Ridho POV
Hari ini aku akan memulai hariku yang baru, di kota yang baru, di sekolah yang baru dan juga mungkin cerita yang baru. Aku mulai memasuki ruang kelas baruku tempat nantinya aku menuntut ilmu.
" Assalamu'alaikum". Pak Arik memberi salam.
"Wa'alaikumsalam". Dijawab oleh seisi kelas ini.
Ketika sudah sampai didepan kelas, aku membelalakkan mata karena aku melihat sosok itu, sosok yang pernah kulukai hatinya, yang menimbulkan sebuah penyesalan dalam hatiku.
"Anak-anak hari ini kalian punya temen baru, namanya Ridho dia pindahan dari Surabaya, Ridho silahkan perkenalkan diri kamu".
"Namaku Ridho Maulana, aku pindahan dari Surabaya". Aku memperkenalkan diri.Aku melihatnya hanya menunduk membaca sebuah buku, "Dia sudah tau apa belum aku ada disini" Tanyaku dalam hati.
Sesaat kemudian ia mendongak untuk melihatku, aku melihat wajahnya yang putih bersih dengan balutan kerudungnya, sosok yang aku rindukan selama ini, dia terlihat kaget terbukti dengan matanya yang membulat.
"Aku tak boleh langsung kembali dalam kehidupannya, aku akan melakukannya sedikit demi sedikit untuk meluluhkan hatinya untuk bisa menerima permintaan maafku" Ucapku dalam hati"Sudah Ridho?, silahkan duduk kamu cari tempat yang kosong, sepertinya dibangku Ilham kosong, kamu duduj sama Ilham ya". Usul Pak Arik
"Iya Pak terimakasih". Ucapku yang disusul anggukan dari Pak Arik.
Aku duduk disebelah Ilham lebih tepatnya lagi dibelakang bangku Erlita, Jantungku berdegup kencang terasa benar benar was was, Apakah Erlita masih ingat denganku atau malah melupakanku sebagai balasan atas apa yang telah aku lakukan.
Pelajaran pertama dimulai, mata pelajarannya adalah matematika, Aku melihat mata Pak Arik membulat tajam dan kemudian mengeluarkan suara mirip toa.
Erlita!!!!!"
"Eh copot 2 kali 15 tambah 6". Ucap Erlita kaget.
Aku hanya tertawa melihat latahnya diiringi tawa teman teman seisi kelas.
"Ngelamunin apa kamu? Ayo maju kedepan jawab soal ini!!. Perintah pak Arik sambil menyodorkan spidolnya.
Dia mengerjakan soal di papan tulis, dan nampaknya dia tidak tau cara mengerjakannya karena sibuk melamun.
"Ayo dikerjakan, kenapa? Gak bisa ya? Makanya kalau ada guru menerangkan itu diperhatikan jangan bermain main dengan dunia khayalmu itu". Bentak Pak Arik
"Iya iya pak maaf, saya tidak mengulanginya lagi". Katanya
"Ridho ayo maju kedepan bantu Erlita mengerjakan".
"Baik pak". Aku berjalan mengambil spidol ditanganku, aku menatap wajahnya yang masih dengan ekspresi cengo, aku hanya mengulas senyum tanda mengejek.
"Iya Ridho benar sekali, kamu anak pintar, tuh liat Ridho dia bisa menjawab soal dipapan, tiru apa yang dilakukan Ridho, sudah kalian berdua silahkan duduk kembali".
"Baik pak". Ucap kita (Aku dan Erlita) berbarengan, seketika aku melihat matanya yang melotot heran.
2 jam pelajaran telah berlalu
"Waktu sudah habis, jangan lupa dikerjakan pr-nya, selamat pagi". Ucap pak Arik mengakhiri jam pelajarannya bertepatan dengan bel istirahat.
***
Sebenarnya aku lapar tapi aku malas sekali menuju kantin karena memang aju belum beradaptasi dengan tempat ini. Tapi cacing didalam perutku tak bisa diajak kompromi akhirnya aku melenggang pergi ke kantin.
Sesampainya di kantin aku bertemu dengan segerombolan teman teman Erlita, aku juga melihatnya disana dan ada tempat kosong disampingnya.
"Wah langkah pertama ni". Ucapku bersemangat.
Aku pun berjalan dan duduk disamping Erlita, seketika dia melotot.
Eh eh ngapain duduk disini, kan masih banyak tempat!". Bentaknya
"Emangnya gak boleh?, lo pikir kantin ini punya nenek lo apa". Aku juga membentaknya
"Ih yaudah gue yang pergi". Katanya sambil beranjak dari tempat dia duduk.
Teman temannya hanya memasang wajah cengo melihat perlakuan Erlita.
"Loh loh mau kemana Er, ini pesanannya baru dateng keburu pergi aja". Tanya cewek yang tampak kerepotan membawa nampan
"Minum aja air putih gue, gak jadi haus". Katanya sambil melenggang pergi meninggalkan kantin.
"Aneh tuh anak, ah bodo amat bakso udah panggil panggil lidah gue ini langsung santap aja" kata cewek yang berbadan tambun.
"Eh, hay nama gue Mey, seneng bisa ketemu lo disini dan kita bakal jadi temen satu kelas" Ucap seorang cewek yang tiba-tiba mengulurkan tangannya padaku.
"Hehe iya, masih ingetkan nama gue siapa". Ucapku
"Ridho kan? Inget dong masak baru beberapa jam udah lupa lo pikir gue pikun". Katanya sambil diiringi tawa yang khas, aku hanya nyengir kuda.
"Eh kalian gak pingin kenalan juga? Makan aja dari tadi". Ucapnya kecewek cewek yang lagi asik makan dan namoaknya tak memperdulikanku.
"Maaf, gue lagi laper banget jadi gak konsen, nama gue Mifta". Kata cewek yang bernama Mifta.
"Gue Wulan, seneng bisa kenal sama lo". Katanya yang kuanwab hanya dengan cengiran dan anggukan kepala saja.
"Gue Tyas".
"Woi bi, kenalan kalek makan terus dari tadi". Ucap tyas sambil menyenggol sikut cewek tambun itu sampai sendok berisi bakso tak jadi masuk kemulutnya yang sudah menganga lebar.
"Ih Tyas mah, bentar napa sih tanggung nih sesendok gak jadi masuk mulut kan". Katanya sambil mengerucutkan bibir dan mengelapanya dengan tisu.
"Hehe maaf ya" ucap Tyas.
"Oke, kenalin nama gue Wibi, cewek tercantik diantara ke 5 temen gue". Ucapnya songong sambil mengurkan tangannya dan kusambut dengan uluran tangan dan cengiran.
"Yeeeee, pede amat lu" ucap kelima temannya sambil bergaya ingin memukul wibi dengan sendok dan diiringi tawa renyah mereka yang membahana.
"Mereka unik, sayang Erlita gak ada disini, mungkin dia masih belum menerima kehadiranku disini" ucapku dalam hati.
"Ridho cepet pesen makan nanti keburu masuk". Usul Mey
"Eh iya ini mau pesen". Ucapku
W/R
Happy Reading
KAMU SEDANG MEMBACA
Remember
RomanceKetika cinta yang telah terlupakan tapi tak sepenuhnya terlupakan. ~Winroz~