December, 2013
Dulles International Airport nampak lenggang. Ini hari senin dan memang bukan jadwal liburan. Seorang pria berjas abu-abu dengan kemeja hitam di dalamnya nampak sangat menggoda mata beberapa wanita yang melewatinya. Kacamata hitam bertengger di atas hidungnya, menutupi mata coklatnya. Rolin menatap sekeliling, bandara kebanggan negaranya itu masih belum banyak berubah.
Sudah tiga tahun lamanya. Batinnya. Rolin memandang pria gagah yang dari jauh tersenyum kepadanya. Orang kepercayaannya, pegawai terhebatnya, teman masa kecilnya, sahabatnya, Austin Kyl. Dulu, mungkin Rolin hanya menganggap dia sebagai salah satu karyawan yang paling hebat saja, yang paling bisa dia andalkan, tapi setelah lama tidak bertemu, dia menyadarinya bahwa tidak sepantasnya Rolin begitu terhadap Austin.
"Selamat datang sir!" Austin membungkuk hormat. Rolin memegang bahu Austin, menariknya agar si pemilik kembali berdiri tegak, sedetik Rolin langsung memeluk Austin. Pelukan khas sahabat lama yang baru saja bertemu. Austin nampak bingung tapi tak urung dia juga membalas pelukan Rolin padanya dan di tersenyum mendapati perubahan dalam diri Rolin.
Rolin melepaskan pelukannya. "Hentikan memanggilku begitu ! Kita sahabat, bukan atasan dan bawahan. Maafkan tingkah kurang ajarku dulu padamu!" Nada ucapan Rolin sedikit memerintah, walaupun begitu ada ketulusan disorot matanya. Austin tidak memperdulikannya, dia sangat mengerti bagaimana sifat Rolin. Pria itu tulus, hanya kurang tau bagaimana mengucapkannya. Menjadi seorang bos di usia yang muda membuatnya menjadi seperti itu. Dia tidak boleh terliha lemah di depan siapapun.
Austin tersenyum "Aku sedang fikirkan bagaimana caranya agar kau ku maafkan" Jawab Austin licik. Rolin menggeram jengkel "Apaa--" Austin menyela. "Bohong ! Kau itu masih tidak bisa di ajak bercanda ya?!" Austin tergelak. Beberapa orang menatap kagum pada kedua pria muda itu. Rolin ikut tertawa. Austin mengambil koper Rolin dan melangkah menuju mobil putih keluaran terbaru yang memang baru di beli oleh Rolin. Dia meminta Austin membelikannya. Mereka bercerita selama di dalam mobil, lebih banyak tentang perusahaan, juga tentang gadisnya.
****
April, 2010
"Ini pegawai baru, namanya Rolin. Dia akan membantu divisi pemesanan." Semua orang diruangan menatap pria muda yang berdiri di samping atasan mereka. Ada 6 orang disana, 2 perempuan dan 4 pria, kini menjadi 5 pria termasuk Rolin. Rolin tersenyum, para pria dan perempuan disana juga tersenyum. Rolin melirik ke arah perempuan berpakaian formal dengan blazer hitam. Heel hitam tertutup menghiasi kakinya. Cantik. Satu kata itu cukup melukiskan bagaimana sosok perempuan itu, yang kini nampak merasa risih dengan pandangan Rolin terhadapnya.
"Ini Karen, yang akan menjadi partnermu. Perempuan disebelahnya itu Pene, kemudian itu Lucas, Vick, Han, dan Jack" Jelas Deriel-atasan mereka. Rolin mengangguk sopan pada orang-orang didepannya-calon pegawainya, lebih tepatnya. Nampak wajah-wajah ramah disana. Deriel meminta karen untuk mengajarkan pada Rolin apa yang harus dia kerjakan. Rolin menurut saja saa Karen meminta dia untuk mengikutinya menuju meja kerja Karen.
Saat ini memangnya apa yang bisa Rolin lakukan ? selain bertingkah layaknya pegawai baru yang datang dari desa antah berantah? Ini lah hukuman untuknya.
Sebulan lalu, akibat ulah wanita jalang itu!. Wanita ular yang sangat berbisa itulah, menguras keuangan perusahaannya dan membuat perusahaannya bangkrut. Papa nya murka padanya, menjatuhkan hukuman yang sangat menyebalkan baginya. Dia harus memulainya dari awal, menjadi bawahan di perusahaannya sendiri-suatu saat nanti.
"Kau bisa menggunakan komputer bukan?" Tanya Karen. Sedikit ada nada berharap jika pria di sampingnya ini mengerti cara menggunakan komputer. Kenapa dia berfikir seperti itu? tentu saja sesuai informasi yang dia dengar bahwa pria tampan ini berasal dari desa-yang entah darimana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Poison, My Lust (Sudah Cetak)
RomanceCinta ini begitu besar. Kasih ini begitu dalam. Tetapi belum mampu menembus dinding penghalang. ~ Karen Anastasia Cinta ini begitu besar. Kasih ini begitu dalam. Tetapi belum mampu membuatmu tetap bertahan. ~ Rolin A. Revynilo Pernahkah kau percaya...