Tak Kasat Mata

805 8 2
                                    

Cinta dan Benci itu hanya terhalang benang tipis tak kasat mata. Abstrak.

------

"Bangke! Balikin tas gue kambing!" Karin melompat-lompat berusaha mengambil tasnya yang dijinjing tinggi Arya. Karin heran, kenapa badan Arya bisa setinggi ini? Ck.

"Ambil sendiri nyet!" Dengan kesal Karin memungut kerikil di sekitarnya. Dengan napsu Karin melempari kerikil itu pada Arya.

"Adaw! Woy! Sakit bangke!" Tawa Karin tidak berlangsung lama saat wajahnya tertimpuk tasnya sendiri. Dengan kesal Karin menatap Arya yang berlari menjauhinya yang sambil sesekali memeletkan lidahnya.

"Lo berantem mulu sama Arya. Sebenernya ini masalahnya awalnya gimana seh?" Desi menatap Karin aneh. Serius deh, dia sama sekali gak ngerti asal usul permusuhan di antara Karin dan Arya.

"Gak tau gue, lupa." Desi memutar matanya. Tapi sedetik kemudian, Desi menatap Karin serius. "Rin, lo gak takut jatuh cinta sama Arya?"

Karin membalas tatapan Desi, "HAHAHAHA yakali gue jatuh cinta sama makhluk macam Arya." Desi hanya memicingkan matanya.

Karin mengeplak kepala Desi, "Ck, sok serius lo!" Karin sesekali masih terkekeh, tapi tak urung dia mencatat rumus-rumus di papan.

Pagi ini entah kenapa Karin merasakan paginya yang tentram dan damai. Tanpa tingkah aneh makhluk bernama Arya. Eh tapi ada deh yang aneh, Karin masih gak habis pikir, tadi Arya lewat di depannya, dan Arya justru tersenyum? Yang bener aja!

Tingkah Arya bener-bener aneh! Ya Karin seneng sih Arya gak usil lagi, tapi kok Arya jadi sering tebar senyum gitu sih? Kesambet apa ya dia?

Dan yang paling aneh adalah kejadian di lapangan basket tadi.

"Nih, lo haus kan?" Karin masih sibuk mengipas-ngipaskan udara dengan tangannya, mengernyit ketika melihat ada roti yang disodorkan padanya. Nyaris melotot ketika melihat siapa yang memberikannya.

"Arya? Ngapain lo?"

"Minum dulu dah, nih!" Karin memicingkan matanya, pasti ada sesuatu dalam air itu. Bisa jadi obat pencuci perut, atau paling parah isinya narkoba!

"Ck, gak gue racunin kok!" Arya menenggak air itu, setelahnya menyodorkannya lagi pada Karin, "Minum." Dengan ragu Karin meminum air itu.

"Lo kesambet siapa?" Terdengar gelak tawa Arya, membuat Karin tertegun sejenak. Dengan posisi Arya yang berdiri membelakangi matahari, menimbulkan siluet indah saat dia tertawa. Aish! Gue mikir apa sih? Karin menggelengkan kepalanya keras-keras.

Arya tersenyum, "Gue cuma mau minta maaf aja kok."

"Maaf? Dikata bulan ramadhan." cibir Karin. Tanpa Karin duga, Arya justru mengacak rambutnya lembut, dan tanpa sepatah kata pergi meninggalkan Karin. Meninggalkan tanda tanya besar dalam benak Karin.

Sejak saat itu, sikap Arya berubah total. Arya gak pernah ngisengin Karin lagi. Bahkan Arya sempat beberapa kali mengantar Karin pulang.

"Yuk!" Arya merangkul Karin. Dengan cepat Karin melepaskan rangkulan Arya. Ada perasaan aneh ketika dia bersentuhan fisik dengan Arya.

"Yuk kemana?"

"Ya pulanglah, ayok!" Arya menarik Karin menuju parkiran. Karin menatap punggung Arya. Semakin hari sikap Arya semakin aneh. Bukan, bukan aneh. Tapi... manis? Ah! Yang bener aja! Karin pasti udah gila!

"Jangan lupa makan yak!" Arya mengacak rambut Karin, tersenyum kemudian pergi menembus ramainya jalanan kota.

Karin masih menatap punggung Arya yang kian jauh kian mengecil. Tersenyum kecil, lalu melangkah memasuki rumahnya.

Lovestory.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang