Six

6.6K 519 0
                                    

Laptop sudah... Kamera sudah... Aplikasi edit sudah... Headphone sudah... dan, chocolate oat sudah!

"Baiklah! Kita mulai bekerja dari sekarang!" Seru Steffi dengan semangat yang menggebu-gebu dalam dirinya. Steffi mulai proses pemindahan gambar-gambar dari kameranya yang kemudian di gabungkan menjadi stop motion.

Dia mulai membuat filmnya dari jam dua belas siang, sesudah selesai makan siang dan menjemur pakaian yang di cucinya. Steffi sempat menghabiskan oat cokelatnya dan membuat oat cokelat lagi agar dia bisa memakannya sambil membuat film.

-----

"Jadi, untuk alat lab yang satu ini, kalian tidak perlu meniupnya untuk mematikan apinya," kata Alex, menerangkan kepada siswi-siswi SMP. Seharusnya, dia berada rumah sekarang. Bukannya di gedung SMP dan mengajar materi fisika SMP untuk kelas 7.

Siswi SMP itu seperti terkesima dengan cara mengajar yang di lakukan oleh Alex. Dia bisa mengajar dengan baik dan membuat semua siswi SMP itu mengangguk berkali-kali saat memperkenalkan barang-barang yang akan sering mereka temui jika mereka berada di dalam laboratorium.

Siswi SMP itu makin terpesona dengan Alex saat dia menutup api yang menyala di atas sumbu spiritus dengan tutupannya.

"Jangan lupa untuk membawa hasil percobaan kalian tentang materi kemarin. You guys still remember the topic right?"

"YESSSS!!!"

"Then, what is it about?"

"Density!!"

"Great. Pack your bag and get ready to hear the bell."

Alex menutup pelajarannya dan kembali ke ruangannya di gedung sains SMA. Dia melihat kalau ada beberapa foto di mading depan laboratorium fisika. Dia menikmati foto-foto yang terpajang disana.

Dia masuk ke dalam ruang guru, duduk di kursinya. Dan memeriksa ulangan fisika siswi kelas tiga yang dilakukan tiga hari lalu. Alex hanya tertawa ringan sesekali ketika melihat lembar jawaban siswinya di bagian esai.

Memang soal yang diberikan Alex untuk bagian esainya sedikit lebih sulit dari biasanya. Tapi dia tidak habis pikir kalau siswinya bisa menulis hal semacam ini.

Mr. Alex, saya tahu kalau saya memang bodoh. Tapi jujur saja, kalau saya memang tidak bisa mengerti fisika sama sekali... jadi saya bolehkan meminta perbaikan, Sir?

Baiklah, mungkin itu masih biasa di dapati Alex. Tapi tak jarang juga ada yang menulis semacam.. surat cinta dan mengungkapkan perasaannya kepada Alex.

Sir Alex, wajah tampanmu memang selalu membuatku sulit untuk bisa berkonsentrasi saat belajar fisika. Ya Tuhan, kenapa bisa ada guru setampan Mister untuk pelajaran yang terkutuk ini??

Alex tertawa. Dan dia membalasnya.

Keep studying and one day you'll understand how fun it is to study this subject :)

Pintu ruang guru itu terbuka. Sosok kepala sekolah itu berjalan mendekati Alex dan berhenti di belakang Alex.

"Kau belum pulang Alex?"

Alex menoleh ke belakang. "Oh, Pak Kepala Sekolah? Anda sendiri belum pulang?"

Kepala Sekolah menggelengkan kepalanya. "Apa istrimu tidak menunggumu di rumah?" Tanyanya. "Aku yakin istrimu sudah memasak makan malam untukmu, dan menunggumu pulang agar kalian berdua bisa menyantapnya bersama."

Perkataan Kepala Sekolah malah membuat Alex tersenyum. Dimana Alex bukannya terharu dengan ucapan Kepala Sekolah yang seolah memuji istrinya itu. Sebaliknya, Alex malah geli memikirkan apa yang sedang dilakukan perempuan tukang molor itu di apartemennya. Namun, bayangan akan Steffi yang sedang memasak pun juga muncul. Siapa yang tahu kalau Steffi sudah memasak dan menyediakan makan malam untuknya.

Mr. Genius and The Film Maker GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang