Ini masih Flashback yang kemarin ya ..
++++++++++++++++++
Akibat masalah semalam, hubungan kami berdua mendingin. Lebih tepatnya sikapku padanya yang berubah dingin. Emosiku masih meledak-ledak jika mengingat perselingkuhannya. Tapi anehnya dia bersikap seolah-olah tidak melakukan kesalahan apapun. Seakan-akan aku yang bersalah.
Aku mendiamkannya, tapi dia lebih mendiamkanku. Tidak ada keinginan darinya mencoba mengajakku bicara. Ck, sepertinya aku lupa dengan sifatnya yang satu itu. Masa bodoh.
Sehari penuh aku mengacuhkannya. Hanya ketika ada ayah dan ibu aku berbicara dengannya, itu pun hanya sekedarnya saja. Aku tidak mau ayah dan ibu tahu kami bertengkar padahal kemarin masih baik-baik saja.
Tapi sepertinya ibu menaruh curiga dengan sikap kami, sedari tadi beliau menatapku seolah-olah meminta penjelasan, tapi hanyaku balas dengan senyum dan gelengan kepala. Ini bukan saat yang tepat untuk menjelaskannya.
Saat ini aku, Fadlan dan kedua orangtuaku sedang bersantai di depan teras rumah. Ayah dan Ibu sedang mengobrol dengan Fadlan. Mulai dari masalah pekerjaan sampai tentang masa kecilku dan segala kebiasaanku. Fadlan terlihat serius mendengarkan omongan ibu. Aku hanya sesekali menimpali jika ibu sudah mulai membicarakan hal-hal yang membuatku malu.
"Bener loh nak Fadlan. Ann itu dulu anaknya sangat tomboy. Ibu pernah dipanggil ke sekolahnya gara-gara dia berbuat ulah di sekolah. Saat itu dia kelas lima SD. Dia mukul anak cowok sampai berdarah. Saat ditanya, ternyata alasan si Ann memukul anak itu karena dia bilang Ann bukan anak cewek karena tidak pernah sekalipun terlihat bermain dengan anak perempuan yang lain. Hobbynya itu bermain sepak bola." Jelas ibu panjang lebar membuat Fadlan sesekali tertawa. Moodku yang sedang tidak baik, menjadi bertambah buruk.
Aku tahu Fadlan sesekali melirikku ditengah-tengah obrolan mereka, tapi aku berpura-pura tidak tahu. Sedari tadi aku menyibukkan diriku dengan ponselku. Bertukar chat dengan temanku lebih asik daripada melihat wajah Fadlan yang membuatku kesal.
"Kita jadi pergi nggak?." Aku sempat kaget mendengar perkataan Fadlan yang tiba-tiba. Aku mendongakkan kepalaku dan melihat sekeliling. Ternyata ayah dan ibu sudah tidak ada. Kapan mereka pergi?
Ku alihkan pandanganku ke depan menghadapnya. Dia masih menatapku menunggu jawaban. Sebenarnya kami ada janji nonton berdua hari ini. Film favoritku. Aku sengaja menunggunya datang agar kami bisa menontonnya berdua. Tapi dia membuatku kesal.
Sungguh, aku sedang tidak ingin kemana-mana hari ini. Tidak setelah kejadian semalam yang membuat moodku hancur.
"Ya udah kalo nggak jadi pergi. Mending aku pulang. Nggak enak sama orangtua kamu kita diem-dieman gini." Fadlan beranjak dari kursinya dan bersiap untuk pergi. Aku menahan pergelangan tangannya sebelum dia melewatiku. "Oke. Aku mandi sekarang." Ucapku dan segera berlalu menuju ke kamar.
Kasihan juga kalau aku mendiaminya. Dia sudah jauh-jauh datang kemari hanya untuk bertemu denganku dan aku tidak setega itu membiarkan semuanya sia-sia. Meskipun dia telah menyakiti hatiku. Dan aku tidak ingin melewatkan kesempatanku untuk nonton film favoritku.
~
Disinilah kami sekarang, disalah satu studio bioskop. Aku tidak tahu bagaimana jalan cerita dari film ini. Fokusku tidak disini. Aku masih terpikirkan dengan kemungkinan alasan kenapa Fadlan bisa menghianatiku. Selama durasi film diputar, selama itu pula air mataku terus mengalir.
Hatiku sakit. Pikiranku mulai menjalar kemana-mana. Aku sempat berpikir kalau mungkin saja aku ini hanya menjadi mainannya saja. Bagaimana bisa dia memperlakukanku seperti ini? Setelah apa yang sudah kuberikan kepadanya. Cinta, bahkan masa depanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can I ?
RomanceBerulang kali kau melakukan kesalahan yang sama. Berulang kali pula aku memaafkan. Mencoba menguatkan hati dan berpikir positif kalau kau pasti akan berubah. Aku bingung harus bersikap bagaimana lagi ke kamu agar kamu mengerti? Jika tahu mencintaimu...