Malam di Tokyo memang sangat berbeda jika dibandingkan dengan pedesaan. Begitu ramai mobil berlalu-lalang, toko-toko yang indah menyambut, lalu beberapa salju yang mulai berjatuhan, walau ini masih di awal bulan desember.
Hari ini adalah hari sabtu, atau bisa disebut malam minggu. Jadi wajar saja banyak pasangan yang berpegangan tangan dibawah payung dan tertawa bersama. Banyak juga yang berduaan di dalam restoran dengan makanan sedap menemani mereka, selain itu ada juga yang berdua duduk di taman hanya sekedar membicarakan hubungan mereka dan kembali tertawa.
Berbeda hal dengan seseorang yang hanya berjalan sendirian menuju ke sebuah toko buku. Hiro yang notabenenya adalah singleーsebut saja jonesー hanya berjalan-jalan santai menuju ke sebuah toko yang ada di dekat pohon cemara besar tersebut. Hiro lalu masuk ke toko tersebut, dan menuju ke deretan novel. Ia melihat-lihat sebentar, sampai menemukan sebuah novel dengan penulis yang sangat dia idolakan, buku bersampul hijau dengan dedaunan tersebut ia bolak-balik, buku tersebut berjudul "Life." Atau yang berarti kehidupan.
Setelah membayar dikasir, Hiro segera keluar dan duduk santai di bangku taman sambil membuka pelapis plastik buku yang ia beli tadi. Ia tersenyum sambil melihat belakang buku, dan dapat dilihatnya seorang pria yang berfoto disana, dengan biografi singkatnya. 'Hideyoshi Kanao.'
Ia membaca bagian prolog dari buku tersebut, senyuman senang terpatri di wajahnya, terlihat sekali jika dia sangat menyukai buku tersebitーlebih tepatnya, cerita dan isi buku tersebut. Memang, hobi dari ketua CEO AKAI Corp. Tersebut adalah membaca, sekaligus menulis novel, tapi karyanya tidak satupun yang diterima di penerbit. Walaupun begitu, dia tetap suka hal kesastraan, terutama karya milik Hideyoshi Kanao tersebut.
Setelah selesai membaca bagian prolog, dia memberi sebuah batasan dan menutup bukunya. Hiro beranjak dan berjalan santai lagi ke sebuah kedai ramen yang cukup ramai, ia lalu masuk dan memesan sebuah ramen, dan duduk di meja yang ada dekat jendela. Hiro melihat keluar jendela, dan dilihatnya pasangan yang berlalu-lalang sambil tertawa bersama. Dia hanya tersenyum pasrah saat menyadari dirinya sendirian. Sebenarnya, dia pernah bertunangan, dan sudah hampir menikah dengan seorang wanita, tapi sayangnya saat 5 hari sebelum pernikahan mereka, wanita tersebut kecelakaan dan jatuh ke jurang, sehingga nyawanya tidak dapat diselamatkan. Sejak saat itu, Hiro merasa trauma akan memiliki pasangan, tapi dia juga merasa kesepian.
"Haah.. Tidak-tidak, aku masih harus fokus pada perusahaan!" Katanya pelan sambil menepuk kedua pipinya.
"Ini pesanan anda," Seorang pelayan lalu meletakkan semangkuk ramen jumbo, dan segelas besar bir.
"Terimakasih." Kata Hiro. Pelayan tersebut lalu kembali kebelakang untuk kembali bertugas, sementara Hiro sudah menikmati makan malamnya yang sangat enak tersebut.
Memang pas sekali, jika malam dingin ditemani semangkuk besar mi ramen hangat dan segelas bir. Walaupun sendirian, Hiro merasa sangat senang. Dia merasa ada seseorang disisinya, yang dia yakini adalah tunangannya yang begitu ia cintai. Tapi, kenyataan jika wanita itu sudah pergi sangat menyakitkan.
"Boleh aku duduk disini?" Tanya seseorang yang membuat Hiro mendongakkan kepalanya.
Dia lalu terdiam, rasanya seluruh dirinya gemetar dan ada sesuatu yang ingin meledak dari kepalanya saat melihat siapa yang ada dihadapannya.
"An-an-anda Hi-hideyo-yoshi Ka-kanao?!" Kejutnya lalu bangun dari duduk dan menaruh sumpit.
"Iya, yaah.. Aku hanya ingin refreshing sebentar, jadi apa boleh?" Tanya pria yang ternyata adalah idola Hiro, Hideyoshi Kanao.
"Te-tentu saja! Silahkan!" Kata Hiro dengan gugup, dia lalu kembali duduk, juga dengan Hide didepannya.
"Sa-saya adalah.. Penggemar berat anda!" Kata Hiro sambil menunduk, memegang sumpit saja tangannha masih gemetar, tidak biasanya dia seperti ini.
"Haha, tidak perlu gugup seperti itu. Nah, berarti kau sudah tau namaku. Lalu kau?" Hide mandang Hiro yang gugup sambil meniup kecil supnya.
"A-aku Hiroshi A-akira." Jawab Hiro lalu meminum birnya.
"Oh? Kau pemimpin AKAI Corp. Itu kan?!" Kata Hide lalu tersenyum.
Sejenak Hiro terpesona melihat wajah Hide yang tersenyum, benar-benar lain dengan yang dilihatnya di biografi novel, ini nyata! Di depan matanya!
"I-iya." Hiro akhirnya sadar dari lamunannya dan lanjut memakan ramen yang sudah tinggal setengah.
"Senang berkenalan denganmu, saa~ Besok aku akan interview denganmu ya?"
UhukーHiro tersedak kuah ramen yang agak pedas itu. Apa katanya? Seorang idolanya akan interview pekerjaan dengannya?! Dia tidak mimpi kan?!
"Ha-hah?! A-anda a-akan bekerja di perusahaan?" Tanya Hiro tergagap.
KYAAH! SEPERTINYA MALAM MINGGU KALI INI SANGAAAATTT ISTIMEWAA!
Pikiran aneh Hiro mulai gentayangan, tapi mustahil jika dia akan mengatakannya.
"Iya, aku akan mencari pekerjaan, dan untungnya di perusahaanmu sedang ada lowongan, aku tidak bisa terus menjadi penulis." Kata Hide lalu menghela napas kecil.
"Sa-saya sangat menyukai karya anda! Kumohon teruslah berkarya! Saya sangat menyukai anda!" Kata Hiro. Tiba-tiba dia menutup mulutnya terkejut saat sadar apa yang telah dia katakan.
"O-oh.. Tentu saja!" Kata Hide sambil tertawa dan menyerahkan sebuah kartu nama ke Hiro.
"Kau boleh mampir ke rumahku, dan melihat naskahku. Aku yakin kau akan tertarik."
"TENTU SAJA SAYA TERTARIK!" Teriak Hiro yang membuat Hide tertawa. "Ma-maaf.." kata Hiro lalu menutup wajahnya malu.
Sementara itu, seseorang sudah mengawasi gerak-gerik Hiro dari luar restoran.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Am I to You?
RandomHiroshi Akira, seorang pemuda yang sangat pintar, karirnya yang baik diusia muda! Tapi, entah kenapa kepintarannya hilang?! Ada apa dengan Akira? "Apa maumu sebenarnya?!" "Aku hanya ingin kehancuranmu, tuan." 'Aku.. Sudah terlalu mencintaimu.. Z.' "...