Dalam riuhnya hingar bingar pesta di sebuah club malam itu, seorang laki-laki duduk di depan meja bartender dengan segelas wine ditangannya. Mata tajamnya tidak pernah berhenti memperhatikan seorang gadis yang saat ini sedang asik meliuk-liukkan tubuhnya di lantai dansa. Gadis itu sangat cantik dan seksi. Ia memang selalu menjadi seorang princess kelas atas jika berada dalam club itu. Gadis itu dikeliling beberapa laki-laki yang juga ingin berdansa dengannya. Bukan, ia bukan pelacur, ia hanya gadis berlimpah harta yang kurang kasih sayang orangtuanya. Sehingga inilah yang ia lakukan saat ini, berpesta sepanjang malam dan melakukan segala hal yang ingin ia lakukan. Laki-laki itu menyeringai sinis, ia menghabiskan sisa wine dalam gelasnya sebelum menyusul gadis itu di lantai dansa.
Saat kakinya melangkah mendekati gadis itu seakan waktu berhenti untuk sesaat. Semua mata terpaku padanya. Seorang laki-laki berparas tampan bak dewa Yunani, dengan alis tebal, hidung mancung, bola mata kecokelatan, dan bibir merah tipisnya, dan yang membuat meleleh adalah tatapannya yang setajam elang. Perempuan-perempuan yang ada di dalam club itu memandang laki-laki itu tanpa berkedip. Jika gadis tadi adalah primadonanya maka laki-laki itu yang akan menjadi pangerannya. Saat laki-laki itu melangkah mendekati si gadis, semua laki-laki hidung belang yang berada di sekeliling gadis itu segera menyingkir. Dengan senyum menawannya, gadis itu mengulurkan tangannya untuk menyambut laki-laki itu.
Laki-laki itu tersenyum sinis, dengan gagahnya ia menyambut uluran tangan si gadis. Mengetahui sang putri sedang bertemu dengan sang pangeran, musik yang tadinya menghentak-hentak berubah menjadi musik lembut yang sangat romantis. Semua pengunjung club akhirnya terlarut dalam suasana musik romantis yang mendayu-dayu. Mereka memilih untuk berdansa dengan pasangan mereka masing-masing, sementara yang tidak memiliki pasangan lebih memilih untuk duduk di belakang meja bartender. Sementara laki-laki dan si gadis kini sudah merapatkan tubuh mereka. Berdansa dengan begitu indahnya mengikuti alunan melodi. Kedua tangan laki-laki itu berada di pinggang si gadis. Sementara kedua tangan si gadis merangkul leher laki-laki itu erat. Kedua kepala mereka mendekat hingga tidak ada jarak lagi.
"Lebih baik kamu cepat pulang. Daddy akan mencarimu jika kamu sampai di rumah dini hari," bisik laki-laki itu dengan suara serak.
"Sejak kapan kamu berani mengatur aku, Yonaz Richardson?" tanya si gadis dengan nada angkuh dan melemparkan senyum sinisnya.
"Aku tidak sedang main-main denganmu, Alexis Richardson. Pulang atau aku akan membekukan seluruh kartu kreditmu. Sudah cukup main-main untuk hari ini," tegas laki-laki bernama Yonaz itu.
Alexis mendengus kesal. Ia memang tidak pernah menang jika berdebat dengan Yonaz, kakak tirinya. Kakak tiri sekaligus kaki tangan ayahnya, orang yang paling dipercaya oleh ayahnya. Bahkan ia merasa sedikit cemburu dengan Yonaz mengenai hal itu. Ayahnya sepertinya lebih menyayangi Yonaz dibandingkan dirinya yang notabene anak kandung ayahnya sendiri. Alexis merangkul leher Yonaz lebih erat, sebelah tangannya kini menangkup pipi Yonaz, semakin menutup jarak diantara mereka. Hingga bibir mungil Alexis menutup bibir tipis Yonaz. Bibir mereka saling berpagutan untuk mencecap rasa wine yang masih tersisa. Tidak ada cinta. Tidak ada nafsu. Murni karena kebutuhan. Orang-orang memandang mereka dengan iri, mereka mungkin berpikiran bahwa Alexis dan Yonaz adalah sepasang kekasih. Jika ada yang berpikir seperti itu maka Alexis dan Yonaz hanya bisa menertawakan mereka semua dalam hati.
"Aku masih ingin bermain-main denganmu, Sayang," desah Alexis menggoda Yonaz sambil melepaskan ciumannya.
"Sudah cukup kamu membuat drama sialan malam ini. Ayo pulang," tanpa menunggu persetujuan, Yonaz menarik tangan Alexis untuk keluar dari club. Alexis hanya bisa menggerutu dalam hati. Sementara itu semua mata masih tertuju pada mereka. Dan Alexis masih dengan gaya angkuh dan anggunnya berjalan melewati orang-orang sambil melemparkan senyum menawannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Hot Abductor [SUDAH TERBIT]
RomanceCERITA INI BELUM MENGALAMI REVISI EYD... Pembunuh... mungkin itu adalah kata yang tepat untuk menyebut Yonaz Richardson. Bahkan di usia yang masih belia ia sudah membunuh adik kandungnya sendiri. Karena tragedi itu akhirnya membuat Yonaz hidup dala...