8 : Kefrustasian Dennis

3.3K 256 0
                                    

"Disini, di kota malaikat ini, Alenie."

Author

"Apa aku seperti malaikat?" Tanya Ale tiba tiba.

"Maksudmu?" Tanya orang itu tidak mengerti.

"Wajahku, apa aku seperti malaikat?" Tanya Ale.

"Ya sama seperti malaikat, pucat namun cantik." Jawab orang itu tulus.

"Berarti Tuhan sedang mempersiapkanku untuk menuju kesitu." Ucap Ale pelan namun bisa didengar oleh orang itu.

"Maksudmu?" Tanya orang itu kaget. Orang itu mengerti arti kalimat yang dilontarkan Ale, kematian.

"Rupanya kau mengingatku huh?" Tanya Ale tersenyum geli, mencoba mengalihkan pembicaraan.

Orang itu tahu, tahu bahwa Ale ingin mengalihkan pembicaraan. Dan orang itu mengerti, mungkin Ale sedang ada masalah sampai sampai dia berkata seperti itu. Sama seperti dahulu kala, orang itu tidak mau memaksa Ale untuk menceritakkannya. Tapi orang itu mau, Ale yang menceritakkan masalah dia kepadanya tanpa pemaksaan. Jadi dia lebih memilih untuk mengikuti alur pembicaraan Ale.

"Siapa orang yang akan melupakan sahabatnya? Tidak ada." Jawab orang itu.

"Bukankah tadi kau yang melupakanku, Revin?" Tanya Ale.

"Aku berusaha mengingatmu." Jawab Revin tak mau disalahkan.

"Berarti kau melupakanku." Jawab Ale tenang tanpa menatap Revin. Tatapannya masih kepada jalanan dibawahnya.

Revin terkekeh, "sudahlah, kalau berdebat denganmu tidak akan pernah habis."

Ale masih tenang tanpa mengalihkan pandangannya dari keramaian jalanan, "kau tahu itu." Balasnya tenang.

"Kau banyak berubah Alenie." Ucap Revin.

Kali ini Ale menoleh kepada Revin lalu tersenyum. Tidak lama, dia menatap kembali jalanan, "semua orang berubah, tidak ada yang tidak berubah."

"Kau terlihat sedang ada masalah. Dimana sifat ceriamu saat kecil huh?" Tanya Revin tenang, mencoba memancing Ale untuk menceritakan masalahnya.

"Masih ada sifat ceriaku. Hanya saja aku sedang tidak dalam mood." Jawab Ale tidak terpancing.

Revin mendesah kesal dalam hati. Dari dulu, Ale tidak pernah terpancing. Bahkan sampai sekarang, Revin tidak tahu masalah apa yang pernah dialami Ale.

Karena Ale selalu menyimpan semuanya sendiri.

"Sudah berapa lama kita tidak bertemu ya?" Tanya Revin dengan dahi mengkerut.

"Lima tahun." Jawab Ale tenang.

"Kau mengingatnya?" Tanya Revin.

Tentu aku mengingatnya, aku mengingat karena saat kamu pergi, aku yang berjuang sendirian tanpa ada yang mendukung lagi.

Ale dan Revin memang bersahabat sejak dulu. Hanya saja umur mereka jauh, Revin lebih tua lima tahun dari Ale. Dulu dia anggap Revin sebagai kakaknya, walaupun Revin sama sekali tidak mengetahui kehidupan Ale, Revin selalu mendukung Ale tanpa Revin ketahui apa masalah yang dialami Ale.

TBFS (6) Dennis' - Oliver'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang