Ketiga

39 3 3
                                    

Bila kalian berharap aku adalah cewe yang kalem dan putih seperti dikhayalan kalian,kalian salah besar! Hahahaha. Maaf bila merusak khayalan kalian. Jujur, kulitku tidak putih. Tetapi kuning langsat dan juga aku bukan tipe cewe yang kalem tetapi cewe yang banyak tingkah. Seperti ini nih.

Aku menyanyi dengan pede-nya—ya karna aku tau suaraku tidak bagus hm—dengan suara yang hanya bisa didengar oleh gadis disampingku,Demitri.

"Aku tak mengerti apa yang kurasa... Rindu yang tak pernah begitu hebatnya", lalu mengambil barang yg terlihat di depan mataku,kalkulator, maka itulah yang kujadikan mic utk bernyanyi.

"Aku mencintaimu lebih dari yang kau tau,meski kau takkan pernah tau. Daradaradam", sambil menepuk-nepuk meja,

"Baaruuuu kusadari,cintaku bertepuk sebelah—sial! Sakit kalii ini!", sambil mengusap-usap daguku,kudengar suara ketawa tertahan dari samping. Sialan,Demitri mentertawaiku.

Ya, karna terlalu menghayati lirik lagu yang kunyanyikan sambil mengayunkan badan ke kiri dan ke kanan, ternyata kalkulator yang kujadikan sebagai mic membentur dagukukarna tadi badanku dan tanganku tidak sinkron. Sumpah ga bohong, sakitnya bukan main!

"Krypta! Ayo ke belakang! Kita mau bahas presentasi B. Indo nih. Jangan asik melamun aja dong!"

Aih,kenapa mesti dia yang manggil aku?
Dan apa-apaan ini? Jantungku berasa ketagihan mendengar suaranya sehingga tidak bisa tenang. Segera aku minum—karena cuma ini yang bisa menghilangkan rasa aneh ini—lalu pergi ke belakang untuk membahas presentasi kami.

Jika kalian berharap aku akan menatapnya terpesona layaknya para remaja lainnya bila berdekatan dengan orang yang cukup menarik mata, lain halnya dengan diriku. Sebisa mungkin aku tidak melihatnya.

Arga Dwiputra. Berkulit sawo matang. Bermata sipit dan bertubuh tinggi. Dia juga memiliki senyum yang manis dan itu sukses membuat mata tak bosan melihatnya selama 3 bulan terakhir. Yah setidaknya untuk diriku saja.

***

"Pit," panggil seseorang setelah selesai membahas presentasi kami di belakang kelas tadi. Semua anggota kelompokku sudah kembali ke bangku mereka masing-masing. Apa? Dia panggil aku 'Pit'? Dikiranya aku burung pipit apa? Dan apa-apaan ini? Kenapa ketika Arga yang panggil aku,selalu merasakan hal aneh seperti ini? Jantung,tenanglah!

"Kenapa?"

"Id line mu apa?," Ini seriusan dia nanya ini?

"Apa?"

"Eh,itu.. Nama pnjangmu apa? Mau ditulis di laporan soalnya," sial! Artinya aku salah denger dong?! ! Baper deh...

Setelah obrolan singkat tadi, aku kembali ke bangkuku dengan jantung yang sedang berolahraga keras.

"Kip,kau kenapa? Kok gitu ekspresimu?",kata Demitri saat baru saja menempatkan bokongku di bangku.

"Emang kaya gimana rupanya?"

"Ya gitu, macem abis dituduh ngapain aja. Pucat gitu soalnya."

Dan untungnya Bu Henny sudah datang setelah bel berbunyi tanda waktu istirahat sudah habis-dan memotong pembicaraan tadi. Untung aja.


Tbc

    ————————————————————————————————————————————————

Hai! Hai! Maaf part yang ini sedikit. Aku sengaja buat sedikit soalnya aku mau setiap part itu cuman 1 kejadian yang penting. Jadi pendek-pendek aja. Oh ya, rencana setiap seminggu atau dua minggu sekali aku update ceritanya. Lihat situasi juga soalnya udah mau semester baru jadi mulai sibuk. Tetap pantengin terus yaa! Makasi ^^ sekalian vote nya juga ya hihii

    




RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang