"Mirai, apa hukuman yang pantas untukmu?"
Seketika Daisya terkesiap. Apa pendengarannya tidak salah? Mirai? Seseorang baru saja mengucap nama mayanya. Hanya satu orang yang tahu dan memanggil nama itu, Zero. Dengan perasaan berdebar, perlahan ia mengangkat wajah, tangannya tampak bergetar. Mungkinkah ia siap menghadapi kenyataan?
"Ka-kamu?!" tanyanya tergagap, seolah terjadi freeze. Ia tidak bisa berpikir jernih, semua terasa mengambang.
"Iya. Ini aku, jadi masih berpikir untuk kabur? Jangan coba-coba pergi lagi karena aku belum menghukummu!"
Semua saling berpandangan. Hukuman? Kesalahan apa yang telah ia perbuat. Mengapa cuma Daisya yang mendapat hukuman? Daisya tertunduk dengan gelombang pikiran yang semrawut.
***
*Ini cuma cerita dari pemula, masih banyak yang perlu diperbaiki. Jangan sungkan, saran kritiknya.
*Aku mo hiatus sebenernya. Makanya, beberapa part aku un-publish. Sekalian revisi. Kalau semakin banyak vomment, mungkin bisa mengubah pendirian untuk me-repost part selanjutnya. Haha .... Keep reading guys, masih ada karya aku yang lainnya. Silakan mampir di sana.
*btw, nama tokoh Rayzha aku ganti jadi Daisya, entah kenapa banyak yang menyangkutpautkan nama tokoh dengan penulis. Apalagi sahabat maya banyak memanggil "Zha" khawatir ada pembekuan karakter ketika saya melanjutkan cerita ini. Padahal Rayzha lahir lebih dulu daripada Nanae Zha.
KAMU SEDANG MEMBACA
MIRAI (Would it be Nice for Waiting in the Silence?)
Teen FictionMIRAI, sebuah akun yang dibuat tanpa identitas. Hanya mencari kenyamanan di luar batas privasi tanpa rongrongan orang-orang yang mengenalnya. Bukan tanpa kebetulan ia bertemu dengan Zero. Sebuah akun baru yang sama misterius dengannya. Jangan bertan...