[Hiroshi Akira POV.]
Semuanya benar-benar kacau! Pertama, aku yang diculik oleh seseorang, dan lalu aku yang mendapat surat beramplop merah ditambah kata ancaman, dan yang ketiga kini hasil meeting yang begitu penting daripada kekayaanku pun menghilang! Sial! Sebenarnya ada apa dengan hal ini?! Biasanya desember akan indah, tapi mulai tanggal 2 desember ini, sangat menyedihkan!
"Bagaimana? Apa sudah ditemukan salinan dari catatan Jeremy?" Tanyaku pada Kanae yang juga terlihat sangat kacau.
"Su-sudah, Jeremy sedang mengetiknya ulang. Besok pagi saya pastikan selesai, a-anda bi-bisa pulang sekarang." Kata Kanae sambil tergugup, sepertinya dia masih takut karena aku yang membentaknya tadi di Cafe.
Ah sudahlah, aku hanya bisa menunggu hasil dari Jeremy dan kembali memasukannya ke berkasku. Aku pastikan, jika pelakunya sudah ditemukan akan ku kuliti kepalanya hingga matanya pun akan ku ukir!
"Huh, aku akan pulang." Aku lalu mengambil tas dan beranjak dari kursi mewahku. Hari ini benar-benar melelahkan, ditambah luka ditubuhku yang masih sangat perih.
Sialnya, aku lupa jika tidak membawa mobilku. Terpaksa aku harus berjalan ke stasiun, mana ada taksi jam 11 malam? Setidaknya, kereta masih berjalan sampai 2 jam lagi.
Entah kenapa, jalanan kali ini sangat ramai, aku tidak yakin kenapa, tapi bukankah sekarang hari minggu? Lupakan jika aku yang harus bekerja, dan semua ketua cabang yang harus bekerja, tuntutan untuk libur di minggu menjelang natal itu sangat membebankan aku, dan juga para pengurus di kantorku. Tapi bagaimana pun, mereka juga manusia, kan?
Tak sengaja aku melihat ke sebuah toko kue yang sangat ramai, dan aku melihat sesuatu yang selalu aku inginkan.
Seorang anak laki-laki yang menggandeng tangan ibunya, dan kembali digendong oleh sang ayah. Benar-benar hal yang indah, apalagi dimalam bersalju dingin ini, anak itu pasti merasakan kehangatan yang luar biasa.
Lain halnya sepertiku, untuk Hiro, tidak. Untuk aku, Akira sendiri, merasa jika salju adalah hal yang menyedihkan. Putihnya salju, melambangkan kesucian dan ketulusan, tapi dibalik itu salju turun secara perlahan bagai air mata yang membawa kesedihan. Salju, memiliki makna yang tersembunyi untukku.
Kembali aku melihat keluarga kecil yang indah tersebut. Kenapa.. Aku merasa sangat berbeda?
Tapi, lupakan saja! Aku mempunyai keluarga juga, di Panti Asuhanku, banyak sekali anak-anak dan bibi yang mengasuhku! Bahkan, kini umurku yang sudah 20 tahun pun, mereka tetap menerimaku! Bukankah itu sangat indah?!
"Sudah lama aku tidak ke panti.. Benar-benar kesibukan yang sangat menyusahkanku..." Gumamku pelan sambil menghembuskan napas panjang, sehingga kepulan asap CO2 dari mulutku mengapung ke udara dan membaur jadi satu.
"Are?!! Aki-oniichan?!"
Aku berbalik setelah mendengar seseorang memanggil namaku, tunggu.. Yang memanggilku begitu hanya anak Panti! Apa mungkin itu mereka?!
"Sho?!" Kejutku saat melihat anak kecil yang berumur 12 tahun di depanku ini. Dia adikku, Nakame Sho. "Sedang apa disini? Kebetulan sekali Aki-nii sangat rindu kalian!!!" Aku langsung mendekat dan memeluknya.
"Ukh.. Gak bisa napas, Aki-oniichan.." Cicit Sho yang membuatku segera melepasnya dan tersenyum aneh.
"Hehe.. Aki-nii rindu sekali dengan kalian, apalagi dengan panti.." Kataku sambil menggaruk kepala belakangku.
"Kami semua ada di kuil Aki-niichan. Untuk berdoa, kami benar-benar sedih.. Dan Sho memutuskan untuk pergi duluan." Sho lalu menunduk kecil, aku menjadi bingung melihatnya yang menunduk, biasanya Sho adalah yang paling ceria dan jahil. Dia pernah menggantung sepatuku di teras rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
What Am I to You?
RandomHiroshi Akira, seorang pemuda yang sangat pintar, karirnya yang baik diusia muda! Tapi, entah kenapa kepintarannya hilang?! Ada apa dengan Akira? "Apa maumu sebenarnya?!" "Aku hanya ingin kehancuranmu, tuan." 'Aku.. Sudah terlalu mencintaimu.. Z.' "...