1.

1.3K 40 0
                                    

Aku duduk di bangku penungguan yang berada di sebuah Bandara ternama di jakarta. Ditemani novel misteri karya penulis yang sedang naik daun, ituloh si mbak Lexie Xu. Aku sangat menyukai novel misterinya. Entah sejak kapan aku mulai menyukai bacaan dengan genre thriller dan misteri itu. Mungkin karena dari kecil aku itu orangnya kepoan. Sering banget cari tau ini itu.

Ah iya, aku bakal memperkenalkan diri dulu. Namaku Anastasha Gracia Ivander. Tapi aku lebih suka dipanggil Gracia. Ya walaupun nama panggilanku itu sering dijadikan lelucon di iklan kulit manggis. Tapi aku menganggap itu sebagai candaan aja. Tenang, aku ini bukan orang yang baperan kok.

Sambil membaca novel, aku menunggu seseorang yang akan menjemputku. Hampir 20 menit lamanya aku menunggu, tapi orang itu belum datang juga. Aku menghela napas pelan. Mencoba bersabar. Mungkin orang itu sedang terjebak macet karena ya siapa sih yang ga tau Jakarta? Macet everywhere.

Setelah 10 tahun lamanya, aku kembali ke Jakarta. Aku di lahirkan di Jakarta sampai umurku menginjak 6 tahun. Setelahnya aku harus pindah ke Lampung karena Papah yang dipindah tugaskan ke sana. Dan selama itu aku ga pernah ke Jakarta lagi. Tapi sekarang aku kembali pindah ke Jakarta karena.... Mamah yang menyuruhku untuk kembali ke kota kelahiranku sampai proses perceraian Papah dan Mamah selesai.

Siapa sih yang ga sedih saat keluarganya tidak utuh lagi? Aku rasa ga ada. Aku merasakan kesedihan itu. Tapi aku juga merasa mungkin ini yang terbaik untuk keluarga kami. Awalnya aku sedih kenapa Papah dan Mamah memutuskan untuk berpisah, tapi setelah aku tahu penyebabnya aku malah mendukung berpisahnya mereka. Alasannya Papah berselingkuh. Aku sempat membenci Papah begitu mengetahuinya. Bahkan aku ga mau bicara dengannya selama sebulan lebih. Karena itu Mamah yang ga mau psikisku terganggu, menyuruhku ke Jakarta dan tinggal bersama seorang yang kata Mamah dia itu teman baik Almarhum Opa ku. Aku ga tau kenapa Mamah malah menyuruhku untuk tinggal dengan teman Opa itu. Padahalkan masih ada saudaraku di Jakarta. Mungkin Mamah ga mau saudara-saudaraku mengkhawatirkannya. Setelah perceraian Mamah dan Papah selesai, Mamah akan menyusulku ke Jakarta dan kami akan memulai hidup baru di kota ini.

"Gracia?"

Aku sontak mengangkat wajahku. Kulihat seorang wanita tua berdiri di hadapanku sambil tersenyum. Apa wanita itu temannya almarhum Opa? Aku lantas berdiri, lalu mengangguk dan tersenyum ramah kepadanya.

"Maaf ya Saya sudah membuat kamu lama menunggu. Jemputannya jadi ngaret deh." Ujar wanita itu.

Aku menggelengkan kepalaku. "Engga apa-apa kok. Harusnya aku yang minta maaf karena udah merepotkan Ibu."

"Ah tidak usah sungkan begitu. Saya senang bisa membantu kamu. Ayo, kita pulang sekarang." Ajak Wanita itu masih dengan senyum di wajahnya.

Aku mengangguk cepat dan berjalan mengekor wanita itu dari belakang . Wanita itu membawaku menuju mobilnya. Begitu sampai di parkiran, seorang pria yang sepertinya supir wanita itu mengangkat koper milikku ke bagasi mobil. Aku menyunggingkan senyum membalas sebagai ucapan terima kasih.

"Gimana keadaan Mamah Grac?" Tanya Wanita itu begitu aku menjatuhkan pantatku di bangku penumpang.

"Udah lebih baik Bu. Oh iya, Mamah nitipin sesuatu buat Bu Melody. Titipannya ada di koper, nanti baru aku kasih ya. Hehehe."

"Syukurlah kalau begitu. Ah ga apa-apa kok Grac, kan nanti bisa kamu kasih kalau sudah sampai rumah. Oh iya jangan panggil Ibu, panggil saja Oma."

Aku terkekeh pelan. "Oh iya maaf Oma.."

"Gapapa Grac, mungkin wajah Saya masih terlihat muda kali ya? Hahaha."

Aku lagi-lagi hanya terkekeh pelan membalas ucapan Oma Melody. Emang benar sih, walaupun umurnya udah menginjak 60 tapi wajahnya masih terlihat muda. Hebat juga perawatannya. Ckckck.

KelabuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang