Simple.

207 1 0
                                    

Memangnya wanita tidak boleh berjuang? Akupun ingin berjuang!

---

Kutatap dirinya lekat-lekat, mengumpulkan tekadku, mengikis egoku. Kelulusan baru saja diumumkan, sorak sorai teman-temanku terdengar riuh di lapangan. Hampir sebagian besar dari mereka saling mencoret baju teman.

Namun fokusku hanya tertuju pada satu orang. Dia. Tentu saja. Siapa lagi jika bukan dirinya?

Selangkah aku maju, mengapa tekadku juga terkikis? Mengapa egoku bertambah? Tidak. Takkan ku biarkan.

Aku harus berjuang!

Persetan dengan ego, kubawa diriku berlari mendekatinya. Ditengah lapangan, mataku masih dan akan selalu tertuju padanya.

Ku tarik napasku dalam-dalam,

"EDO! TARA SAYANG SAMA EDO!" Hening? Jangan berharap. Ini bukan serial televisi. Semua masih sibuk pada kegiatan masing-masing.

Namun,

Dia menatapku.

Dia tersenyum.

Aku menangis.

Aku berlari, memeluknya.

Menangis dibahunya, terisak.

"Hei, jangan nangis," Ditepuk-tepuknya bahuku, menenangkanku.

"POKOKNYA GAK MAU! GAK MAU! GAK MAU PUTUS!!!" Aku memeluknya lebih erat.

Ya, ini semua karena ego sialanku. Memangnya apa salahnya menurunkan ego sedikit? Menurunkan gengsi?

Dia mengelus rambutku,

"Iya, Edo sayang Tara." Dia memelukku lebih erat.

Ah ya, aku berhasil menurunkan egoku.

Jika tidak ku turunkan sedikit saja, bisa-bisa aku akan menyesalinya. Mengurung diri, menangis hingga mata bengkak.

Hei kau! Kuberitahu, jika perlu, turunkanlah egomu! Jika tidak, kau akan menyesal. 

Lovestory.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang