A Lot of Love for You

4K 53 3
                                    

Anyyeong reader-deul :) awalnya cerita ini mau aku lock tapi... kyyaaaa... kenapa kalau di lock aku sendiri juga gak bisa baca ya? Ada yang bisa bantu?? Kali ini ada cerita FF request dari @nayramel (onnie, akhirnya aku membuatnya juga).. buat yang penasaran apa itu FF request atau pengen nge-request FF, silahkan buka blog-ku di http://www.angelaftracta.wordpress.com keterangan lengkap ada disana :)

selamat membaca... dan... errr.. aku juga menghrap komen dan vote dari reader-deul sekalian.. dan, untuk yang bukan penggemar Korea, nggak usah khawatir.. kurasa cerita ini tetap bisa dinikmati oleh khayalak umum..:)

------------------------------------------------------

(Yesung POV)

      

      Kebahagiaanku meluap-luap saat melihat sebuah piala tanda penghargaan untuk kami dipegang oleh sang Leader, Leteuk hyung (panggilan dari adik cowok untuk kakak cowok.red). Ya, kami, super junior boyband yang namanya sedang meroket ini lagi-lagi mendapatkan penghargaan untuk boyband terfavorit.

      “Yesung, mau mengatakan sesuatu?” Leteuk hyung memberiku tempat agar aku bisa mengucapkan pidato terimakasihku karena telah menerima penghargaan ini.

       Pertama-tama aku mengetuk mike-nya. Setelah yakin mike itu baik-baik saja (itu sudah pasti!) baru aku mulai pidato terimakasihnya. “Pertama aku ucapkan terimakasih untuk kasihMu, Tuhan. Puji syukurku untukmu. Lalu aku mengucapkan banyak terimakasih kepada umma, appa, dan Jongjin namdongsaeng (Adik cowok)ku satu-satunya. E.L.F (Everlasting friends, fangrup super junior.red) tentu saja aku tidak melupakan kalian. Tanpa kalian kami tidak akan berdiri disini. Tak lupa juga pada teman-teman super junior yang telah berjuang bersamaku. Kepada SM entertainment, manajer hyung yang sebentar lagi akan berpisah dengan kami karena diperintahkan untuk memanajeri boyband lain, serta kepada.....”

      Kepada siapa lagi aku harus berterimakasih? Kuingat-ingat lagi sosoknya yang mulai samar-samar dalam ingatanku. Matanya, bibirnya, hidungnya, rambutnya, wajahnya, ah ya, sekarang aku bisa mengingat jelas sosoknya. “Terimakasih kepada seseorang yang seperti Jangmi (Mawar). Begitu cantik, namun berduri. Juga untuk kakek tua dan Yiruma ahjussi (paman) yang kurindukan.”

--------------------------------------------------------------------------------------------------

(FLASHBACK)

       Akhirnya! Uang tabunganku terkumpul juga! Dengan ini aku bisa membeli radio. Kau tahu, aku sering mendengar radio di rumah teman-temanku dan di radio itu sering sekali diputar lagu-lagu yang enak sekali didengar. Sekarang, dengan uang tabungan ini, tentu aku dapat membeli radioku sendiri.

       Aku yang masih belum dewasa ini membawa sendiri uang yang menurutku sangat banyak itu dalam genggamanku sendiri. Kemana aku harus pergi untuk membeli sebuah radio? Tentu saja ke toko elektronik, Jongwoon babo (bodoh)! Tentu saja untuk membeli radio kau harus pergi ke toko elektronik. (catatan penulis: Yesung adalah nama panggung. Nama aslinya, nama sebelum debut artisnya adalah Kim Jong Woon dan panggilannya adalah Jongwoon).

       Perhatianku teralihkan oleh toko alat-alat musik yang berada tak jauh dari tempatku berdiri. Ada orang yang sedang bermain piano disana. Aku suka mendengar suara piano, tetapi aku lebih suka menyanyi diiringi suara piano. Tanpa sadar aku mengeluarkan suara untuk mengiringi nada-nada piano itu.

       “Jangmi-ya!” Seorang Pak Tua keluar dari sebuah toko yang berada disebelah toko musik ini untuk memanggil... tampaknya dia memanggil cucunya yang sedang bermain-main didepan toko. Suara teriakan itu membuat perhatianku teralihkan. Cucunya itu, seorang yeoja (cewek) yang tampak boyish sekali. Rambutnya cepak meskipun baju berwarna pink yang dipakainya itu jelas menunjukkan kalau dia adalah yeoja. Cih, berbeda jauh dengan namanya (Jangmi = mawar). Dan yeoja yang dipanggil Jangmi itu tampaknya seumuran denganku.

        Sreeettt.... Jangmi menatapku tajam. Itulah tatapan pertama kami sebelum Jangmi berlari ke gendongan kakeknya yang masih berdiri didepan toko. Tunggu! Toko itu! Itu toko elektronik! Toko yang dimasuki si kakek tua yang menggendong Jangmi.

       “Ah! Anyyeong hasseo (Halo)!” Sapa si kakek tua begitu melihatku memasuki toko. “Ada yang bisa kubantu?”

       Oh, jadi kakek ini adalah pemilik toko elektronik ini toh. Aku mengeluarkan semua uang yang tadi kugenggam. Kebanyakan uang receh sih. Tentu saja, ini kan hasil tabungan dari seorang anak kecil. “Ini, apa aku bisa membeli sebuah radio dengan semua uangku?”

      Gencringan uang receh terdengar di meja pak tua itu. Dengan setengah menurunkan kacamatanya, Pak Tua itu menatapku keheranan. Tapi Pak Tua itu mengangguk dan mulai menghitung uangku dengan sabar.

      “Hmm.. Jumlahnya cukup. Jangmi!” Pak Tua lagi-lagi memanggil nama itu dan... anak itu, Jangmi, lagi-lagi menatapku tajam sebelum dia menatap pak tua itu dengan lembut. “Tolong ambilkan tape recorder yang kecil itu.”

       Jangmi mengangguk, mengambil tape recorder yang dimaksud. “Ini Kek!”

      Tuh kan, benar perkiraanku! Pak tua ini pasti kakeknya si Jangmi! “Gomawo (terima kasih), Jangmi. Nah, ini radiomu.”

      Radio? Benda kecil itu lebih terlihat seperti tape recorder. Ada tempat memasukkan kaset disana dan juga banyak tombol-tombol aneh yang tidak kumengerti kegunaanya. Dalam kebingunganku, kakek tua itu mengambil lagi tape recorder itu dari tanganku. “Ini radio sekaligus tape recorder. Kau bisa merekam suaramu dengan ini atau merekam lagu favoritmu pada sebuah kaset jadi kau bisa mendengarknnya berulang-ulang. Kalau kau ingin mendengarkan radio, tekan tombol yang hitam ini. Jika kau ingin menjadikannya pemutar kaset, tekan lagi tombol hitam itu dua kali. Jika kau ingin merekam, tekan saja tombol merah ini. Arrachi (kau mengerti)?”

        Aku mengangguk dan mengambil kembali tape recorder itu dari tangan kakek tua yang tampak ramah dan baik.

       “Ini!” sekarang sebuah kaset kosong mendarat di tanganku. “Bonus untuk pelanggan pertamaku hari ini. Kalau sedang tidak ada kerjaan, cobalah rekam suaramu sesekali. Hehehe, siapa tau nanti kau jadi penyanyi besar.”

       Kulangkahkan kakiku keluar dari toko itu setelah mengucapkan terimakasih. Tetapi, ketika aku membelakangi toko, kurasakan tatapan tajam mengarah kearahku. Benar saja, Jangmi masih menatapku dengan tatapan tajamnya yang tidak berubah. Aku merinding jadinya. Sudahlah, lebih baik aku cepat pulang dan mencoba radio baruku.

(END FLASHBACK)

-------------------------------------------------------------------------------

A Lot of Love for You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang