Namaku Isya

192 9 1
                                    

    Namaku Isyatul Marajala. Isya karena aku lahir tepat saat adzan Isya berkumandang, Mara karena kakekku bernama Marauddin dan Jala karena ayahku yang mantan nelayan di kampung halamannya. Itu versiku. Entahlah jika ditilik dari versi ayah dan ibuku. Aku tidak pernah bertanya secara serius tentang hal itu. Mungkin saja versiku benar. Keluargaku biasa memanggilku Isya. Atau Sya. Tapi jika di sekolah atau di pergaulan dengan teman - teman aku lebih suka dipanggil Mara atau Mar, terserah, yang pasti aku tidak suka jika mereka memanggilku Isya. Terlalu perempuan dan lembek. Menurutku.

    Saat ini aku masih sekolah kelas 2 SMA di salah satu sekolah favorit di kota kecilku. Hidupku tenang. Sangat tenang malah. Jarang ada masalah yang menimpaku. Yang sering ditemui justru orang - orang yang mencari masalah denganku. Tapi ketenanganku kembali dengan sikap tak peduliku pada mereka. Masalah terbesar yang bersumber dari diriku adalah keluargaku. Mereka tidak suka dengan hobi main game yang aku lakoni. Menurut keluargaku aku terlalu banyak duduk di depan PC dan memelototi layar LED. Jika kalian pikir keluargaku takut aku terkena penyakit rabun dan membuat mataku harus di sumbat dengan kaca yang setebal pantat botol, kalian salah besar. Aku dilarang bermain game PC karena Ibu takut bayaran listrik membengkak.

    Aku memang senang menghabiskan waktu dengan bermain game. Orang tuaku bilang aku selalu bermain sampai 5 jam sehari. Mereka salah besar. Sebenarnya ada 3 jam lagi yang mereka tidak ketahui. Itu saat aku mengorbankan waktu tidurku yang berharga di malam - malam mereka tidur dengan pulasnya. Satu hal yang aku syukuri, orang tuaku memberikanku private room satu kamar untuk satu anak. Untunglah aku hanya 3 bersaudara. Bayangkan jika aku memiliki 5 saudara.

    Masalah lain yang membuatku cukup berpikir keras saat ini adalah masalah adikku yang sudah punya pacar. Orang - orang sibuk menertawakanku yang belum pernah berpacaran sekalipun. Yah bisa dibilang aku adalah jomblo seumur hidup. Tapi yang menjadi masalah bukan kejombloanku. Tapi keisengan teman - teman sekelasku yang dengan senang hati menjodoh - jodohkanku dengan makhluk jadi - jadian bermuka Mr Bean dan berbadan Mammoth. Jono. Nama teman dan kandidat utama perjodohan yang ditujukan padaku. Mereka dengan maju tak gentar menyoraki ku di tengah keramaian dengan panggilan Baby Jon. Bukan bayi Jono. Tapi kesayangan Jono. Saat itu aku berpikir untuk menyewa pembunuh bayaran untuk membunuh diriku.

    Jika kalian berpikir aku sangat jelek sampai di bully oleh teman - temanku, kalian salah besar. Aku adalah makhluk tercantik yang pernah kutemui. Itu versiku. Berikut aku deskripsikan wajahku ini. Aku memiliki wajah yang lonjong warnanya putih tapi ada sedikit bercak - bercak bekas jerawat dan sedikit jerawat yang masih muncul dengan bandelnya walaupun sudah di musnahkan dengan berbagai cara yang kubisa. Selain itu hidungku cukup mancung mataku besar dan bulu mataku cukup tebal. Bibirku agak tipis dan cukup memerah. Untuk diketahui, mukaku itu perpaduan antara wajah ayahku yang ganteng dan ibuku yang cantik. Cukup membuat iri memang.

    Nah pertanyaannya kenapa aku selalu jadi korban bullying? Mungkin efek mereka yang penasaran dengan sikap tak peduliku. Aku tidak pernah sedikitpun ikut tertawa saat mereka menertawaiku ataupun saat mereka tertawa di kelas. Aku terlalu bosan dengan lingkungan kelas sehingga hanya duduk dan sibuk memikirkan strategi apa yang akan kulancarkan untuk melawan Richard The Lionheart di game perang yang kumainkan.

    Masalah lain mulai muncul saat Ibu sibuk menyuruhku untuk ikut les Bahasa Inggris. Sebenarnya aku ingin menolak karena jika aku ikut, kegiatan baruku itu hanya akan mengurangi waktu bermain game ku dan membuat penantianku menghancurkan benteng lawan semakin lama. Tapi akhirnya aku terima karena ibu mengancam untuk mematikan arus listrik ke kamar selama sebulan. Ibuku sangat tega dan aku percaya itu. lagipula setelah di hitung - hitung dengan kemampuan matematikaku yang lumayan kurang tuntas. Akhirnya aku rasa aku akan lebih untung jika ikut les.

    Tempat les Bahasa Inggris ku cukup jauh. Butuh sekitar 10 menit perjalanan dengan kakiku. Sebenarnya aku ingin dijemput pulang oleh abang sepupuku tapi permintaanku ditolak mentah - mentah. Menurut mereka aku bisa jalan kaki saja karena hanya berjarak 10 rumah dari rumahku. Aku disuruh menghentikan kebiasaanku menatap toko yang menjual action figure favoritku Ironman yang kebetulan memang dekat sekali dengan tempat les itu jika berjalan memutar sekitar 15 rumah. Mereka ternyata sudah tahu kalau aku terbiasa menatap Mister Stark dalam balutan jubah besi berlama - lama. Mungkin sampai 5 menit sambil berkhayal dan menghitung - hitung uang di tabunganku. Bertanya - tanya mungkinkah sang Ironman pujaanku itu bisa kupeluk dan kubawa pulang.     Akhirnya aku mengalah dan hari ini mulai menjejakkan kaki di tempat les sambil menahan godaan untuk melihat Om Tony. Kemarin Ibuku mendaftarkan namaku pada guru les kami Mister B. Nama aslinya Broto tapi kusingkat jadi B karena kepalanya yang botak separuh. Jadi B bisa berarti Broto Botak. Aku tersenyum - senyum sendiri sambil memanggil Mr B.

    "Mr B, aku masuk kelas mana ya?" pak Broto tersenyum saat kupanggil Mister

    "O, new student? Isya?".

    "No Mr, kol mi Mara."

    "Oke Isya or Mara up to you, come in to class A, hurry up we're gonna start."

    "Oke misterrr"

    Aku segera berlari ke kelas E. Menatap sebentar ke dalam kelas yang di dominasi oleh orang - orang yang berdialog dengan lihainya dalam Bahasa Inggris. Tidak mungkin ini kelasku. Aku menatap nama - nama yang sengaja di pajang di luar kelas dan menyadari, E berarti A dalam alfabet Inggris. Tersenyum menertawakan kepolosanku dalam hati, aku segera berlari lagi ke kelas A.

    Aku terpana sebentar. Melihat beberapa anak perempuan yang berkerumun. Mereka terlihat tidak asing. Seperti kakak kelas 3 di sekolahku. Dan aku mencoba duduk. Tepatnya mencari tempat duduk yang kosong. Tempat duduk itu yang masih kosong, di duduki oleh seorang laki - laki berbaju jersey MU. Aku tidak tahu itu siapa tapi sepertinya penting karena kakak - kakak centil di sekolahku mengobrol sambil berbisik dan menatapnya. Sebegitu pentingnya kah? Aku tidak tahu. Yang aku tahu aku harus duduk dan mengistirahatkan kakiku yang lelah karena tadi sedikit berlari.

    Aku duduk. Menatap heran dengan pandangan cewek - cewek yang menatap ke arahku. Anak laki - laki di sebelahku berdiri dan berjalan menuju ke luar kelas. Aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Tiba - tiba cewek - cewek yang sedari tadi menatapku dengan wajah permusuhan memalingkan muka dan tertawa. Kali ini tidak jelas mereka menertawakan apa tetapi wajahnya sebentar - sebentar mengarah padaku.

    Laki - laki berbaju jersey MU itu kembali dari kejauhan saat aku menatapnya. Mataku yang mulai rabun karena sering disumpahi Ibu hanya mampu menatap siluet dari kejauhan. Laki - laki itu mendekat. Wajahnya semakin jelas. Aku kaget. Ternyata dia adalah Kak Ferdinand Alonso. Pujaan wanita di sekolahku. Aku melengah pura - pura tidak tahu sambil menahan getaran jantungku yang berlompatan kesana kemari.

    Kami tetap diam dan tak berkenalan. Aku tidak mungkin menyodorkan tangan padanya karena memalukan. Dan dia tidak mungkin menyodorkan tangan padaku karena dia tidak mengenalku. Aku tidak tahu pasti tetapi jelas ia tahu namaku karena Mr B mengabsen kami satu - persatu. Kami mulai bicara saat Kak Ferdi meminjam penghapus Ironmanku, untuk menghapus percakapan buatannya yang salah. Kami juga berbicara sedikit saat Mr B menyuruh kami mempraktekkan Greeting yang tentu saja dilakukan dengan pasangan sebangku. Ternyata setelah dilihat dari jarak dekat Kak Ferdi tidak terlalu tampan. Ada ketidaksimetrisan antara hidung mancungnya dengan mulutnya yang membuat gigi Kak Ferdi terlihat maju sedikit alias "monyong". Tidak terlihat oleh yang lain namun disadari olehku. Tunggu saja sampai aku menyebarkan berita tentang "kemonyongan" Kak Ferdi ini. Aku sedikit tersenyum membayangkan hal bahagia itu.

Aku dan MasalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang