part one

101K 3.4K 33
                                    

-Author pov-

Seorang lelaki tampan yang beberapa kali selalu mengumpat kesal. Jalanan dipagi hari ini cukup padat. Dia harus tiba di rumah wanita masa lalunya tersebut dengan tepat waktu. Dia ingin melihat wanita tersebut untuk terakhir kalinya.

- Nico pov-

Sesekali aku menghirup udara dan membuangnya kasar.
Aku tidak bisa mengeluarkan air mata sedikitpun. Hatiku sakit tapi ntahlah sakit karena apa.
Kini wanita yang telah aku nanti - nantikan kedatangannya telah pergi untuk selamanya.

Jalanan yang cukup macet membuat orang tuaku dan teman - temanku menelponku berkali kali. Upacara pemakaman akan segera dilaksanakan. Namun hingga saat ini aku masih terjebak macet. Mereka semua tidak akan melaksanakan upacara pemakaman sebelum aku tiba.

Aku memakirkan mobil Mclaren milikku disamping mobil - mobil lainnya. Sudah ada orang tuaku dan beberapa sahabatku.

Nafasku sesak, hatiku serasa diremuk, tubuhku serasa hancur, dan pikiranku kacau.

Kakiku melangkah menuju rumah yang sederhana itu. Bunga bunga cantik menyambutku dihalaman.

Kulihat Aura yang sedang menangis dipelukan Onil. Mereka sahabatku dan Ferina.

"yang tabah ya, Co" ucap papaku sambil memelukku. Anggukan saja sudah cukup untuk merespon Papa.

Kulihat peti mati dihadapanku. Didalamnya terbujur kaku wanita yang hingga saat ini aku masih menyayanginya. Dia menghilang bagai ditelan bumi.
Dia tetap cantik walaupun wajahnya berubah pucat. Dia menggunakan cincin yang pertama kali aku berikan kepadanya hasil jerih payahku sendiri.

"Nico,lo kudu kuat ya" ucap Marcel sahabatku.
"Thanks bro" ucapku.

Mereka semua tau siapa yang menyebabkan aku menjadi seorang player seperti saat ini. Tentu saja karena Ferina.

Kulihat sesekali Mamaku mengusap air matanya.
Vanessa pun juga begitu.

Semua yang dihadapan peti kini meninggalkan aku dan Ferina. Mereka memberi waktu agar aku dapat berdua dengan Ferina untuk terakhir kalinya.

Tangannya yang kaku kusentuh lembut. Hanya kusentuh dan usap lembut sambil menghirup sari nutrisiku yang kini sudah habis dan membuat aku kurus kerontang. Aku mengambil cincin itu dari jari Ferina.

Kacamata rayban menutupi mataku yang sayu dan sedih.
Air mataku kini luruh dan aku hapus perlahan.

Gadis kecil berlari mendekati Ferina. "Mommy,ini bunga mawar kesukaan mommy." gadis kecil itu berbicara kepada Ferina tanpa memperdulikan Ferina yang tidak bisa membalas ucapannya. Dia berusaha menaruh bunga mawar diantara jari jari Ferina. Namun bunga mawar itu selalu terjatuh. Lalu gadis kecil yang menyebut namanya Fefe itu menaruh diatas tubuh Ferina.

"aunty Aura kenapa Mommy gak mau buka matanya? Acel uncle mommy bangunin. Mommy lelah ya makanya mommy tidur terus?" Ucap gadis kecil itu membuat aku teriris.

"Fefe,sini sama tante Vanessa nak.." Vanessa memeluk gadis itu.

Gadis itu cantik,kulitnya bersih,matanya seperti milikku berwarna abu abu,wajahnya mendominasi mirip dengan Ferina. Namun bibirnya merah seperti bibirku. Ini anak Ferina? Lalu dengan siapa?

"Itu anak kamu,Nic". Ucap Marcel. Aku melihat ke arah Marcel dengan tatapan sedikit terkejut.
"Namanya Ferdina Milly Leviando".

Kulihat air matanya tak tumpah sedikit pun. Namun matanya menatap bingung.
"Lo selama ini tau Ferina dimana dan lo gak ngasih tau gue?" Tanyaku pada Marcel.
"Ini permintaan Ferina,sorry kita semua nggak ngasih tau lo" ucap Marcel.

Hal ini adalah hal yang paling aku benci memberikan bunga diatas peti untuk terakhir kalinya.
Kini bagianku memberikan bunga diatas peti Ferina.
Gadis kecil tadi meminta turun dari gendongan Marcel dan mendekat ke arah peti Ferina dia menaruh ditangan Ferina seperti yang tadi dia lakukan namun tetap saja bunga lily itu terjatuh.

Aku menggenggam tangan mungil dan membenarkan letak bunganya. "Fefe,bukan disitu tapi disini". Dia tersenyum kepadaku.

"Uncle.. kenapa Mommy tidak mau menerima bungaku ya?" Uncle? Aku Daddy Fefe. Aku daddy bukan Uncle.
"Mommy lelah sayang" aku mengusap rambut Fefe.
"Kenapa? Mommy udah tidur selama 5hari apa mommy itu gak lelah uncle?" Tanya Fefe dengan suara imutnya.

"Mommy tidur sayang. Sekarang Mommy sudah sembuh,jadi mommy tidak akan kesakitan dan tidak akan mimisan lagi". Ucap Aura sambil mengelus rambut Fefe lembut.

-author pov-

Pemakaman Ferina telah selesai. Nico benar benar masih ingat wajah Ferina yang pucat tapi juga ingat wajah segar dan ceria Ferina.
Dulu Ferina dan Nico masih terlalu muda untuk membangun sebuah keluarga. Tapi sudahlah semuanya sudah terjadi. Nico juga tidak mengetahuin bahwa Ferina pergi karena kehamilannya.
Nico merasa jadi lelaki paling bodoh karena membiarkan wanita yang sangat dia cintai pergi. Ferina mengalami banyak masa sulit. Ferina telah kehilangan kedua orang tuanya yang kecelakaan. Kemudian seminggu sebelum ujian sekolah Ferina ditinggalkan oleh Bibinya. Lalu beberapa tahun yang lalu karena kesalahan Nico,Ferina harus menanggung bebannya sendiri. Dia pergi ke negeri orang dengan keadaan hamil dan disana dia melahirkan seorang diri.

"Fefe bisa ikut dengan saya Ny.Leviando karena Fefe tidak begitu mengenal anda" ucap Aura.
"Tapi, kami adalah kakek dan nenek Fefe" ucap Ny.Leviando kekeuh.

"Persetan dengan semuanya. Fefe masih mempunyai ayah dan itu aku. Jadi aku yang paling berhak merawat Fefe" ucap Nico tiba tiba. Semua menatap kaget ke arah Nico.
"Gak mungkin,co. Lo benci sama anak kecil kan? Gue gak yakin lo bisa ngurus Fefe dengan baik" ucap Vanessa remeh.

Gadis yang direbutkan hanya dibelakang duduk sambil bermain ayunan.

Nico berjalan cuek ke arah taman belakang. Dari segi hukum ayah yang paling berhak ketika ibunya meninggal.
Dilihatnya gadis kecil tersebut berlari menyalakan kran air dan menyiram bunga bunga Mommynya yang cantik.
Kuku pinknya kini telah kotor terkena tanah merah.

"Halo Fefe.." sapa Ferly.
"Hai uncle.." ucapnya tidak melepas pandangan dari membenarkan beberapa tanaman bunga lilynya.
"Fefe kita belum kenalan. Namaku Nico" ucap Nico sambil tersenyum lembut.
Menatap Fefe bagaikan seperti bercermin. Mata Fefe adalah mata Nico.
"Fefe mau ikut uncle pergi untuk makan ? Kita bisa pergi ke kedai zupa untuk makan siang bersama" tawar Ferly.
"Fefe suka zupa soup uncle" ucap Fefe senang.
Sungguh Nico ingin menjedotkan kepalanya ke tembok agar ia bisa menangis.

Fefe memakan zupa soup dengan lahap. Bahkan Ferly sendiri yang sedari tadi belum lapar melihat Fefe makan laparnya jadi hilang ntah kemana.

"Sebenarnya Nico Uncle siapanya mommy? Aku enggak pernah liat Nico Uncle bersama mommy atau ke rumahku yang ada di Korea".

"Nico uncle itu.. daddy Fefe". Jawab Nico takut. Nico yang biasanya meluluhkan hati para artis dalam maupun luar negeri kini di luluhkan hanya dengan gadis kecil berumur 4 tahun yang sangat mirip dengan kekasih yang sangat ia cintai.

"Daddy itu apa Nico uncle? Daddy itu siapa? Fefe nggak tau Daddy itu apa" Nico menahan napasnya. Sungguh hatinya sakit mendengar ucapan Fefe. Andai dia selalu ada disamping Ferina,gadis kecil dihadapannya ini akan mengetahui bagaimana sosok daddy.

Hai hai... ini sebenernya aku terinspirasi dari salah satu ff di blog. Karena aku suka yaudah aku jadi terinspirasi. Mungkin awalnya aja Yang hampir mirip terus aku kembangin sendiri.
Vote and coment guysss

Handsome DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang