11

80 5 0
                                    

Ed menggemeletukkan giginya kesal, menatap ponselnya yang menampilkan halaman instagram Taylor Swift tanpa suara. Lagi-lagi bersenang-senang dengan pacar dan teman-teman ceweknya. Sebenarnya, ia sedang tur atau jalan-jalan keliling Inggris? Membuat hati panas saja.

Sebuah panggilan telepon di Skype mengalihkan perhatiannya. Sebelum ia sempat mengatakan apapun, Selena--peneleponnya di seberang sudah mengomel panjang-lebar di layar ponselnya.

"Hei, sudah lihat post terbaru Taylor di snapchat? Aku tak percaya ia benar-benar mengumbar kemesraan di depan publik seperti itu--maksudku, ini sama sekali bukan Taylor yang kukenal!"

Ed menghela napas. Semenjak ia berpisah dengan Zedd, Selena jadi anti dengan segala hal yang berbau DJ. Terutama, ya, terutama, DJ itu sendiri. Dan, suka atau tidak suka, Calvin Harris selalu menjadi sasaran paling empuknya.

Tapi, tolonglah. Memangnya Selena pikir darahnya tak cukup mendidih, mengatakan hal-hal kontroversial semacam itu di depannya?

"Hey, easy. Jangan jadi kompor, Sel."

"Kau yang terlalu sabar! Just make a move already, Ed!"

"...Akan kucoba mencari waktu ketika ia sudah kembali." Sebenarnya, semangat Ed terhadap proyeknya dengan Selena sudah lama mendingin. Bagaimanapun, Calvin Harris hanya terlalu sempurna, dan perasaan rendah dirinya membunuhnya. Sialan. Mengapa ia tidak bisa menyukai gadis yang biasa-biasa saja, contohnya Cherry si teman masa kecil yang kini digosipkan dengannya, dan bukannya diva Hollywood macam Taylor Swift?!

"Edie..! Cukup sudah. Kau menguras habis kesabaranku. Kalau kau tak punya nyali, oke, aku sendiri yang akan mengatakan padanya."

"Whoa, pelan-pelan, Sel. Ingat, ini sudah yang kedua kalinya ia mengeluhkan ucapan pedasmu padaku. Kamu tidak mau persahabatanmu benar-benar terputus hanya karena aku, bukan?"

"Huh, Addynya itu, apa, sih, bagusnya dia? Selain jago mengumbar kemesraan di depan publik. Memalukan!" sungut Selena, dengan argumen yang bagaimanapun juga di telinga Ed terdengar subjektif.

Ed memutar matanya ketika muncul notifikasi baru, bahkan sebelum ia sempat membalas kata-kata Selena. Itu adalah pesan bernada serius dari Taylor--

'Ed, apakah kamu berhubungan dengan Sel akhir-akhir ini? Tak bisa menghubunginya sama sekali sejak dua hari lalu.'

Huh?! Si bodoh yang sedang bertelepon dengannya itu bahkan sampai melakukan aksi mogok bicara pada sang sahabat?!

"Ed? Hei, Ed!"

Mengabaikan notifikasi itu untuk sementara, Ed kembali menatap layar dengan mata menyipit. "Sel... Apa tepatnya yang terjadi antara kamu dan Taylor?"

Selena balik menatapnya tak suka, secara tiba-tiba berubah defensif. "Bukan urusanmu!"

Ed mengerang. Sejak kapan ia terjebak di tengah-tengah pertengkaran gadis-gadis?? Ia tak butuh tambahan beban pikiran lebih dari ini! "Dengar, Sel--"

"Kamu yang dengar, Ed. Setelah sambungan ini terputus, aku akan kembali menghubungi Taylor. Tapi, aku juga akan membahasmu. Terutama akan membahasmu. Maaf, tapi aku sungguh tak tahan lagi!"

"Hei, Sel...!"

Ed menatap nanar wajah Selena yang tiba-tiba menghilang dari layar ponselnya, menyumpah-nyumpah karena meski berulang kali ia berusaha menghubungi Selena setelahnya, tak satupun panggilannya dijawab.

Sial. Pencobaannya sudah dimulai.

Ia mengalihkan pandangannya pada pintu kamarnya, menyadari baru kali ini ia menanti-nantikan jemputan sang manager menuju lokasi konsernya. Ia sungguh-sungguh butuh pengalih perhatian dari semua ini, lebih besar lebih bagus.

Ah! Para gadis memang rumit! Andai sejak awal ia tidak keceplosan mengungkapkan perasaannya di depan Selena.

Hei, Stu? Kapan saja, oke.

Wonderland [Indonesian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang