BANDUNGG!!
Setelah hampir 4 jam bergumul sama klaksonan para mobil, keluhan anak-anak dan kesempitan Jeep Tama, akhirnya gue sama yang lain sampai juga di Bandung. Kita sengaja memilih penginapan bukan di kota Bandungnya, melainkan di villa Tama yang posisinya agak jauh dari kota. Villa Tama memang paling top lah, ada kolam renang, taman belakang juga ada dapur sama ruang tv, ruang tamu dan juga kamar masing-masing. Cewe ya sama cewe, cowo ya pastinya sekamar sama cowo.
"Akhirnya nyampe juga" ujar Tama sambil menaruh tas-tas bawaannya di sofa ruang keluarga. "Eh, mas Wira, apa kabar?" sapa Tama kepada penjaga villa ini semenjak dia kecil.
"Baik atuh mas Tama, apa kabar?" tanya Mas Wira dengan logat Sundanya yang kental.
"Baik kok mas, anak-anak mau nginep disini seminggu mas, sudah disiapkan kan mas?" Tanya Tama lagi dengan ramahnya.
"Udah atuh mas, udah jadi tradisi neng geulis geulis nginep disini" Jawab Mas Wira sambil menengok ke arah kita para perempuan yang nimbrung dibelakang Tama. Kami tersenyum ke arah Mas Wira dan akhirnya melangkah masuk ke rumah. Sangking dulu kami sering kesini, kami sudah hafal betul dimana letaknya jadi tidak perlu ada instruktur dari Tama dimana kami harus meletakan barang dan yang lain.
Kita langsung ke kamar masing-masing dan merapikan baju. Gue dapet kasur yang paling ujung deket tembok, Aurel ditengah dan Tika dipinggir. Karena kami juga berangkat tadi sore dan sampai disini sudah malam, kami memutuskan untuk beristirahat dan gak pergi ke mana mana dulu malam ini, Rayhan yang sudah semangat 45 mau hunting cewe-cewe cantik di Bandung langsung kesal setengah mati waktu dengar keputusan kami.
"ELAH GUE JUGA MAU CUCI MATA BOSEN LIAT LO MULU" katanya mengeluh dan langsung membaringkan tubuhnya di sofa ruang TV.
Sekarang, Gue dan Aurel lagi di kamar dan membereskan pakaian kami, berjaga jaga untuk besok kalau ada acara mendadak yang gak di rencanakan.
"kuliah lo baik-baik aja kan Ta?" tanya Aurel yang kini sedang duduk di ranjang gue dan menaikan kakinya ke kasur. Gue menggangguk biasa dan kembali melanjutkan mengobrak-abrik tas untuk mengeluarkan barang penting.
"Terus, cinta lo gimana?" Tanyanya lagi, "Masih dia?"
"Gak penting." Jawab gue singkat, memang gak penting untuk dibicarakan karena akhirnya, hanya diri gue sendiri yang memang paling mengerti.
"Gak penting apa sih Ta? kita temenan dari kecil, jangan begitu dong sama gue. Ya kalo lo mau cerita, ya cerita aja. Gausah sok bohong deh lo" Ujarnya terang-terangan sambil mengikuti kemana arahku pergi.
Gue hanya cuek, sok tidak peduli dengan apa yang dia bicarakan. Ya memang sih, bicara ke orang lain memang perlu, tapi kadang bingung mau berbicara seperti apa. karena jujur, gue malu punya perasaan ke orang lain. Penuh pertanyaan. Complicated, gue gak suka.
"Gue yang tinggal sama dia dari dia masih bayi, gak pernah ngerti Ta dia gimana." Kata Aurel pelan, "Dia kadang bisa selembut kapas, tapi kadang bisa sekeras baja. Dia keras sama diri dia sendiri. Gue aja sebagai kakaknya, gak pernah bisa... gimana ya? gue juga gak ngerti" Kata Aurel mendiskripsikan Bimo ke gue.
Jangankan gue ya Rel mau tau dia, lo aja yang seharusnya tau, jadi kayak orang lain.
Gue hanya diam, tidak merespon pernyataan Aurell karena terlalu sakit untuk membahas topik ini lebih dalam. toh akhirnya, semua ini masih teka-teki, sesuatu yang gak akan pernah gue mengerti. Karena memang posisi gue disini berusaha tidak peduli.
Gue mengedarkan pandangan gue ke seluruh kamar, kebetulan Aurell sudah menyusul keluar ke Tama dan Rayhan yang lagi sibuk main playstation diruang TV. Gue merasakan suasana yang sudah lama hilang dari kehidupan gue, Hangat dan tenang. Kamar gue memang letaknya dekat sama taman, jadi apapun yang ada ditaman masih bisa terlihat lewat kamar. Memang waktu juga udah malam, Suasana taman sepi dan masih indah karena memang dirawat baik oleh Mas Wira. Harum tanah masih bisa tercium sedikit dengan terbukannya jendela di kamar gue.
