3. a Day With Luke.

207 17 0
                                    

"Luke, aku kecewa denganmu." lirih Aysila di sebrang sana.

Luke dengan helaan nafas frustasinya mondar-mandir di depan meja belajarnya dengan lemas.
"Aysila, maafkan aku, aku sungguh menyesal telah membuatmu menungguiku." jawab Luke tak kalah lirih.

Terdengar isakan kecil di sebrang sana, Luke jadi sangat bersalah sekarang. "Aysila, sudah jangan menangis. Aku sungguh meminta maaf." kata Luke lembut.

"Setidaknya jika kau sedang sibuk, kau bisa menghubungiku dulu tadi. Kau membuatku menunggu dan kau sungguh tahu jika aku sangat sebal jika harus menunggu terlalu lama." gerutu Aysila.

"Aku sudah berusaha untuk meneleponmu namun nomormu tidak aktif, aku juga mengirim pesan lewat line dan bbm. Tapi semua sama saja, tidak terkirim. Ku kira handphone mu sedang mati." Luke yang mulai jengah di salahkan kini membela dirinya sendiri.

Hening, tidak lagi terdengar sahutan berupa lirihan atau gerutuan lagi dari Aysila di sana. Luke membuang nafas kasar saat panggilan tiba-tiba saja terputus.

"Selalu seperti ini." gumamnya seraya mengusap wajah dengan kasar.

Luke berdecak pelan lalu membuka kaus hitam basahnya itu. Ia membuangnya sembarangan, Luke membuka lemari lalu mengambil kaus yang baru. Setelah mengganti pakaian, Luke membanting tubuhnya ke kasur. Mencoba memejamkan sejenak matanya, meluluhkan hatinya yang sedikit kesal akan kejadian hari ini.

Seharusnya Luke memang sedang jalan dengan Aysila, kekasihnya. Namun Luke harus menuruti keinginan sang ibu untuk menjemput seorang gadis dari kampung bernama Zeeandrine. Belum puas karena di suruh menjemput, Luke harus rela bajunya basah karena ulah Zee meskipun ia tahu bahwa gadis satu itu tidak sengaja menumpahkan minumannya. Di tambah lagi, dengan sikap sok akrab kedua kakaknya pada Zee membuat Luke semakin sebal saja padanya. Apalagi nanti, jika Lizzy sudah bertemu dengan Zee? Mungkin ibunya itu akan lebih menyayangi Zee, mengingat Lizzy begitu menginginkan anak perempuan. Luke bahkan tidak tahu siapa Zee, dari mana asal usulnya yang tidak jelas itu. Luke kehilangan moodnya hanya karena seorang Zee. Dan Luke membencinya karena gara-gara Zee, Aysila kecewa dengannya yang tidak datang di tempat janjiannya.

.. Do you know what worth fighting for? When its..

Ponsel Luke kembali berdering, mengalunkan lagu 21 guns dari Green Day, salah satu band favoritenya. Luke mengangkat layar ponsel itu di depan wajahnya, ia melihat ID caller di sana lalu menempelkan layar ponsel ke telinganya.

"Hallo, Ashton, ada apa?" tanya Luke dengan nada malas-malasan.

"Ada apa kau bilang? Kau sudah membuat Aysila menangis, Lucas. Kau apakan dia sehingga dia pulang ke rumah dengan mata sembab?"

"Huhh." Luke menghela nafasnya dengan kasar. "Aku membuatnya menungguiku, tadinya kami akan jalan bersama namun aku mendadak punya urusan. Aku sudah berusaha menghubunginya namun ku rasa ponsel Aysila sedang tidak aktif. Aku juga telah meminta maaf padanya melalui telepon." kata Luke menjelaskan.

"Aku tahu aku salah, aku berusaha ingin menjelaskan padanya namun kau tahu sendiri bagaimana kerasnya sikap adikmu itu, Ashton. Dia tidak mau mendengarnya, dia terus saja menyalahkanku dan pada akhirnya dia memutuskan sambungan telepon." tutur Luke lagi.

Ashton mendesah sedikit lega atas jawaban Luke, ia berdehem pelan. "Baiklah, aku mengerti sekarang. Maafkan aku karena sempat membentakmu tadi. Aku juga atas nama Aysila meminta maaf atas sikap kekanak-kanakannya." kata Ashton yang perlahan mengerti.

"Tidak masalah, Ash." jawab Luke pelan. "Apa Aysila ada di sampingmu saat ini?"

"Tidak," sahut Ashton, "dia sudah masuk ke dalam kamarnya, mungkin ia sedang menangis."

First | mukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang