Remembering Sunday

495 18 0
                                    

Glossary

Kiitos (FIN): Terima kasih

NB: Please listen to All Time Low - Remembering Sunday while reading this :)

-Enjoy!-

Hari Minggu. Hari yang cocok untuk bermalas-malasan di tempat tidur setelah enam hari bekerja tanpa henti─jika kau hidup sendiri tanpa orang tuamu. Juga hari yang tepat untuk kencan bersama pasangan.

Dan hal yang terakhir itulah yang akan Tiino Vainamoinen lakukan saat terbangun di Minggu pagi ini. Ia merenggangkan tangannya dan melenguh. Lalu ia melirik sebelahnya. Gadis yang semalam tidur bersamanya tidak ada. Mungkin berada di dapur. Dengan pemikiran seperti itu Tiino bangun dan pergi ke kamar mandi untuk menjalani ritual paginya. Lalu pergi ke dapur di lantai bawah. Ia menemukan gadisnya sedang duduk di kursi meja makan dengan secangkir kopi susu di tangannya. Mantel tidur berwarna putih menutupi tubuhnya yang hanya mengenakan kaus tanpa lengan dan celana pendek warna putih hitam bergaris-garis.

“Selamat pagi, Tiino.” Sapa Kirana Kusnapaharani dengan senyum cerah di bibirnya. Rambut hitam panjangnya yang berantakan digelung asal namun tetap cantik. “Aku membuatkan kopi dan omelet kesukaanmu.” Kirana berdiri dan berjalan ke arah konter, mengambil piring berisi omelet yang sudah disiapkannya dan secangkir kopi pahit.

Kiitos, dear.” Tiino menerima sarapannya dan mengecup kening Kirana dengan mesra, yang memunculkan semburat merah di wajah manis Kirana.

Tiino dan Kirana telah resmi menjalin hubungan sebagai sepasang kekasih sejak dua tahun yang lalu. Berawal dari pertemuan mereka yang tidak disengaja. Tiino bekerja sebagai desainer grafis di sebuah perusahaan penerbitan di New York. Sementara Kirana bekerja sebagai author freelancer yang kebetulan sering menerbitkan buku karangannya di perusahaan Tiino. Mereka bertemu secara tidak sengaja di sebuah kafe. Tiino tengah membaca bagian akhir salah satu buku karangan gadis berumur 24 tahun itu berikut identitasnya. Saat itulah Kirana masuk kafe dan Tiino langsung membandingkan foto di buku dengan wajah Kirana. Lalu mereka berkenalan dan voila, jadilah seperti sekarang ini.

“Enak?” tanya Kirana sambil menyesap kopinya sementara Tiino menghabiskan omeletnya. “Mm. Enak sekali. Kau memang berbakat masak.” Lalu wajah gadis itu merona lagi.

“Bagaimana kalau hari ini kita kencan di luar?” tawar Tiino antusias yang disambut anggukan mau Kirana.

.

“Hei, kenapa akhir-akhir ini kau sering sekali menatap kalender?” tanya Tiino saat mereka sedang duduk-duduk santai di Starbocks menunggu jam tayang film bioskop yang tiketnya telah mereka pesan.

Kirana mengaduk-aduk Caramel Macchiato-nya yang tinggal duapertiga gelas. “Hanya menghitung kapan aku akan datang bulan.” Ucapnya, berbohong.

“Oh.” Respon Tiino dengan wajah agak memerah─malu karena telah menanyakan urusan pribadi wanita. Kirana tertawa geli melihatnya. Tiino menaikkan alisnya sekilas sebelum tersenyum lembut.

“Ayo kita ke bioskop. Filmnya tayang limabelas menit lagi.” Ucap Tiino. Kirana menghabiskan minumannya dalam sekali teguk dan meraih tangan Tiino yang diulurkan padanya.

“Aku ingin memastikan, kau suka romance kan?” tanya Tiino setelah mereka duduk di sofa merah bioskop yang empuk.

“Ya.” Jawab Kirana singkat. Sedetik kemudian ia terkejut saat bibir Tiino menyentuh pipinya dengan lembut.

Orang yang duduk di sebelah Tiino berdehem pelan dan mereka berdua langsung menghentikan kegiatannya. Tiino kembali bersandar ke sofa dengan wajah agak merah karena aksinya tadi dilihat orang. Kirana menyentil lengan Tiino kesal. Tiino mengerang kecil dan menatap Kirana dengan wajah minta dikasihani. Kirana menggembungkan pipinya dan membuang muka.

Remembering SundayWhere stories live. Discover now