akan mengaku menjadi adik Askan.

"Askan itu bukan Kakakku."

Gumam Asyifa, meyakinkan diri sendiri.

Brother ComplexTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang