Magang

198 16 4
                                    

Nadin POV

Sekarang aku berada di tempat yang identik dengan ambulance,darah,jas putih, dan juga kepanikan.

IGD kata itu mungkin tak asing lagi bagi kalian.

Memang benar, aku kuliah di bidang kesehatan lebih tepat nya menjadi dokter.

Aku mengenakan jas putih. Yang sangat aku impikan sejak dulu.

"Din sarapan dulu yuk. Dokter kepalanya juga belum dateng!" Ajak Intan.

"Iya bentar dulu tan" aku mengikat rambut dan membenarkan make up.

"Din."

"Iya sabar napa tan"

"Din" intan menepuk nepuk pundak

"Yaelah kenapa sih lo gak sa-" ketus gue sebal sambil berbalik badan "sa-sa-bar" gugup. Ternyata seorang laki-laki usia 30 tahun berdiri di hadapanku dengan tatapan sinis.

"Apa?LO DI SINI MAU DANDAN APA MAU KERJA?" Ucap laki laki dengan nada tinggi.

Deg hati gue menciut.

Ku lihat papan nama lelaki di hadapanku ini.

    Satrio

Dokter kepala

"Lo itu baru magang di sini. Enak enakkan lo pake dandan segala lagi orang lain pake kerja." sambil nunjuk-nunjuk gue.

Gila nih bapak-bapak baru juga magang marahnya udh kayak Ganteng-Genteng Sue loh. Batin gue kesel.

Gue hanya nunduk

"Ma-maaf pak"

"Karena lo salah. Lo harus di hukum. 1 seri bending.

Tiap satu seri = 20 bending" ketus si tua

Buset!!! Ini rumah sakit atau lagi MOS anak sekolah.-

Karena gue baru di sini. Gue turutin aja perintah doter gila ini.

Habis gue bending. Dia ngeleos pergi gitu aja.

Dasar kampret.

Keringat dengan mudahnya mengalir gitu aja di muka gue.

Mungkin. Gue jarang olahraga jadi pas olahraga sedikit udah capek. #udh lupain.

Gue lirik jam tangan gue yang masih menunjukan pukul 06.30

Gila tuh dokter!!!

Gue lirik kanan kiri masih sepi. Ada sih beberapa suster dan dokter lagi sibuk di ruang IGD ini.

Terus si Intan kemana? Yaelah itu temen bukan ninggalin gue gitu aja.

Kriukkkk..

Perut gue demo nih...

Tanpa banyak mikir gue lansung cabut ke kantin.

Sampe di kantin. Seseorang ngelambaiin tangan ke gue.

"Din sini" intan lambai lambia tangan ke gue supaya duduk di sana.

Gue duduk di samping si intan.

"Eh gila lo ninggalin gue tadi sendirian. Lo itu temen gue bukan? Maen pergi gitu aja."

"Ya maaf abis dokter itu tampangnya serem banget" sahut intan sembari menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Lo pikir dia hantu apa? Pake takut segala" ketus gue sebal.

"Maafin gue Nadin cantik. Yah maafin gue" pinta intan.

"Ok gue maafin lo asal lo gak bakal ngulangin lagi dan teraktir gue. Gmn?"

"Oke lah" ucap dia setuju.

"Gila dokter satrio marahnya kaya monster. Berasa di neraka" Seorang dokter berparas cantik di sebelah kursiku sedang membahas orang yang tadi marah-marahin gue.

"Yang bener nis?" Tanya temannya yang saling duduk berhadapan.

"Sumpah Rin. Gue gak bohong. Dia kalau marah kayak monter. Ibu gue aja gak kayak gitu" katanya sambil makan makanan. "Kata dokter yang lain pun gak ada yang berani ngelawan dokter satrio. Semuanya nurut." Sambung dokter itu lalu pergi meninggalkan kantin.

"Nadin?" Ucap intan

"Hem" jawab gue sambil melahap makanan enak ini.

"Yang dibicarain dokter tadi apa bener?" Tanya dia penasaran

"Ya benerlah" ucap gue tegas. "Lo tadi ninggalin gue sih makannya lo gak tau dia marah nya kayak apa sama gue." Sambung gue dengan nada kesal.

"Ya maaf" ucap intan sambil meneruskan sarapannya.

****

Haha ceritanya absrut ya? Kadang Pake aku, kadang pake gue. Biasa yang nulisnya masih labil. Hhe

Btw thank's ya udh baca cerita gue. Jgn lupa vote nya. Untuk sementara gue gak bakal update karena otak gue lagi beku nih #kyak yang ada baca aja.

Oke deh gitu aja dari gue. Tunggu part selanjutnya ya.

Kalo ada comen atau saran buat cerita ini kalian bisa add line gue : diah nuriyah

Oke gue cabut dulu.

Bye:)





 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang