Part 10

10.4K 158 2
                                    

"Berhenti melakukan apa?" Sam mengerutkan kening. Sama sekali belum mendapat pencerahan apapun untuk hal yang sedang lusi katakan.

Ingin berhenti melakukan apa? Hubungan fuck buddy ini? tidak kan? lusi tidak ingin berhenti dari hubungan ini kan? lusi tidak..

"Aku ingin berhenti melakukan hubungan ini." pemikiran Sam terputus oleh perkataan Lusi.

"Apa maksudmu dengan hubungan ini?" Sam merasakan sesuatu yang akan keluar dari hidupnya. Entah apa itu yang pasti tidak menyenangkan. Rasanya seperti tulang kaki mu di paksa keluar. Kebayang seberapa tidak nyamannya itu?

Lusi menggeleng, memejamkan mata nya. Semuanya terlalu berat bagi dia jika harus melanjutkan. Secara jujur dia harus mengakui kalau dia memang sudah bermain hati. "Oh ayolah Sam, kamu mengerti yang aku maksudkan."

Lusi merasakan becek di selangkangannya saat ia bergerak sedikit. Lalu dalam sedetik dia sudah memutuskan untuk ke kamar mandi meninggalkan Sam yang termangu di tempat.

Otak Sam berputar ngeri. Ia mendengar keran air di buka dan rasanya ia ingin berteriak.

Lusi benar-benar ingin menyudahi hubungan mereka.

Bagaimana mungkin? Bukankah semuanya berjalan dengan baik? Apa Sam salah dengar bahwa Lusi selalu mendesah puas dan berteriak bahagia atau mengigit Sam saat orgasme? Apakah semua itu palsu? Apakah ternyata selama ini Lusi tidak pernah nyaman dan puas? Apakah Sam bertindak egois selama ini?

Ya Tuhan ia harus menanyakan itu.

Mereka harus memulai dari awal. Kalau di ingat-ingat mereka memang belum sempat berbicara tentang posisi nyaman masing-masing. Mungkin saja Lusi benci di anal. Ah ya, Lusi terdengar sedikit kesakitan saat di anal kemaren. Tapi wanita itu orgasme kan? tapi wanita itu mendesah dan meneriakan "HARDER" kan?

Ok, intinya hanya bicara.

***

Lusi keluar dari kamar mandi dalam pakaian lengkap. Suasana entah kenapa menjadi lebih hening dari biasanya. Sam sedang duduk di meja kopi dengan cangkir mengepul di tangannya. Ah, Sam sangat menyukai kopi. Pria itu meminumnya sepanjang waktu yang Lusi ingat.

"Sam?" lusi berjalan ke arah pria yang di panggil hanya menoleh sedikit itu.

Sam sudah berpakaian lengkap pula, namun rekaman erotis adegan mereka membuat lusi melihat Sam dari kacamata berbeda. Pakaian pria itu terlihat transparent.

Oh God, jangan tanya tentang anal yang mereka coba kemarin. Lusi tidak tahu jika anus bisa sebegitu nikmatnya saat di gauli. Lusi tidak pernah menyangka.

Agak sakit sih di awal, tapi itu menakjubkan saat sudah di genjotan ke berapa kali.

Lusi seketika mulai menyesali keputusannya meminta menyudahi hubungan. Toh tidak ada larangan falling in love with your fuck buddy right? bukan criminal yang merugikan negara kan? nggak se gawat kabut asap Kalimantan kan? yang ada lusi hanya harus membentengi perasaannya, menelannya dalam-dalam dan menormalkan lagi ke posisi semula sebagai fuck buddy. Itu saja!

"Umm,,"

"Umm.."

Keduanya bergumam secara bersamaan.

Lusi menekankan pada hatinya untuk tidak pernah tergoda. Ia tahu pemikiran untuk bertahan sebagai fuck buddy dan menormalkan perasaan itu bulshit saja. itu hanya alibi karena lusi ingin lebih lama bersama Sam. Itu karena meninggalkan pria ini sama seperti meninggalkan pulau Komodo dan tinggal di Jakarta. Meninggalkan udara bersih dan datang ke gudang polusi. Namun kamu harus ingat, pulau Komodo tidak selamanya aman. Pulau Komodo kadang sangat berbahaya. Bisa saja kamu terseret air laut di sana. bisa saja kamu binasa karena kesenangan yang di tawarkan di sana. ah, jauh dan sungguh tidak jelas sekali pengibaratannya.

"Sam, selamat tinggal." Lusi meraih tas nya.

"Tunggu." Sam meraih tangan lusi. Keduanya bertatapan. Entah bagaimana lusi bisa melihat rasa takut di mata Sam.

Apa pria itu takut kehilangannya? Bukankah pria itu sangat mudah mendapatkan yang ia mau kalau ia ingin? Lusi merasa bodoh tentang imajinasinya tentang rasa takut di mata Sam. Itu hanya imajinasi dari bagian dirimu yang tidak ingin meninggalkannya Lus. Itu imajinasi yang menahanmu agar tidak pergi.

"Kenapa?" lusi menarik tangannya dari genggaman Sam. Tiba-tiba ia merasa tangannya panas.

Oh tidak. Ia sudah jatuh sangat dalam lebih dari yang ia ketahui dan akui.

Faktanya lusi bersedia melakukan apa saja sekarang untuk kembali ke hari dia sign up di dating site itu.

Dia tidak akan muncul dengan ide fuck buddy atau hubungan bebas lainnya itu.

Dan kalau mungkin harus, lusi tidak akan membalass pesan dari pria yang bernama Samuel Flynn.

"Tidak bisakah kita bicara?" Sam terdengar memelas. Ia memasukan tangannya ke saku dengan canggung.

"Baiklah." Akhirnya Lusi menyerah untuk hal itu. baguslah, ia akan memiliki waktu lebih banyak bersama Sam. Sedikit lebih banyak sebelum mereka menjadi tak saling mengenal.

***

Design apartement Sam mengerikan. itu yang lusi pikirkan saat mereka mulai duduk di meja makan. Mereka memutuskan untuk bicara tadi, namun sudah berapa puluh menit, sama sekali taka da kata yang keluar.

Dan lusi hanya terus mengedarkan pandangan kemanapun kea rah lain selain Sam. Jika tidak ia bisa saja bertindak gila dan melompati meja untuk menerkam pria itu lagi. kaitan seksual mereka lebih dari gila.

Dan itulah akhirnya, dia memperhatikan bangunan yang di dominasi warna abu-abut itu. ugh, datar sekali.

Selera pria ini bermasalah. Minimalist sih minimalis, tapi ini sama sekali tidak hidup. Lusi tak pernah memperhatikan sebelumnya. Karena sebelumnya dia selalu di kadar bernafsu tingkat tinggi.

"Apa kau yakin ingin mengakhiri ini?" Sam akhirnya membuka mulut pertama kali. Memang seharusnya bukan? dia yang meminta untuk berbicara.

"Iya." Lusi menggumam.

"Kenapa?" Pandangan Sam menusuk masuk ke dalam diri lusi.

"Karena aku tidak menikmatinya." Lusi menaikan suara lebih tinggi dari yang ia maksudkan.


TBC


One Night StandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang