---Nata POV---
Aku membaringkan tubuhku diranjang kamarku. Friska. Lagi-lagi aku memikirkannya. Sebenarnya dia siapa, sih? Aku mengusap wajahku dengan gusar.Aku tak tertarik dengannya, tapi terkadang aku juga penasaran dengannya. Lalu, aku beranjak dan membuka laci meja belajarku dan mengambil sesuatu disana, yaitu sebuah buku notes tua yang lumayan tebal.
Aku pun mencoba membuka buku itu. Sebenarnya sudah lama aku menemukan buku itu setelah kejadian yang menimpaku, tapi aku tak tertarik untuk membukanya.
Namun, karena penasaran, aku pun membuka buku itu yang 'dikatakan' adalah buku diary ku.
Dihalaman pertama,
Sebenarnya aku malu jika anak laki-laki menulis diary, karena setahuku hanya perempuan yang menulis diary. Tapi kurasa aku harus. Karena aku tak tahu harus bercerita kepada siapa. -12 Maret 2009Aku tertawa tak percaya membaca halaman pertama diary itu. "Benar-benar memalukan," Pikirku.
Dihalaman kedua,
Hari ini aku dikeluarkan dari sekolah karena aku telah membuat masalah. Aku sudah memukul teman kelasku sampai-sampai teman kelasku babak belur. Tapi, dia sendiri yang salah. Dia mengejekku karena aku mempunyai dua ayah. -15 maret 2009Aku mengernyitkan dahiku. Dua ayah? Apa maksudnya?
Dihalaman ketiga,
Aku sudah pindah sekolah. Aku sekolah di sebuah SMP yang menurutku cukup baik. Dihari pertamaku sekolah, aku mempunyai seorang teman baru. Perempuan. Dia sangat cantik, sampai-sampai aku sedikit terpesona dengannya. Aku duduk bersamanya. Aku tak paham mengapa ia bisa tak mempunyai teman dengan kelebihan yang ia miliki. Ia mempunyai kesamaan denganku, yaitu sama-sama mempunyai dua ayah. Nama teman baruku itu, Friska. -17 Maret 2015Friska! Akhirnya aku mendapatkan apa yang kucari. Tapi, satu yang tak kumengerti. Dua ayah?
Dihalaman keempat,
Hari ini, aku dan Friska belajar bersama diperpustakaan. Tiba-tiba, dia tertidur dibahuku. Aku memperhatikan wajahnya saat tidur, dia benar-benar lucu dan sangat polos. Kurasa aku mulai menyukainya. -3 April 2009Dihalaman kelima,
Hari ini aku menyatakan perasaanku kepadanya. Namun, ia tak menjawab apa-apa. Ia hanya diam dan tak tahu harus menjawab apa. Apakah dia tak mempunyai perasaan yang sama denganku? -1 Mei 2009Saat aku asyik membaca diary itu, tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarku, dan orang yang mengetuk pintu kamarku itu tampak masuk, "Boleh Ibu masuk?"
Aku hanya mengangguk canggung. Aku masih tak terbiasa dengan keluargaku. Mungkin karena aku tak mengingat siapa mereka.
Ibu pun masuk dan duduk tepat dihadapanku, "Bagaimana dengan ingatanmu? Apakah kau sudah mengingat sesuatu selama dua tahun ini?"
Aku menggeleng pelan, "Maaf, Bu. Aku belum mengingat apapun." Jawabku. "Aku akan mengatakannya padamu jika aku sudah mengingat sesuatu."
"Tidak perlu dipaksakan," Ucap Ibu sembari tersenyum. "Aku yakin kau akan mengingatnya suatu hari nanti."
"Tapi, Bu..." Aku menatap Ibu ku dengan hati-hati, "Mengapa aku merasa tak ingin mengingat masa lalu? Aku hanya ingin tetap hidup seperti ini tanpa kenangan masa lalu."
"Terserah padamu saja," Ucap Ibuku dengan senyum yang masih menghiasi wajahnya. "Mungkin kau tak akan menahan beban masa lalu kalau kau tak mengingat apapun."
---Author POV---
Friska mengacak-acak handphone nya yang baru saja jadi korban pencopetan. Dia takut jika saja ada sesuatu yang berubah didalam handphone nya. Mungkin saja kan si pencopet mengganggu data-data yang ada di handphone Friska?
KAMU SEDANG MEMBACA
Missing You Like Crazy
Teen FictionIntinya, aku hanya merindukan satu orang. Yaitu, Nata. Jika bukan Nata, maka aku tak bisa menyukainya. Maaf.