Seikat Bunga

124 17 2
                                    

Sorak sorai suara mahasiswa memenuhi gedung ini setelah meraka mendapatkan kelulusan bahwa mereka lulus.

Seperti yang biasa di lakukan mahasiswa pada umumnya Nadin juga mengalungkan topi wisuda nya itu dan berfoto bersama keluarganya.

Di depan sana tampaknya ada berapa orang yang Nadin kenal ternyata benar saja mereka adalah om Salim dan istrinya beserta Mario tentunya.

"Selamat ya Nadin" Mario memberikan tangannya dan memeluk Nadin.

Entah terlalu senang atau Nadin lupa bahwa ia membalas pelukan Mario sambil mengucapkan "Terimasih"

"Ehem" Salim pura-pura batuk

Nadin dan Mario saling melepaskan pelukannya.

Nadin hanya diam tak berkata apa-apa, pipinya merah itu menandakan Nadin malu pada Salim dan juga orang-orang yang di sekitarnya.

Sementara Mario salah tingkah. Dia pura-pura ingin ke toilet dan ingin segera pergi dari hadapan mereka.

Mario POV

Aku menyalakan keran dan terus menerus mencuci mukaku. Aku merasakan kepanasan saat aku memeluknya. Entah kenapa aku bisa spontan memeluknya dan juga di hadapan keluarga Nadin. Rasanya begitu nyaman saat memeluknya. Tenang,damai, dan juga bahagia.

Dan tadi kamipun tidak sadar bahwa kami berpelukan di hadapan banyak orang dan juga termasuk adik-adik Nadin yang seharusnya tidak melihat kejadian itu karena mereka belum cukup umur untuk melihatnya.

Tapi untungnya papahku memberi kode keras agar aku melepaskan pelukan itu. Sontak aku dan Nadin langsung melepaslan pelukan kami.

Selain rasa nyaman. Pelukan Nadin membuat hatiku berdegup kencang seperti ABG yang baru jatuh Cinta. Padahal Umurku sudah 24 tahun.

Oh Tuhan rasa apa ini? Rasa yang belum pernah ku raskan sebelumnya. Sekalipun dengan mantan-mantanku sebelumnya.

Nadin POV

Mungkin jika di gambarkan betapa malunya aku sekarang. Setelah pelukkan itu Mario pergi ke toilet. Entah memang ingin benar pergi ke toilet atau hanya sebagai alasan saja untuk menyembunyikan malunya seperti sekarang yang kurasakan.

Dari tadi aku hanya tersenyum malu pada Om Salim.

"Jadi kapan mau nikahnya?" Seseorang yang membisik di telingaku. Mataku melotot kaget dan langsung melirik ke arah sumber suara. Dan ternyata itu adalah Om Salim.

"A-anu om" aku gugup.

"Anu apa Nadin? Kan kamu sudah lulus kuliah."

"Nanti saya pikirkan lagi soal itu om."

"Baiklah. Om tidak akan memaksa kamu Nadin. Tapi om sudah tidak sabar untuk gendong cucu dari mario" sahutnya penuh pengharapkan.

Aku hanya tersenyum pada Om Salim karena specless

****

Autor POV

"Mau kah kamu jadi pacarku?" dengan seikat bunga yang di genggamnya.

Untuknya... Pria itu siap mencintai wanita yang ada di hadapanya. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya.

Dan tentunya siap untuk patah hati atau menikah nantinya bersama Nadin.

****

Giman cerita nya?

Apa tambah GJ? Absrut? Ngaco?

Ampuni baim Ya Allah

Makasih readers sudah kasih vote ya:* Comenya dong plissss:)

Saran&Kritiknya sangat di harapkan.

Oke bye;)

Salam cinta,

@Shedee4



Cinta Yang SalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang