Chapter 2

14 0 0
                                    

HAPPY READING, GUYS! ;)

"Lisa?" gumam pria itu rendah.

Lebih ditujukan pada dirinya sendiri, namun Carol masih bisa mendengarnya sedikit.

Lisa? Siapa dia? Tanya Carol dalam hati.

Mungkin ada seseorang di belakang Carol yang bernama Lisa, ya pasti. Perlahan, ia memalingkan wajah ke belakang, lalu ke kanan juga ke kiri. Namun, Carol tak menemukan seorangpun. Apa pria itu memanggilnya? Tapi siapa itu Lisa?

Hey, namaku Carol bukan Lisa.

"Anda memanggil saya, sir?" tanya Carol dengan memandangi wajah terkejut di depannya.

Pria itu memiliki manik mata hijau, hidung yang mancung, juga bibir merah muda yang tipis. Rambutnya—yang berwarna cokelat—sedikit berantakan, membuatnya terkesan...

Ah, tidak! Jangan berpikir macam-macam, Carol!

Carol masih memandangi pria itu, pria yang tak henti-hentinya mamandang lekat ke arahnya. Memperhatikan lekuk tubuh Carol, dari kepala sampai ke kaki. Seakan sedang memastikan sesuatu. Carol merasa tidak nyaman, dipandangi dengan kedua mata pria itu yang melebar.

"Ya, kamu Lisa." gumam pria itu lagi.

Kini kedua alis Carol naik dengan kening mengkerut. Apa maksudnya? Siapa Lisa yang sedari tadi digumamkannya? Lalu, Carol mencoba berdeham.

"Maaf sir, bila sedari tadi anda memanggil saya dengan sebutan 'Lisa' maka anda salah. Nama saya Carol, bukan Lisa." jelas Carol akhirnya.

Carol jengah ditatap sedemikian lekat oleh pria yang bahkan baru ditemuinya hari ini. Ia memutar bola matanya.

"Tidak, aku benar. Kau Elizabeth kan?" tanyanya dengan mata berbinar kali ini. "Aku benar kan?" tambahnya.

Bagaimana dia tahu nama tengahku? Ada apa ini? Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa dia? Batin Carol.

"Kau lupa denganku?" tanya pria itu lagi dengan raut kecewa kali ini, setelah Carol tak menanggapi pertanyaannya.

Carol diam seribu bahasa. Ia bingung, ia tak pernah mengenal pria ini sebelumnya—bahkan sampai sekarang ia tak tahu nama pria ini—namun kenapa pria ini tahu nama tengahnya?

"Kau benar-benar tidak mengingatku?" desak pria itu.

Sekarang ia terlihat frustasi, membawa satu tangannya ke rambutnya sendiri dan menariknya kuat.

Astaga, mengapa ia melakukan itu? Tidakkah itu akan menyakiti dirinya sendiri? Pikir Carol.

"Y-ya, nama tengahku Elizabeth. Bagaimana kau bisa tahu? Siapa kau sebenarnya?" sekarang Carol yang mendesaknya.

Carol benar-benar penasaran dengan pria ini. Siapa dia sebenarnya? Tak ada kah seorang pun disini yang bisa memberitahunya?

"Ak-aku... Tidak, aku tidak akan memberitahumu. Kau harus mengingatnya sendiri, kau harus mengingatku. Bagaimanapun caranya!" bentaknya.

Dan dengan itu, ia meninggalkan Carol sendiri—dengan mulut terbuka lebar. Carol tak mengerti, apa maksudnya? Kenapa ia harus mengingatnya? Memangnya siapa dia?

Mencoba tak peduli, ia kembali melangkah ke meja dimana ia meninggalkan Stefi. Namun sial, Carol ditinggal. Stefi sudah tidak ada di tempatnya. Ia pasti meninggalkannya, karena Carol terlalu lama di toilet. Padahal bukan karena toilet, namun karena pria misterius yang tiba-tiba mengetahui nama tengahnya. Itu sangat membuat Carol penasaran.

Carol melangkah cepat ke arah lift, berharap agar benda kotak dari besi ini bisa berjalan lebih cepat agar ia tak terlambat ke mejanya. Waktu makan siang sudah habis sekitar sepuluh menit yang lalu. Sekarang sudah pukul 13.10 PM. Carol sudah terlambat sepuluh menit, maka ia berjalan lebih cepat dari biasanya.

Say You're Just A FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang