HAPPY READING, GUYS! ;)
"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?" ujar Carol dengan nada serendah bisikan.
Carol masih menatap lekat-lekat pria di sampingnya. Carol yakin-sangat yakin-bahwa mereka pernah bertemu. Garis rahang itu, hidung mancung itu, rambut cokelat itu. Ya, tidak salah lagi.
Itu pria kemarin, yang ia buat basah kemejanya di kantin kantornya. Carol sangat yakin, ia tak mungkin salah. Namun, yang membuatnya lebih heran lagi adalah mengapa ia bisa disini? Apa rumahnya berada di daerah sini?
"K-kau pria kemarin, pria yang tak sengaja ku senggol di kantin."
Mata hazel milik Carol masih memperhatikannya, namun seketika air muka pria itu berubah. Seakan ia tertangkap basah, tubuhnya juga menegang.
"Apa yang kau lakukan disini? Siapa kau? Apa kau mengikutiku?"
Carol menyipitkan matanya, apa benar ia mengikutiku? Tapi untuk apa?
Tiba-tiba saja, pria itu tergelak meremehkan. Carol mengernyitkan dahinya, kenapa dia?
Pria itu lalu membuka kacamatanya dan terpampang jelaslah wajahnya, sambil melirik tajam tepat ke mata hazel milik Carol.
"Ya, ini aku."
Bergantian, sekarang tubuh Carol yang dibuat menegang. Matanya terbuka lebar, mulutnya sedikit menganga-tak percaya. Keringat dingin mulai meluncur jatuh dari pelipisnya. Tak bisa disangkal, Carol ketakutan saat ini. Tatapan itu, tatapan penuh mengintimidasi. Tajam, menusuk langsung kedalam matanya.
"Santai saja, aku tak akan minta ganti rugi. Jas itu tidak berarti banyak untukku, aku masih bisa beli jas lain dengan harga yang lebih mahal." jelasnya sambil menyombongkan dirinya, saat melihat Carol yang hanya diam mematung.
Mengedipkan matanya saja, mungkin tak bisa Carol lakukan saking terkejutnya.
"Dan hey, aku tak mengikutimu. Jangan terlalu percaya diri, nona. Mungkin kita memang ditakdirkan untuk bertemu. Siapa yang tahu?" pria itu mengerling pada Carol.
Cengiran lebar tersuguh dari wajah tampannya, menampakkan lesung pipi di kedua sisinya. Ekspresi wajahnya hanya membuat Carol tambah menciut.
Apa maksud dari senyumnya itu?
"Si-siapa kau sebenarnya?" tanya Carol berbisik.
Keberaniannya telah hilang entah kemana. Wajahnya pucat, seakan semua warna telah meninggalkannya.
"Apa yang kau inginkan dariku?"
Pria itu termenung sebentar, memikirkan sesuatu dalam kepalanya. Sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya didagu, ia kembali menyeringai.
"Yang kumau?" terdapat jeda beberapa detik, sebelum ia kembali berkata, "Hmm, hanya satu."
"Aku hanya ingin kau mengingatku." lanjut pria itu lagi, saat melihat Carol yang masih saja terdiam dengan kedua alis saling bertubrukan.
Apa maksudnya?
"Apa maksudmu?" tanya Carol, setelah mengumpulkan keberaniannya kembali.
Pria itu kembali tersenyum, bukan, bukan senyum tulus. Lebih kepada senyum miring yang mengisyaratkan sesuatu. Seuatu yang tidak bagus.
Memajukan badannya, wajahnya semakin dekat dengan paras cantik di hadapannya. Dan tanpa disuruh, Carol memundurkan tubuhnya-berusaha menghindar. Sampai pada punggung Carol yang menyentuh sandaran kursi di belakangnya, pria itu semakin mendekatkan dirinya dengan Carol.
KAMU SEDANG MEMBACA
Say You're Just A Friend
Romance"Jadi... Apa kita-" "Ya, Carol. Sebenarnya, kita hanya bersahabat." "Tapi-" "Ssttt, aku tahu, aku tahu. Maafkan aku, aku salah. Tidak seharusnya aku egois terhadapmu." "Brengsek!" ---------------------- Samuel Brent Lancaster dan Caroline Elizabet...