Sudah hampir 1 bulan Baekhyun tinggal di flat milik Chanyeol, namun Baekhyun tak menemukan tanda-tanda Chanyeol akan membunuhnya. Bahkan semakin hari Baekhyun semakin berani pada Chanyeol, memegang tangannya, memeluknya –walaupun Chanyeol tak pernah memeluknya balik-, atau membangunkan Chanyeol dari tidur berharganya. Tentu saja Chanyeol sering marah dan mengancamnya namun Baekhyun tahu semarah apapun Chanyeol ia tak akan membunuh Baekhyun. Ia memiliki rasa kepercayaannya tersendiri pada Chanyeol, namun ia tak tahu apakah Chanyeol adalah orang yang tepat untuk mendapatkan kepercayaannya.
"Pakai baju mu dengan benar, kita akan pergi." Chanyeol mengeluarkan kunci motornya dari laci di dekat pintu dan bersiap untuk keluar rumah.
"Tap—tapi kau bilang aku tak boleh keluar dari sini."
"Aku tak mau kau terus-terusan memakai baju ku, dan aku tak bisa menebak ukuran mu, tak usah banyak bicara."
Baekhyun mengangguk dan berlari pelan menuju kamarnya, ia loncat-locat kesenangan karena ia akan pergi keluar bersama Chanyeol. Apa ini kencan ? kepalanya terus-terusan mengulang kalimat itu membuat jantungnya berdegup tak karuan.
Setelah mereka berdua sampai di basement, Chanyeol memberinya helm full face berwarna putih sedangkan Chanyeol warna hitam. Baekhyun belum pernah menaiki motor seumur hidupnya, dan tentu saja ia senang karena pertama kalinya ia naik motor, orang yang menemaninya adalah Chanyeol.
"Pegang pinggang ku jika kau tak ingin jatuh," Baekhyun menempatkan tangannya di sisi kanan kiri pinggang Chanyeol setelah ia menaiki motor besar Chanyeol.
Baekhyun mendengar Chanyeol mendecakan lidahnya kemudian tangan Chanyeol memegang tangannya, memposisikannya agar ia memeluk pinggang Chanyeol bukan hanya memegangnya. Jantung Baekhyun berdegup dengan cepat, ia berdo'a semoga Chanyeol tak merasakan detak jantungnya yang menggila. Ia makin merasa kalau ini adalah kencan, dan dia ingin ini benar-benar kencan.
Tanpa Baekhyun sadari ia telah jatuh pada Chanyeol, sikap Chanyeol yang dingin dan temperamental justru membuatnya semakin menarik,panggil dia gila atau bodoh jatuh hati pada seorang pembunuh berdarah dingin yang bisa kapan saja mengambil nyawanya. Namun ia tak akan perduli, karena sifat-sifat buruk Chanyeol sudah ia terima dengan besar hati. Jika suatu hari nanti Chanyeol membunuhnya, ia tetap tak menyesal menjatuhkan hatinya pada Chanyeol.
"Cepat beli keperluan mu dan jangan lama-lama," Baekhyun mengangguk pada Chanyeol yang menggunakan masker hitam walaupun berada di dalam ruangan, ia tetap harus waspada jika ada musuhnya, karena jujur saja semua sindikat penjahat di Seoul adalah musuhnya.
Namun ternyata anggukan Baekhyun tadi hanya bualan semata. Sudah hampir 2 jam mereka mengelilingi mall namun Baekhyun belum selesai belanja. Tangan kanan kirinya sudah penuh dengan tas belanjaan dan perlengkapannya namun ia masih belum selesai belanja. Chanyeol bersumpah akan mengutuk pria di depannya ini menjadi tikus di kehidupan mendatang.
"Kau sudah beli banyak pakaian dan perlengkapan, ayo cepat pergi."
"Tapi masih banyak yang perlu ku beli !"
"Apalagi ?"
Chanyeol tak mendengar jawaban Baekhyun ketika ia melihat seorang pria dengan rambut berwarna putih bergradasi ungu, menatapinya dari lantai di atasnya. Chanyeol tahu siapa orang itu, dia adalah Taemin. Salah satu anak buah gangster terbesar di Seoul yang mengincarnya karena telah membunuh bosnya yang sekarang di gantikan oleh orang lain. Menyadari akan adanya bahaya, Chanyeol segera menarik tangan Baekhyun untuk lekas pulang. Baekhyun yang hendak melawan akhirnya sadar akan situasi yang sedang terjadi ketika ia mengikuti pandangan Chanyeol yang mengarah pada seorang pria yang mengikuti mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
MELTED.
FanfictionDingin, adalah Chanyeol. Namun semenjak ia menyelamatkan Baekhyun, seiring berjalannya waktu ia makin luluh dan akhirnya menjadi cair. "Aku tak seharusnya menyelamatkan mu, sekarang aku jadi punya kelemahan." - Park Chanyeol "Terimakasih karena tela...