2. Welcome Home, Zeeandrine!

193 24 7
                                    

Zee mengambil tas selempang yang ia simpan di tempat yang di  sediakan. Suara pemberitahuan bahwa kereta yang ia naiki sudah hampir sampai di stasiun pun terdengar sekitar 2 menit yang lalu.

Zee menghela nafas panjang lalu turun dari kereta. Ia sempat terdiam beberapa saat menatap suasana stasiun kota yang begitu ramai karena sore seperti ini adalah waktunya pulang kerja. Zee menelan ludah, ia tidak menyangka bahwa ia begitu nekad karena bisa melakukan perjalanan jauh seperti ini. Biasanya, perjalanan paling jauh yang pernah ia tempuh ialah menuju sekolahnya.

"Sekarang, aku harus nyari ketiga cowok yang tadi Mrs. Lizzy kasih tahu ke aku," Zee menarik nafas, "Mrs. Lizzy bilang, bahwa dua anaknya itu memakai kaos hitam, lalu satunya memakai kaos warna abu."

Brug.

"Awh," keluh Zee saat seseorang baru saja menabraknya. Zee berdecak pelan saat ponsel butut yang sedari tadi ia pegang pun terjatuh ke lantai. Zee tahu ini salahnya, ia yang ceroboh karena berdiam diri di tempat yang sesak. Dengan kesal ia memungutnya, mencoba untuk menghidupkan ponselnya namun hal itu sia-sia.

"Ya tuhan, ini satu-satunya alat buat komunikasiku,"

"Kalau aku nggak nemuin mereka, gimana nasibku nanti?"

"Ponsel ayolah nyala sebentar aja!"

Sia-sia. Malah sekarang Zee jadi korban cemoohan orang-orang yang menatapnya aneh.

Zee berjalan mencoba untuk tenang dan sesekali menoleh ke kiri kanan, dengan mengeratkan tas yang menggantung di bahu kanannya. Ia berjalan mencoba mencari dimana mereka yang akan menjemputnya. Beberapa menit mencari dan Zee kelelahan. Ia memutuskan membeli minuman dulu untuk menyegarkan tenggorokannya yang sempat mengering.

"Ya ampun cuma sebotol air mahal banget sih, di kampung juga nggak nyampe segitu harganya." gerutu Zee saat sudah membeli sebotol air minum.

Tentu saja harganya berbeda. Harga di kota sangat mahal, berbanding terbalik dengan kampung yang murah meriah. Pikir Zee.

Zee terdiam sebentar di tempatnya. Ia membuka tutup botol tersebut lalu mengangkatnya, namun naas karena air minum yang ia beli mahal itu tumpah mengenai seseorang. Zee kembali terdorong oleh orang lain.

"Sial!" umpat orang itu melihati kaus  yang ia pakai kini basah di bagian dada. Segera saja ia mendongak, menemukan Zee tengah menatapinya agak takut.

"Ma-ma-af tuan, saya nggak sengaja." ucap Zee pelan dengan ragu.

Namun lelaki tinggi dengan kaus hitam juga rambut pirangnya itu hanya menatapnya sinis lalu memilih untuk melenggang pergi.

Zee mendongakan kepalanya kemudian menggeleng, ia menatap punggung lelaki itu dengan sebal. "Dasar orang kota, belagu banget sih." gerutunya.

Zee melihat sisa air mineralnya, hanya tersisa sedikit. Dengan segera Zee meminumnya hingga habis. Setelah selesai memanjakan tenggorokannya, Zee mencari lagi orang-orang yang akan menjemputnya.

---

"Luke!" seru Dylan menatap sinis Luke yang baru saja kembali. Ia beranjak dari duduknya, menghampiri Luke yang juga berjalan mendekat. "Lama amat sih, mana minumanku?" tanyanya langsung.

"Minumanku?" timpal Harry.

Luke mendengus lalu mengibaskan tangannya kasar ke udara. "Nggak ada minuman," katanya jutek. "Yang ada bajuku baru aja basah kena air minum." lanjutnya memamerkan bajunya yang basah di bagian dada.

Sontak saja Harry dan Dylan serentak menertawakannya. Luke berdesis sebal lalu memilih untuk duduk di kursi yang di sediakan.

"Yasudah, biar aku saja yang beli minum." cetus Harry menoleh pada Luke. "Mana uang Dylan yang tadi?" Harry menyodorkan telapak tangannya.

First | mukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang