Aku bilang aku sangat mengenal orang yang ada di foto itu, bukan? Terang saja karena itu adalah DIRIKU YANG SEDANG MEMBELAKANGI KAMERA. Sebuah rasa penasaran muncul. Mengapa fotoku ada pada Kak Cakra?
"Ngg... ini, Kak fotonya," ujarku sambil memberikan foto itu pada Kak Cakra.
"Makasih, dik." Jawabnya.
Rasa penasaran itu tidak dapat kubendung lagi. Segera aku bertanya, "Kalau boleh tahu, ini foto siapa ya Kak?"
Ah semoga Kak Cakra tidak keberatan menjawab pertanyaanku.
"Ini ya... kalau namanya aku lupa dia siapa. Yang aku inget, dia adik kelasku waktu SMP. Waktu dia minta tanda tangan ke aku waktu MOS."
Ow ow ow. Kak Cakra. Tidak sadarkah engkau bahwa yang sedang kau bicarakan ini sedang ada di depanmu?
"Oh begitu.." aku merespon sekenanya. Pandanganku teralihkan pada sebuah sajak yang baru saja ditempel oleh Kak Cakra.
Jika engkau terus berlari
Sudilah kiranya
Diriku
ikut bersamamuTerus katakan pada ia
Pada mentari yang disana
Aku akan menghampirimu
Bersama seseorang
Dialah
DirikuHmm sebuah puisi cinta rupanya? Tunggu. Apakah ini hasil karya Kak Cakra?
"Mmm... kak. Ini puisi bikinan siapa ya?"
"Oh itu. Kalau yang itu asli bikinanku." Jawabnya sembari menempelkan 'fotoku' tadi di atas sajak itu.
Nah sekarang kenapa jadi fotoku yang dipampang?
"Ya untuk menghidupkan mading sekolah yang lagi gersang, aku bikin proyek buat nampilin karya temen-temenku. Jadi mereka yang bikin puisi atau apa, aku yang kasih foto yang pas. Sekalian nyalurin hobi." Terangnya secara tiba-tiba yang hanya bisa membuatku manggut-manggut.
Selesai menempelkan kertas-kertas di mading, ia berbalik ke arahku, dengan berkata, "kalau misalnya punya tulisan, bisa kok dimuat di sini. Tuh ada emailku. Barang kali kamu tertarik."
Sepanjutnya ia langsung meninggalkanku yang sedang berdiri di depan mading. Sekali lagi kulihat tulisan-tulisan di mading. Di sana juga tertulis sebuah contact person.
hicakrawala@blablabla.com
Baiklah. Mungkin menyimpan alamat e-mailnya akan berguna pada suatu hari nanti.
...
Kursor terus berkedip di layar notebookku. Asap mengepul dari cangkir yang kuletakkan di sebelahnya. Aku mengacak rambutku. Kegerahan melandaku akibat suhu di malam hari--yang entah mengapa hari ini panas, dan juga akibat dari kebuntuan ide di kepala.
Aku memandang draft sebuah tulisan yang tak kunjung jadi dari sejam yang lalu. Pusing aku sebenarnya karena mataku yang terus melihat kursor yang berkedip. Ah inilah saat-saat imajinasi terbang di saat yang dibutuhkan.
Begitulah. Sisi lainku yang tidak banyak diketahui oleh orang.
Bagaimana seorang Emi yang tidak peduli terhadap dunia mempunyai suatu kegemaran yang agak mengganjal jika dipadukan dengan kepribadiannya yang lain?
Bisa dikatakan saat ini, seorang K. Laksani alias Emi biasa membuat tulisan yang mungkin bisa membuat orang... tercengang?
Haha.
Seorang Emi bukanlah dia yang selalu mengelu, kawan. Ia juga bisa mengubah kegundahannya menjadi sesuatu yang positif. Lewat kata-kata misalnya?
Jadi bukan aku yang selalu menyembunyikan fakta bahwa aku suka menulis. Tiada masalah jika aku dianggap melow atau romantis karena sering menulis puisi atau prosa lainnya. Tapi sekali lagi aku katakan, kenyataannya, tidak ada seorangpun akan percaya bahwa aku bisa berada dalam mode Chairul Anwar: on.
Suatu kebiasaan dan kesenangan yang tidak akan bisa terlihat karena tertutupi oleh kepribadian yang sangat mendominasi.
...
Sejak pertemuanku dengan Kak Cakra di koridor tempo hari, aku jadi rajin melewati mading sambil menyempatkan sedikit waktu untuk membaca sesuatu yang tertempel di sana.
Dan pada hari ini, aku melihat beberapa bait kata-kata sedang menanti untuk dibaca, menggoda setiap insan untuk berpikir, sesuatu akan lebih indah jika ditempatkan di lokasi yang tepat.
Kagum
K a g u m
Aku padamu
Karena kata
Yang terjalin di antara kitaAku kagum
K a g u m
Menempatkanmu
Di hati
Karena kamu
HebatMenempatkan rasa
Agar semangat bangkit
Tiada pernah salah bukan?Oleh: K.L.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kemilau Cakrawala
Teen FictionAntara langit dan kilau bintangnya. Banyak tergantung mimpi dan asa dari seluruh makhluk di bumi. Inilah cerita dari seseorang yang menginginkan kehidupan normal. Walaupun ia tahu dirinya mempunyai nama yang memperlihatkan sisi ketidaknormalannya.