Chapter 4

10 0 0
                                    

HAPPY READING, GUYS! ;)

"Ke hotel!" seru Sam setengah membentak.

Rasanya rahang Carol akan jatuh seketika, setelah mendengar perkataan Sam. Alarm tanda bahaya sudah berbunyi keras di kepalanya. Tak sadar, Carol memeluk tubuhnya sendiri. Pikiran negatif sudah bermain-main di otaknya.

Dia pasti bercanda kan?

"A-are you kidding, sir? Untuk apa kita ke sana?" tanya Carol dengan wajah pucat. Keringat dingin mulai keluar.

Menoleh kesamping, Sam bisa melihat ekspresi Carol yang berubah dengan signifikan.

Sam yang melihat itu hanya bisa memutar kedua bola matanya. Demi Tuhan, mengapa otak Carol seakan menciut seketika saat bersama Sam? Seharusnya Carol tahu kemana Sam akan membawanya. Oh, God!

"Of course not, Carol! I'll take you to get your lunch." jawab Sam tak sabar.

Sam mengambil napas dalam, mencoba menenangkan dirinya dari emosi yang selalu saja muncul saat ia bersama Carol. Entah mengapa. Tapi, selalu ada tanda peringatan di otaknya, bahwa Sam tak boleh terlihat marah—bahkan sampai lepas kendali—di hadapan Carol.

Hal seperti itu hanya akan membuat Carol-nya ketakutan, dan bisa saja gadis itu menghindar darinya. Karena percaya atau tidak, Sam bisa berubah menjadi seperti Hulk saat ia tenggelam dalam emosinya. Wajahnya akan berubah merah padam, matanya membulat gelap, giginya bergemeletuk. Sangat mengerikan.

Tidak! Jangan sampai itu terjadi.

"Sudah kukatakan, kau harus makan siang. Dan sekarang, aku akan mengantarmu ke restauran mana saja yang kau mau. Tidakkah kau bisa melihat niat baikku?" ujar Sam dengan suara yang sudah melunak.

Carol melirik kearah Sam, meneliti perkataannya yang sudah melembut.

Dia memang seperti bunglon, cepat sekali berubah-ubah.

"Sebenarnya, aku bisa sendiri. Tak perlu repot-repot mengantar karyawanmu, karena seorang CEO sepertimu pasti sangat sibuk. Itu hanya akan membuang waktu berhargamu."

Carol, gadis yang bisa melontarkan kata apa saja yang tak bisa Sam tebak. Ia kaget dengan jawaban Carol yang tak terduga. Matanya menyipit memandangi Carol yang kembali menundukkan kepalanya.

"Tak bisakah kau hanya berterima kasih padaku dan duduk manis saja? Aku harus fokus menyetir, kalau kau masih mau hidup tentunya." desis Sam tajam.

Kesabaran Sam diuji lagi. Perkataan Carol seakan membuat dinding besar antara dirinya dengan Sam. Dinding bertuliskan 'kedudukan' yang memisahkan dua manusia ini. Sam saja tak peduli dengan jabatan apapun yang Carol pegang sekarang. Mengapa Carol berpikir sebaliknya?

"Hmm, maaf sir. Te-terima kasih."

"Sudah kukatakan, panggil aku Sam. Jangan panggil aku 'sir' atau 'Mr. Lancaster' atau yang lainnya. Sesulit itukah memanggil namaku?"

"Ta-tapi itu akan sangat tidak sopan. Aku—"

"Oh God! Aku tak peduli. Kita sedang tidak di kantor, Carol. Just call me Sam, okay?!"

"Okay."

"What? I can't hear you, say it again."

"Okay, Sam!"

"Good."

***

Setelah menempuh perjalanan selama tiga puluh menit, mereka sampai di restauran favorit Sam. Ia tadi memang mengatakan bahwa akan membawa Carol ke restauran manapun yang ia inginkan, namun karena Carol yang tak bisa menentukan pilihan jadi ia pasrah saja. Sam membawanya ke restauran Jepang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Say You're Just A FriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang