9

78 5 0
                                    

Baiklah, ia mengaku--ia benar-benar termakan berita. Kabar kedekatan Ed dan Selena itu mengusiknya, kini terutama ketika Ed tak lagi bersama Athina. Bukannya Taylor tak bahagia melihat kedua sahabatnya bersatu, tapi kelakuan Selena mengkhawatirkannya. Bukannya ia yang terus mendorong Taylor untuk mengakui perasaannya pada Ed? Mengapa ia sendiri yang sekarang malah mendekati Ed?

Bunyi ponselnya yang tiba-tiba mengejutkannya. Mengalihkan wajahnya dari cermin rias, Taylor membaca sekilas isi layar, lalu menjawab dengan mode loudspeaker.

"Addy?"

"Babe! Hanya mengecek. Sebentar lagi aku ke sana, kosongkan rumahmu untukku, oke? Aku sedikit terburu-buru."

"Well, apa yang kamu harapkan? Para gadis sibuk dengan fashion show, Ed dalam tur, Haim dengan konser mereka, and Sel's all Zedd."

"Entahlah--barangkali Austin mampir?"

"Tidak mungkin, ia mengurus upacara kelulusannya. Oh, betapa ia sangat menakjubkan. Omong-omong, kamu diundang."

"Senang mendengarnya."

"Austin atau fakta bahwa para sahabatku dengan sengaja menelantarkanku?"

"Keduanya, Sayang, keduanya." Calvin tertawa lembut. "Sampai jumpa setengah jam lagi, oke."

Taylor baru saja meraih ponselnya untuk mematikan sambungan ketika hubungan teleponnya dengan Calvin telah terlebih dahulu terputus, dan nama Ed ganti muncul di layar.

"Ed."

"Tay, kamu sudah akan berangkat?" Nada Ed terdengar terburu-buru.

"Addy menjemput dalam setengah jam."

Ed mengerang di seberang. "Maafkan aku! Aku berencana ke sana, mengejutkanmu dan memberi dukungan sebelum kamu memulai tur... Sial! Andai pesawatku tidak delayed."

"...Oh." sahut Taylor kebingungan.

"Hei, Tay, bisakah kamu menunggu? Aku takkan lebih dari sejam. Lagipula jetmu takkan ke mana-mana tanpamu, dan aku sendiri yang akan mengantarmu ke bandara. Kumohon, kumohon, kumohon?"

"Tapi bagaimana dengan Addy?"

"Beri ia satu alasan bagus, oke?"

"Jadi kamu melimpahkan tugas itu kepadaku?"

Ed terkekeh. "Aku tak terlalu pandai melobi pria Skotlandia."

"Sekarang kamu membawa-bawa kewarganegaraan? Kalian sama-sama British!"

"Oke, oke, maafkan aku, Love. Sampai jumpa satu jam lagi?"

"Jangan sampai terlambat!"

Taylor memutar mata, mengusap sentuhan terakhir riasannya, lalu memutar nomor Calvin. Oh, ini takkan berjalan mulus...

Wonderland [Indonesian]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang