Mereka Adalah Darah Murni (part 1)

82 4 1
                                    

"If there is in this world a well-attested account, it is that of vampire. Nothing is lacking: official reports, affidavits of well- known people, of surgeons, of priests, of magistrates; the judicial proof is most complete. And with all that, who is there who believes in vampire?"

Rumor mengenai vampire beredar sangat cepat di sekolah. Hari ini insiden mengerikan itu terulang lagi, banyak anak-anak yang ketakutan ketika mendengar soal vampire. Korban kali ini berbeda dari sebelumnya. Polisi menemukan tiga mayat sekaligus di tempat yang berbeda. Yang menyamakan mereka adalah bekas gigitan di leher. Sangat jelas bukan sebuah kebetulan. Akibatnya, banyak yang menafsirkan bahwa pelakunya adalah vampire. Makhluk malam yang mengincar darah manusia.
Kelas hening saat guru mata pelajaran sejarah mengajar. Banyak anak yang tidak semangat. Mereka masih khawatir pada tragedi mengerikan yang terjadi. Guru yang mengajar juga tampak gelisah dan murung. Sampai pelajaran berakhir tidak ada aktivitas berarti yang terjadi.
Sebetulnya, mereka hanya ingin menenangkan diri. Mereka tidak ingin memercayai kejadian yang menimpa kota mereka. Mereka hanya terguncang. Kara hanya bisa memakan camilan untuk menenangkan pikirannya. Setidaknya ada satu hal yang membuat Kara tersenyum. Masih ada Mike sahabat yang selalu ada di sampingnya.
"Halo, Teman-Teman."
Suara yang kedengaran familier itu menyapanya. Dengan malas Kara mendongak, dan melihat ... Mark tersenyum di depannya. Kara melongo.
"Mark?"
Mark mengangguk pasti. Seperti biasanya wajahnya sungguh memesona.
"Kemana saja selama ini? Menghilang tanpa kabar?" Mike berkomentar. Ketika melihat Mike, Mark juga melontarkan ekspresi terkejut melihat penampilannya yang berubah.
"Yah, aku tidak bisa menjelaskannya, tapi setidaknya aku bisa hadir lagi di sekolah ini," Mark tersenyum. Suasana menjadi lebih baik. "Aku dengar, ada pembunuhan aneh yang beredar di kota, ya?"
Mereka berdua mengangguk. "Pembunuhan yang membuat semua menjadi ketakutan. Sampai sekarang masih belum tahu siapa pelakunya. Meskipun banyak yang bilang pelakunya vampir," jelas Mike lesu.
Mendengar kata vampire, air muka Mark tampak berubah. "Ada apa, Mark?" Kara bertanya.
"Oh, bukan," jelas Mark. "Aku hanya heran, mana mungkin vampire masih ada di zaman ini?"
Kara mengangkat bahu. "Tapi, di leher korban di temukan bekas gigitan. Tidak mungkin kalau binatang. Berbisa yang menyebabkan semua ini."
Keheningan menyebar. Tidak ada percakapan yang terjadi. Mark tampak berpikir keras. Memikirkan kejadian aneh yang masih menjadi misteri dan teror bagi anak-anak sekolah ini. Di sisi lain, pegawai kantin yang murung sibuk membersihkan bekas-bekas makanan dengan lemas. Banyak yang tidak minat makan sekarang ini.

"Mark, ada apa dengan matamu?" Tanya Mike tiba-tiba. "matamu berwarna ... keemasan."
Mark membelakak. "Benarkan? Aku rasa kamu salah lihat."
Benar sekali. Bola mata Mark berbeda dari yang lain. Bukan biru atau hijau seperti pertama bertemu. Melainkan keemasan. Kate dan Mike tercengang-cengang. "Apa yang kamu lakukan pada matamu?" Tanya Kara.
Mark merasa sedikit gugup. "Aku hanya memakai lensa kontak."
"Aku baru tahu kalau ada lensa yang berwarna keemasan."
"Eng ... iya, memang ada, mungkin ... eng, hanya kalian ... " Tiba-tiba suara deringan ponsel menghentikan perkataan Mark. Dia mengambil ponsel di dalam kantong dan melihat siapa yang mengiriminya pesan. "Eng ..., maaf teman-teman sepertinya aku harus duluan. Bye."
Mark berlalu begitu saja. Ada yang aneh dengan Mark. Seolah menyembunyikan rahasia dari Kara dan Mike. Namun, Kara merasa bahwa mata Mark ini tidak seperti mata manusia umumnya. Lalu, dia teringat kembali tentang seseorang tadi malam. Laki-laki itu. Apa jangan-jangan ....
Mustahil. Dia tidak mungkin Mark. Mark bukanlah manusia bertaring. (melainkan dia pemain ggs (?) Loh ngaco) Mark bukanlah vampir atau semacamnya. Namun, entah mengapa Kara merasa ada hal yang aneh dengan Mark. Sesuatu di dalam benak nya mengatakan bahwa mark yang membunuh korban-korban itu? Yang benar saja, mana mungkin.
Setahunya vampir akan terbakar jika terkena cahaya matahari. Akan tetapi, Mark tidaklah terbakar, bahkan dia tidak merasakan kesakitan saat berhadapan langsung dengan cahaya matahari. Bagaimana dengan matanya? Ah, semuanya kacau. Begitu rumit. Masalah ini benar-benar membuat Kara pusing.
Satu hal yang masih mengganjal. Siapa Mark sebenarnya?

"berita terkini, seorang ibu dan anaknya baru saja ditemukan tewas dalam keadaan mengenaskan. Sekujur tubuh mereka dipenuhi luka, percikan darah di seluruh ruangan dan yang sangat ganjil, kembali muncul dua lubang membekas di leher mereka. Diperkirakan waktu kematian mereka sekitar pukul sepuluh malam. Seorang saksi mengatakan bahwa sebelumnya dia melihat mereka berjalan menuju rumah. Bukan hanya itu, dia sempat melihat ada sekelebat bayangan berlari seperti kilat mengikuti si ibu dan anaknya ..."
Kara mematikan televisi. Sekarang yang dia butuhkan adalah laptop. Dia ingin mencari kebenaran tentang makhluk menyeramkan itu. Dia mencari situs-situs mengenai teori dan asal usul vampir. kara memilih salah satunya yang tampak menarik.
Teori mengenai asal usul vampir pada abad ke -13 yang diduga berasal dari orang-orang mati yang jasadnya masih dalam keadaan utuh. Mayat ini yang akhirnya bangkit dan bergentayangan ke alam manusia. Memburu dan menghisap darah. Teori lain mengatakan bahwa vampir itu sebenarnya jelmaan dari Vlad Dracul. Raja yang merupakan seorang Dracula. Sadisme, kejam, san suka berperang. Buktu yang menandakan terlihat dari kebiasaannya mandi dan meminum darah manusia sebelum berperang.
Pernyataan orang-orang di Transyylvania, negara yang disebut sebagai asal usul Vampir, mennyatakan bahwa makhluk pengisap darah itu 'eksis'. Makhluk itu ada, terlihat pada kebiasaan merek meletakkan bawang putih di pagar rumah, supaya vampir tidak menghisap darah mereka.
Kara mematikan laptopnya. Sekarang dia sudah mengetahui beberapa hal tentang makhluk bertaring. Memburu manusia pada malam hari dan menghisap habis darahnya. Kara melirik jam tangan. Pukul 14.35 siang. Dia mengambil tad dan bergegas ke luar rumah.
"Kara kamu mau ke mana?" Tanya Esme ketika dia keluar rumah dengan buru-buru.
"Aku akan ke tempat teman. Sepertinya aku agak telat pulangnya," seru Kara.
Di luar langit tampak gelap. Awan hitam berpilin, tapi entah apa emang akan terjadi hujan atau badai salju. Namun ini belum memasuki musim dingin. Apa pun itu, tidak sedikit pun mengurangi niat Kara untuk membayarkan rasa penasarannya terhadap Matk. Temannya sendiri.

Kara sampai hampir satu jam setelah itu. Dilihatnya daerah yang menjadi tempat berpijaknya saat ini. Hutan berlapis-lapis dengan jalan setapak sunyi yang tampak seram jika kamu melewatinya malam hari (areyoukiddingme?-,-). Pasti banyak kawanan serigala di sini (bkan ggs ya-,-). Seperti yang dia ketahui sebelumnya, rumah Mark adalah bangunan mirip vila. Dan, pasti bangunan itu akan terlihat dari sini. Kara melihat-lihat. Jarak antara satu rumah ke rumah lain agak jauh. Pohon-pohon membatasi bangunan-bangunan itu.
Kara melangkah pelan, menikmati bunyi yang dihasilkan oleh batu-batu kecil yang dia pijak. Sejauh ini tidak ada tanda tanda kehadiran manusia. Tempat yang seolah terisolasi dan sunyi sekali. Yang terdengar hanya bunyi burung-burung di atas ranting.
"Hei, anak muda. Apa yang kamu lakukan di sini?" Suara nenek-nenek menyapa Kara. Ketika dilihatnya itu adalah seorang nenek berkacamata yang sedang duduk di beranda rumahnya. Dia menatap Kara bingung.
"Aku akan ke rumah teman, Nek"
"Aku sarankan kamu untuk terus waspada. Tempat ini sangat berbahaya."
Kara mengangguk saja dan menambah kecepatan langkahnya. Orang-orang yang sempat melihatnya langsung meringkuk ke dalam rumah. Bahkan ada yang menutup jendela. Mungkin orang-orang di sini begitu waspada.
Terdengar bunyi sekelompok burung yang terbang memecah keheningan. Burung-burung itu berputar putar sementara, kemudian berlalu pergi. Ada sebuah rumah besar berwarna putih kokoh di kawasan ini. Jangan-jangan itu adalah rumah Mark.
Semak-semak menghalangi serta bunyi serangga penghisap darah mulai beterbangan di sekelilingnya. Srek ... srek ...
Kara mendengar sesuatu. Dia melihat ke samping kanan. Tempat suara itu berasal, rerumputan di sana bergoyang-goyang (itu rumput yg sedang bergoyang kaka :v). Apa itu? Makin lama suara itu terdengar makin keras. Dan, sesuatu bergerak mendekati Kara. Tiba-tiba dia teringat pesan si nenek tua. Kara menelan ludah. Pikiran jelek menghantuinya. Lalu sesuatu melompat ...
"AAA!" ("BBB" pekik author :v ngapain lanjutin pea -,-) pekik Kara sambil menutup mata. Ketika dia membuka mata, yang ditemukannya adalah seekor kucing hitam. Kara menggerutu. "Dasar, kucing nakal! Kamu membuatku jantungan!"
Kini, dia melangkah lebih cepat. Ada banyak bunyi semak-semak di sekelilingnya, yang memang membuatnya takut. Itu pasti kerjaan kucing hutan lagi, atau mungkin kelinci yang berusaha menakutinya. Perlahan, dia mendengar sebuah suara. Itu suara manusia. Awalnya pelan dan tidan jelas. Lalu, mengeras seiring Kara berjalan mendekatinya.

(TO BE CONTINUED) Penasaran lanjutannya? Akan segera saya terbitkan (jika sudah slesai ngetiknya :v)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pure bloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang