ー5ー

343 20 0
                                    

"I just say, No reason. I love you, Four seasons. Tsutaerarezu I am, Broken Heart. Please tell me your, Sweet soul. Please tell me your, Sweet love. Kiete shimai sou iro aseta nukumori."

Hiro berjalan santai menuju ke ruangannya sambil bernyanyi lagu milik Yuya Matsushita yang berjudul Mr. Broken Heart. Hari ini jadwalnya kosong, jadi dia bisa bersantai seharian di kantor, bahkan dia bisa berjalan-jalan, tapi tentu saja dia tidak ingin, Hiro bukan orang yang suka berjalan sendirian.

Sambil meminum kopi yang sudah dibawakan oleh seorang OB tadi, Hiro membaca semua rangkuman perusahaan selama seminggu, dan tentu saja hasilnya masih normal. Walau ada beberapa masalah yang membuatnya sakit kepala, tapi Hiro masih bisa mengatasinya. Dia benar-benar genius.

Tok Tok Tok.

"Masuk." Kata Hiro santai, lalu seseorang masuk dengan membawa sebuah tas hitam.

"Hide-san? Itu apa?" Tanya Hiro penasaran, dia tersenyum senang melihat ke arah Hide.

"Oh, ini novel sayー"

"Jangan formal, kita hanya berdua." Kata Hiro memotong ucapan Hide.

"Uhm. Ini novel karyaku, tapi tidak aku publish. Karena sudah tidak berguna, apa kamu mau bacー"

"MAU!" Lagi-lagi perkataan Hide dipotong Hiro dengan semangat. Hiro lalu mengambil buku didalam tas tersebut, dan membacanya dengan antusias. Beberapa menit, dia merasakan sebuah tangan mengelus kepalanya penuh kasih sayang, Hiro lalu mendongakkan kepala dan melihat Hide yang mengelus pelan kepalanya.

"E-eh! Maafkan saya! Saya jadi teringat adik saya!" Kata Hide lalu menghentikan elusannya dan menjauhkan dirinya.

Sementara Hiro hanya terdiam menatap Hide, dia tidak pernah merasa kepalanya dielus penuh kasih sayang, dia tidak punya sosok ayah dan ibu sejak kecil. Dan apa yang dilakukan Hide telah membuat jantungnya berdetak abnormal.

"Hide-san, apa aku kena penyakit jantung?" Kata Hiro polos yang membuat Hide membelalakan matanya.

"Ha-hah?! Anda kenapa?!" Teriak Hide khawatir.

"Aku merasa detakan jantungku lebih cepat setelah kau usap kepalaku." Kata Hiro lebih polos lagi yang membuat Hide menepun jidatnya.

"Astaga, itu artinya kau jatuh cinta tuan," Hide lalu mengelus dadanya tanda dia lega.

"Apa itu cinta?"

Sekali lagi, Hide menepuk jidatnya. Apa bosnya ini terlalu polos?! Bukankah dia sangat genius?! Lalu, arti cinta saja tidak mengerti? Oh, yang benar saja!

"Hide-san, kembali eluslah kepalaku, aku sangat menyukainya. Rasanya nyaman."

Dengan senyum hangatnya, Hide kembali mengelus rambut Hiro perlahan. Sementara Hiro memejamkan matanya menikmati. Apa ini yang namanya kasih sayang? Sejak lahir, dia tidak pernah merasakan sentuhan seperti ini, tapi pikirannya masih berkutat pada 'apa itu cinta'.

"Hiro-san, apa anda mau mampir nanti ke apartemenku?" Tanya Hide masih dengan gerakan tangannya.

"Apa boleh?" Hiro sedikit mendongakkan kepalanya.

"Tentu, apartemen saya dekat disini." Jawab Hide tenang. "Umm... A-apa anda mau memanggil saya Kanao?"

"E-eh? Hum. Te-tentu saja aku mau. Kalau begitu, kau panggil aku Akira saja," Jawab Hiro dengan semburat merah di pipinya.

DRRRT DRRT DRRRT

Sebuah getaran ponsel menganggu kegiatan Hide mengelus kepala Hiro, ia lalu permisi menerima telepon diluar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 06, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

What Am I to You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang