Dia

152 5 0
                                    

Mata ku tertuju pada Dia..yaa dia diujung sana bersandar di bahu pagar sekolah dengan tangan menggenggam handphone entah apa yang sedang dia lihat atau yang dia ketik aku tidak terlalu peduli itu, sekarang yang melayang layang di pikiranku siapa dia begitu mengusik penglihatanku..oh Tuhan wajahnya begitu indah dipandang..
"Hayyoo lagi lihat siapa?"
Pandanganku langsung beralih kearah suara itu yang ternyata Randi sahabatku
"Mmm nga' nga' liat siapa-siapa kok.."
Kenapa harus gugup sih..oh Dinira itu adalah respon yang salah
"Haaa gadis kecilku tidak bisa berbohong okey..kamu lagi liatin cowok yang ada disana tadikaan?"
Oh Dinira sekarang kamu ketahuan lagi..
"Sudah nga' usah garuk2 kepala gitu dong..pulang yuk?"

"Hehe"ketawa kecilku"ayuk pulang pengawalku"sambungku dan langsung disambut dengan uluran tangan Randi

*
Dinira berjalan mengarungi jalanan yang masih terlihat sepi karena ini masih pukul setengah 6 pagi lantas saja aktifitas lalulintas masih sepi..Dinira dengan langkah stengah berlari melawati jalanan dengan rambut yang acak acakan,wajah yang terlihat kusut mungkin Dinira baru tersadar dari tidurnya atau bisa dibilang baru bangun tidur..sekarang Dinira langkahnya terhenti entah apa yang sekarang ada didepannya..
*

Mataku terpaku entah kenapa dada ini terasa sesak,ohh sekarang aku butuh oksigen tambahan, dan Dia tersenyum padaku dan sekarang Dia tertawa lepas ada apa dengan Dia..?atau ada yang salah dariku?
Dinira ada apa dengan dirimu sekarang, barusan hati ini bagai berada diatas awan sekarang harus tersungkur diatas tanah dengan hinanya..
Aaa kenapa aku harus berpakain seperti ini berpiyama dengan wajah tanpa cuci muka dengan rambut yang tak beraturan dan dengan tatapan lelucon dari mata Dia..
Yaa Dia yang waktu itu kukagumi keindahan wajahnya dari jauh

*
Lelaki itu Awalnya hanya tersenyum tapi ketika melihat wajah Dinira yang begitu lugunya akhirnya Diapun tak bisa menahan tawanya dan membuat Dinira akhirnya sadar apa yang sedang terjadi..lelaki itupun tak ingin berlama-lama memandang apa yang sedang berada di depannya.Lelaki itupun kini telah pergi entah kemana
*

"Mamaa Diniraa malu"hanya itu kata kata yang bisa keluar dari mulutku sekarang aku benar-benar malu.
Aku harus pulang sekarang dan kenapa aku bisa berpakaian seperti ini dengan wajah yang ohh tidak indah dipandang, dengan rambut yang tak berbentuk dan satu lagi aku tak memakai alas kaki,kok bisa sih Diniraa

"Mama Dinira kenapa masih berpakaian kaya' gini dan kenapa juga mama biarin Dinira keluar masih dalam keadaan yang belum sadar total maah..?!"

"Mamakan ga' lihat kamu keluar kamarmu na', tadi mama bangu tidur heran kok pintu depan sudah terbuka pas mama lihat dikamar kamu, kamunya udah ga'ada sayang.."

"Terus mama tidak mencari Dinira anak mama yang cantik baik hati dan tentunya tidak sombong ini?"

"Sudah sekarang kamu mandi mau sekolahkan?"

"Ataga mamaa kenapa ga' bilang dari tadi sih"
Kadang aku berfikir begitu beruntungnya aku punya ibu yang begitu baik aku kadang merasa jadi anak belum sempurna karna aku hanya bisa salahin ibuku dengan semua perbuatan yang pada umumnya aku sendiri yang buat aku memang anak yang manja karna aku anak satu satunya dikeluarga kami dan aku sekarang hanya tinggal berdua sama ibu aku karna ayah aku sudah lama meninggalkan kami berdua ketika umur aku masih kecil dan aku sampai sekarang belum pernah melihat wajahnya..sebenarnya aku memang tak ingin melihat wajahnya karna menurut aku itu hanya akan mengingatkan kita akan masa lalu yah jika seandainya Tuhan akhirnya mempertemukan kami..?
kita lihat saja nanti jika sudah saatnya..

*
Kini Dinira sudah berada disekolahnya dengan dandanan yang setengah jadi, dengan rambut yang biasanya dibiarkan tergurai indah kini hanya dikuncir saja lebih nampak seperti ekor Kuda. Dan polesan wajah yang biasanya terlihat elegan kini terlihat kusam, Dinira tahu dia sudah terlambat makanya Dia tidak begitu memperdulikan penampilannya untuk hari ini. Apalagi sekarang adalah jam pertamanya guru kiler.
Dinira pun tiba didepan pintu kelasnya dengan perlahan knop pintunya dibuka

"Assalamu'alaikum Pak, maaf saya terlambat"ohh Dinira malangnya nasibmu hari ini(ucapnya lirih dalam hati)

"Siapa yang suru kamu terlambat?!"tanya pak gurunya dengan tegas

"Maaf Pak, tadi Saya ada insident sedikit diperjalanan kesekolah Pak"

"Terus kamu tidak apa-apa?"tanya pak guru itu dengan nada yang terlihat panik

"Tidak kok Pak, Saya tidak apa-apa, maaf ya Pak"iih kok pak Ivan lebay sih, tumben biasanya liat siswanya terlambat kaya' Macan liat mangsanya sama  Aku kok beda yaa( gerutunya dalam hati sambil melirik teman sebangkunya)

"Ya sudah lain kali harus hati-hati dan jangan sampai terlambat lagi. Sudah silakan duduk."

"Iya Pak" ucap Dinira sambil berjalan menuju bangkunya yang ada dibarisan paling belakang dan tanpa dia sadari ada beberapa pasang mata yang melirik dia dengan tatapan heran akan penampilan Dinira pagi ini.

Sambil berbisik keteman sebangkunya Dinira mengajukan pertanyaan yang bertubi-tubi"Pak Ivan kok beda ya?biasanya kalau ada yang terlambat pasti diterkam abis-abisan, ya kan? terus anak-anak kenapa liat aku kaya' gitu sih? Terus kamu juga malah melongo aja gak jawab-jawab, kenapaa??"

"Hhm, pertanyaan kamu banyak banget, bingung jawab nya Aku, Din"jawabnya tak kala berbisik

"Tapi..."suara Dinira terhenti saat suara ngebas dari arah depan kelasnya lebih dominan terdengar

"Kalian mau mengobrol atau mau belajar?! Sindir Pak Ivan dengan nada yang ditinggikan dan terkesan marah.

Mereka hanya tertunduk diam, tak ada lagi yang berani mengeluarkan suara. Kedua sahabat itu pun kini sibuk dengan buku-buku yang siap mereka jelajahi.

**** ...

Bukan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang