#1 Missing You

106 9 5
                                    

Seorang gadis berusia 18 tahun sedang berjalan menyusuri pusat kota yang bisa dibilang sangat dingin karena hujan yang sejak tadi terus membasahi sepanjang jalanan itu. Dengan payung yang ada digenggaman tangannya, sweater pink lengan panjang dan celana denim yang membalut tubuhnya, ia berjalan masuk kedalam sebuah cafe.

Cafe itu cukup ramai. Sehingga membuat gadis itu terlihat malas, namun ia tetap mencari meja kosong yang bisa ia tempati.

Gadis itu pun duduk setelah mendapati meja kosong. Ia bernafas lega.

Pada saat itu pula, seorang pelayan datang dan menghampirinya dengan senyumnya yang ramah, "Cheese cake dan ice lemon tea?" Tanya pelayan itu yang disambut dengan anggukan kecil dari sang gadis. Sepertinya gadis itu adalah pelanggan setia cafe tersebut. "Tapi, bukankah sekarang udara terlalu dingin untuk minum minuman yang dingin?"

Tak ada jawaban dari gadis itu dan membuat pelayan itu menuliskan pesanan gadis itu dan berjalan pergi.

Friska. Gadis itu tampak menatap keluar melalui dinding cafe yang terbuat dari kaca itu. "Hujan," Gumamnya pelan. "Hujan sudah berkali-kali kembali, tapi kau bahkan tak pernah kembali selama bertahun-tahun. Kau ada dimana?"

---Flashback---
"Hai, namaku Nata." Sapa seorang lelaki dengan senyuman manis yang menghiasi wajah tampannya kepada seorang gadis. "Boleh aku duduk bersamamu disini?" Tanyanya kembali sembari menunjuk bangku kosong yang ada disamping gadis itu.

Anggukan kecil dari gadis itu membuatnya tersenyum senang. Jelas saja,dia murid pindahan dan tidak ada lagi bangku yang bisa ia tempati kecuali bangku yang ada disamping gadis itu. "Oh, ya. Namamu siapa?" Tanya nya lagi yang membuat gadis itu menatapnya.

"Namaku Friska." Ucap gadis itu sembari tersenyum tipis. "Apakah tak apa-apa jika kau duduk denganku?"

Nata mengernyitkan dahinya saat mendengar pertanyaan Friska, "Apa maksudmu?"

"Aku tak punya teman," Jawab Friska. "Aku juga orangnya kaku kalau diajak ngobrol."

Nata tampak tersenyum, lagi. "Tak apa, aku akan senang duduk bersamamu."

---Flashback End---

"Bagiku kau satu-satunya temanku," Gumam Friska lagi. "Tapi, temanku tak ada lagi sejak kau pergi. Bahkan aku pun tak tahu kalau kau akan pergi."

Dia sudah tak bisa menahannya. Air matanya perlahan-lahan mengalir. Namun, ia langsung menghapus air matanya saat ia merasakan getaran dari tas kecil yang ia pangku.

Friska langsung membuka tas nya dan meraih ponselnya. "Halo?" Ia langsung mengangkat telfonnya. Dan ia terkejut saat mendengar penjelasan si penelfon.

---

Friska berlarian dikoridor rumah sakit. Rumah sakit? Iya. Dia langsung saja berangkat ke rumah sakit saat mendengar kabar dari Ibu nya bahwa kakaknya kecelakaan.

Dengan rambut yang berantakan, baju yang basah, Friska menghampiri Ibu nya yang tampak frustasi menunggu dipintu masuk UGD.

"Ibu, bagaimana keadaan Kak Levin?" Tanya Friska. "Dia baik-baik aja kan?" Tanya nya kembali dengan raut wajah yang jelas-jelas khawatir.

"Belum ada kabar." Jawab Ibu nya singkat dan cuek.

"Ibu masih marah?" Tanya Friska. "Karena aku menolak dijodohkan dengan Erfan?"

Ibu nya hanya diam dan memfokuskan pikirannya kepada anak tertuanya, yang tak lain adalah kakak Friska, Levin.

"Harus berapa kali aku bicara, Bu?" Friska menarik nafas panjang, "Aku menunggu seseorang yang bagiku cuma satu-satunya."

Missing You Like CrazyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang