Empat tahun kemudian.
Kembali ke Spanyol di tahun 2014, saat aku sudah hampir menyelesaikan kuliahku, dan sedang mengerjakan proyek melukis sebuah tembok kafe di alun-alun Kota Madrid.
Saat sedang asyik melukis, seseorang menepuk bahuku. "Selamat sore." Ujarnya.
Aku tidak langsung menoleh karena kaget ada orang yang menyapaku dalam bahasa Indonesia, dan rasanya aku kenal suara itu. Begitu menoleh, aku melihat sosok itu, berdiri di belakangku.
"Eh?"
"Apa kabar?" Tanyanya sambil tersenyum manis.
"Kenapa kamu bisa di sini?" Aku malah balik bertanya.
"Ceritanya panjang."
"Bisa disingkat?"
"Anggap saja, kebetulan aku dikirim untuk mengikuti pelatihan ke sini." Ujarnya. Aku menatapnya datar. "Iya, ada pelatihan untuk pegawai teladan yang akan dikirim ke Spanyol, dan aku mati-mati mengejarnya untuk bisa ketemu sama kamu."
Aku geleng-geleng kepala. "Sebegitu sukanya kamu sama aku?"
"Iya." Sahutnya. Lalu dia mengeluarkan setangkai mawar putih. "Apa kamu mau jadi..."
"Stop!"
"Oke, kalau kamu nggak mau. Setidaknya sebelum aku pulang, apa kamu mau aku traktir Vodka? "
"Heh!" Teriakku. Dan aku tersenyum. Setelah bertahun-tahun, untuk pertama kalinya sejak Bapakku ditangkap polisi, dan aku ditangkap KPK, akhirnya aku tersenyum.
Bergegas, aku turun dari bangku tempatku melukis, dan memeluknya erat.
"Kamu harus sering-sering melakukan itu." Ujarnya.
"Melakukan apa?"
"Tersenyum, karena kamu manis kalau tersenyum."
Dan aku tersenyum lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum Windy
RomanceSuatu malam, Windy Larasati tertangkap basah sedang dalam keadaan telanjang bersama seorang laki-laki-yang juga telanjang, dan kebetulan laki-laki itu merupakan tersangka korupsi. Keduanya langsung ditangkap KPK. Sejak itu, hidup Windy yang sudah be...