Aku Caitlyn Rose Wood, umurku 19 tahun. Aku mahasiswi jurusan Ekonomi semester 2 di NYU.
Aku mempunyai keluarga di London. Dad ku seorang CEO perusahaan ternama yang mempunyai banyak cabang di beberapa negara. Bukan maksudku menyombongkan diri, aku hanya memberi tahu. Dan sebenarnya tidak banyak yang tahu jika aku adalah anak dari Jonathan Wood, hanya orang terdekat ku yang mengetahuinya. Aku menyembunyikan identitas ku agar tidak berteman dengan seseorang yang hanya ingin memanfaatkanku. Beruntung sekali, tidak sedikit orang yang mempunyai nama belakang sepertiku. Sangat mendukung keadaanku yang tidak ingin diketahui identitas aslinya.
Aku juga bekerja paruh waktu di sebuah kedai kopi. Aku memang ingin belajar mandiri, maka dari itu aku memutuskan untuk bekerja dan tinggal sendiri di sebuah apartemen milik Dad di kota New York ini.
Oh ya, aku mempunyai uhm- aku tidak tahu harus menyebutnya apa, mungkin teman? Ia adalah Harry Edward Styles, lelaki tampan dan cukup populer di kampus. Kurasa kami bisa dibilang cukup dekat. Dan sebenarnya aku menyukai nya.
Tidak lebih dari setahun aku mengenal nya. Tapi, ya, siapa yang tidak terpesona dengan paras nya yang tampan dan perlakuan manisnya? Ku jamin, kau akan jatuh cinta padanya dalam sekejap.
"Cait, kelas mu berakhir pukul 2pm bukan? Mau pulang bersamaku?" tanya Harry dengan santai. Tak tau kah ia jika aku sedang merasa kesenangan sekarang? Ya, walaupun bukan hanya sekali ia mengajakku pulang bersama.
"Ah ya kau benar. Tetapi, kurasa tidak perlu. Kau tau kan aku akan bekerja nanti? Aku bisa pergi sendiri."
"Tidak usah mengelak, aku tau sebenarnya kau ingin kan hm?" ucap Harry seraya menyeringai. Sial, perkataannya benar.
"Jangan terlalu percaya diri, curly! Aku tidak ingin pergi bersamamu."
"Tidak ada tapi. Kau pulang bersamaku nanti."
"Baiklah, aku setuju. Kebetulan aku sedang tidak membawa mobil." jawabku dengan memutar mata.
"Akhirnya kau luluh juga. Kalau begitu, aku akan pergi ke kelas. Kutunggu kau di dekat mobilku pukul 2pm. See ya, babe." Ucap Harry dengan mencium pipiku. Ku ulangi, mencium pipiku.
Astaga, mengapa ia selalu saja membuat kupu-kupu berterbangan di perutku?
Untunglah Harry sudah pergi. Aku tidak akan tertangkap basah olehnya karena pipiku berhasil merona.
Aku segera memasuki kelas ku yang akan dimulai sebentar lagi. Aku tidak ingin terkena ceramah Mr. Lord karena keterlambatanku.
Oh, untunglah aku tidak terlambat. Aku segera menuju bangku paling belakang karena hanya itu yang tersisa. Mr. Lord pun memasuki kelas dan menerangkan materi Bahasa Prancis yang sulit ku mengerti. Kuharap ini cepat berakhir.
Setelah otak ku panas karena tidak mengerti, kelas pun berakhir. Aku masih ada 1 kelas lagi hari ini.
"Uh, Harry?" panggil ku dengan mengetuk kaca mobilnya setelah kelas Mrs. Stood selesai.
"Cait akhirnya kau datang juga. Mengapa kau lama sekali?"
"Mrs. Stood belum selesai mengajar saat sudah seharusnya kelas berakhir. Menyebalkan sekali." jawab ku sambil masuk ke dalam Range Rover milik Harry.
"Jika aku berada di posisimu, aku akan memprotes nya dan langsung keluar kelas haha." Astaga, tawanya membuatku- uh lupakan.
"Ide bagus Harry, akan ku coba lain kali" ucap ku dan ikut tertawa bersamanya.
Seketika tawanya lenyap dan ia mendekatkan wajahnya menuju wajahku. Aku pun berhenti tertawa dan terkejut atas perlakuannya. Bahkan hidung kami hampir bersentuhan. God, aku butuh oksigen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hurts
Fanfiction"Mengapa mencintai seseorang harus sesakit dan serumit ini?" -C "Penyesalan selalu datang di akhir. Dan ternyata cinta memang benar adanya." -H "Bagaimana bisa aku terjebak dalam permainan ku sendiri?" -Z