You

195 20 0
                                    

Mario POV

Aku Mario Fernando yang baru mengenal gadis itu yaitu anak dari sahabat papaku sendiri. Ku melihat ekspresinya yang tadi sangat menggemaskan saat melihatku.

Meskipun Om Bagus sudah merestui bahkan dia bilang 'aku jodoh Nadin' kata-kata yang sangat mengejutkan bagiku. Meskipun aku adalah anak sahabatnya tapi aku masih perlu pendekatan lebih dengan Nadin.

Sebelum nantinya Om Bagus mengira nantinya bahwa aku benar-benar serius dengan Nadin. Tapi apakah bisa aku mencintainya dan begitupun sebaliknya? Entahlah yang jelas kita belum pacaran sesungguh-sungguhnya.

Nadin POV

Aku masih memikirkan ucapan papah yang masih terngiang di otakku.

Mario Fernando. Ya benar namanya Mario Fernando, ia adalah kado ulang tahun ku dari papah.

Suara ponselku tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan.

From : Mario

Aku akan mengenalkan orangtuaku padamu. Pukul 5.00 sore aku akan menjemputmu.
Sampai jumpa

Apakah aku nantinya akan mencintainya? Ataukah aku akan di sakitinya? Entahlah biarlah cerita ini mengalir seperti air. Karena air bisa melewati apapun yang ada di depannya dengan tenang. Maka akupun harus melewatinya dengan tenang apapun yang terjadi. Meskipun aku takut

Mario POV

"Sudah siap?" Tanyaku. Dia menganggukan kepalanya.

Wajah cantik Nadin terlihat semakin indah saat tersenyum seperti ini.

Dengan dress berwarna pink, sepatu heels, juga rambut hitamnya yg terurai sangat indah.

Dia memasuki mobil dan lansung memansangkan sabut pengaman milikinya. Aku yang langsung menyalakan mobil.

Dalam perjalanan Nadin hanya terdiam sambil sesekali melihat arlogi di tangannya.

Seperti biasanya kota Jakarta selalu di sibukkan dengan kemacetan lalu lintasnya. Mobil yang ada di belakangku terus mengklakson.

Sore ini memang jalanan sangat padat sekali tak ada celah untuk memuntar balik atau sekedar untuk meminggirkan mobil. Sudah 15 menit kami terjebak macet. Depan,belakang,kanan,kiri penuh dengan mobil.

Aku melirik Nadin. Aku binggung mau mulai bicara darimana. Lalu aku mengalihkan perhatianku ke mobil yang ada di depannya karena Nadin menyadari bahwa aku melihattinya.

"Nadin..." ucapku sambil menoleh ke arahnya.

"Nadin... Nadin kamu kenapa?" Aku melihat napas Nadin yang terengah-engah

Aku mengklakson mobil yang ada di depannku supaya cepat jalan tapi sia-sia sore ini jalanan macet total.

"As..ma.. ku... kam..buh..." jawabnya sambil memegang dadanya.

Aku bingung apa yang harus ku lakukan. Nadin ga boleh sampe mati. Aku harus bilang apa sama om Bagus.

Aku panik. Hingga akhirnya aku menuruti kata hati di banding logikaku sendiri.

Aku melepaskan sabuk pengamanku dan langsung berhadapan dengan Nadin.

Aku Mendaratkan bibirku ke bibirnya sambil mengeluarkan napasku sekuat kuatnya untuknya.

Aku menurukan kursi Nadin sehingga ia berada di posisi setengah berbaring. Melepaskan sabuk pengamannya.

"Nadin...Nadin sadarlah! " aku menepuk pipinya dan menghirup udara lalu aku mengulang lagi memberikan napas untuknya.

Nadin belum juga bangun. Aku memompa dadanya. Mungkin agak sedikit risih tapi apa boleh buat dari pada Nadin mati.

"Nadin...Nadin sadarlah" keringat yang mengalir dari keningku begitu terasa.

Saat aku akan mencoba napas buatan yang ketiga kalinya. 1 cm bibirku aku mengenai bibir Nadin lagi tapi, mata Nadin mulai terbuka. Kaget? tentu aku merasakannya. Hanya jarak satu 1 senti berhadapan dengan Nadin. Aku tersenyum dan tentu juga malu pastinya.

"Kau baik-baik saja, Nadin?" Tanyaku khawatir.

Dia menggangguk kan kelapanya.

Aku kemabali ke tempat dudukku untuk meminggirkan mobil.

"Kita pulang saja ya?"

"Lalu bagaimana dengan orang tuamu?" Tanya Nadin sedikit tak enak.

"Nanti saja kita bertemu orangtua ku. Bagaimana?" Ku tersenyum padanya.

"Baiklah" dia mengganggukan kepalanya.

Nadin POV

Mungkin aku lupa membawa inherlerku yang biasa aku simpan di dalam tasku. Tapi sebelum berangkat aku mengecek semuanya. Termasuk inheler yang selalu aku bawa kemana-mana. Aku memeriksa kembali tas ku sementara Mario fokus dengan jalan. Berulang kali aku membuka tas ku. Tapi aku tidak menemukan inheler itu.

Ku melihat ke bawah kursi tempat ku duduk. Dan ternyata benar sekali inheler itu jatuh. Dan sepertinya inheler itu rusak. Ya mungkin terinjak oleh Mario yang tadi memberikan napas buatan untukku.

Aku sengaja tidak mengambilnya karena aku takut dia berpikir bahwa aku sengaja menjatuhkan inheler itu. Aku takut Mario berpikir kalau aku hanya merencanakan ini semua.

Kalian tahu ini adalah ciuman pertamaku. Dan itu agak sedikit risih bagiku mungkin Mario agak sedikit lancang padaku tapi aku juga faham bahwa ini dalam keadanya darurat. Rasa malu dan senangpun bercampur aduk dalam benakku.

"Kamu cari apa?" Tanya Mario

"Ehmm.. enggak enggak ko ga ada apa apa." Sepertinya mukaku kayak kepiting rebus sekarang.

Kalian jangan bilang bilang yah sama Mario kalo inheler aku jauh. Suttttt. Ini rahasia kita.

Mario POV

aku melihat tingkah aneh dari Nadin yang dari tadi terus membuka tas nya berulang kali. Entah apa yang dia cari?

Kulihat sebuah benda yang berada di bawah kursi Nadin. Ternyata itu inhelernya. Nadin mencoba menyembunyikan inherler itu mengijaknya dengan sepatunya.

Tingkahnya mebuatku senyum masam-masam. Dan dia pun sama hanya semyum dan semyum ketika aku meliriknya.

#####

Haii gimana ceritanya?

Ga jelas kah? Atau absrut kah?

Comen nya dong☺

juga jgn lupa votenya.

Luvluvluv

Shedee4

Cinta Yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang