"Zee, apakah semua barang-barang yang kau butuhkan sudah terpenuhi? Siap untuk berangkat ke sekolah barumu?" Lizzy bertanya dengan amat senang, ia tersenyum menatap Zee yang terlihat amat bahagia.
"Sudah siap semua aunty." balasnya riang.
Luke melenguh bosan melihat kedekatan ibunya dengan gadis kampung itu. Ia berdecak lalu segera memakai tasnya dan menyudahi sarapannya. "Luke berangkat." pamitnya.
Lizzy menoleh, "Hey sayang, mau kemana? Kau harus berangkat dengan Zee." katanya.
Luke mendesah makin malas, ia menoleh. "Tidak mau, berangkat saja sendiri." tolaknya cepat.
Zee berdesis sebal sedangkan Lizzy mengernyit tidak suka akan penolakan. "Zee masih belum tahu dimana sekolahnya berada."
"Dia kan punya mulut, tanyakan saja pada orang-orang dimana alamat sekolah Norwest Christian College berada."
"Sudahlah aunty, Zee bisa berangkat sendiri kok." kata Zee dengan enggan seraya sedikit tersenyum.
"Tidak bisa! Kau masih baru dengan daerah ini sayang, bagaimana nanti jika kau tersesat? Oh, itu tidak boleh terjadi. Luke akan menjagamu." kata Lizzy dengan lembutnya.
"Mom, ayolah," sahut Luke setengah kesal. "Aku bukan baby sitter untuk selalu terus menjaga Zee, lagi pula dia sudah mengatakan bahwa dia bisa berangkat sendiri."
"Luke, jangan membantah mom." peringat Lizzy marah.
Luke menghela nafasnya lalu mengangguk pasrah. "Baiklah, baiklah, kau gadis kampung cepat ikuti aku."
Zee mengernyit merasa kesal karena Luke selalu saja memanggilnya begitu. Lizzy mencubit pipi Luke memperingatinya. "Apa yang baru saja kau katakan sayang? Cepat minta maaf pada Zee dan jangan pernah memanggilnya seperti itu lagi." omelnya.
Luke melenguh sedikit sakit akan cubitan Lizzy yang ampuh membuatnya mengaduh. Zee di tempatnya tersenyum menahan tawa kala melihat si anak mami di beri pelajaran.
"Awh, ampun mom, sakit sekali." ringisnya saat Lizzy melepas cubitannya lalu melipat kedua tangan di depan dada. "Kau mendengar apa yang tadi mom katakan, Luke?"
Luke mendesah seraya mengelus pipinya dan berdecak pelan. "Aku tidak tuli, mom.." jawabnya kesal. Luke menatap Zee malas, "Ya sudah, maafkan aku." katanya enggan.
"Tidak masalah," jawab Zee enteng seraya mengangguk.
Di perjalanan, Luke terus saja berjalan duluan. Langkahnya sangat besar-besar, Luke terus saja berusaha cuek dengan sok sibuk pada ponselnya. Ia tengah chat bersama Calum.
Luke : Cal, maafkan aku kemarin tidak berlatih
Calum : tidak masalah, memangnya kenapa?
Luke : apanya?
Calum : kenapa kemarin kau tidak berlatih?
Luke : aku mempunyai urusan mendadak
"Hey, bisakah kau mengatur langkah kakimu yang lebar-lebar itu? Aku lelah mengikutimu." Zee mengeluh.
Luke menoleh, "Jika kau tidak ingin mengikutiku, kau boleh pergi."
"Tapi kan aku tidak tahu dimana sekolah baru-ku berada."
"Kau kan punya mulut, bertanya saja sana."
"Aku malas menggunakan mulutku."
"Kalau begitu lebih baik kau diam dan jangan banyak tingkah."
Zee berhasil diam. Sampai mereka akhirnya tiba di halte dan menaiki bus pun Zee masih saja bungkam, mendadak semangat barunya sedikit meluntur akan sikap ketus Luke pagi ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
First | muke
Teen FictionLuke dan Michael memang bersahabat, namun keduanya memiliki kepribadian yang berbeda. Luke, si cuek, namun pandangan dari mata birunya mampu membuat gadis mana pun jatuh hati. Sedangkan, Michael, si periang yang lucu, siapa pun akan nyaman jika bers...