"BUAHAHAHAHAHAHA" kedua murid laki-laki itu tertawa terpingkal pingkal di koridor sekolah. Tak jarang keduanya tidak sengaja bertubrukan dengan murid lain yang berlalu lalang.
Gama yang berjalan di belakang Abby dan Dehaan hanya bisa menggeleng heran kenapa dia bisa berteman dengan mereka, sambil sesekali meminta maaf pada murid lain yang mulai merasa terganggu dengan kerusuhan mereka.
Sebenarnya, siswi disini sama sekali tidak merasa tengganggu. Bahkan mereka tidak masalah jika hari mereka yang tenang harus terganggu oleh dua cunguk itu. Bagaimana tidak, tiga remaja dengan paras bak malaikat dengan roti sobek dibalik baju mereka dan segudang prestasi membanggakan. Siapa yang berani menolak anugrah sebesar itu disekolah. Melihat Dehaan dan Abby yang sedang tertawa lepas saja sudah ada dua siswi yang tumbang di koridor. Berterimakasihlah pada mereka ber tiga yang membuat ekskul PMR di sekolah mereka sangat aktif.
Satu satunya pihak yang dirugikan disini adalah siswa laki laki. Nasib memang, lahir dengan wajah pas pasan wkwkw. Beberapa ada yang menatap tidak suka, ada juga yang tidak peduli atau lebih tepatnya pasrah jika sehabis ini pacar mereka pada minta putus.
Kenalkan, dia Gamaliel Dierja Hardinata. Kedua orangtuanya sudah meninggal dan dia adalah anak tunggal. Perusahaan minyak lepas pantai ayahnya yang berpusat di USA itu kini dipegang oleh Mamanya. Di USA sana Mamanya tinggal bersama adik laki lakinya yang hanya berjarak 2 tahun lebih muda darinya, Kennan.
Hidup sendiri tidak membuat Gama menjadi anak yang berandalan walaupun ia bisa saja. Ditambah lagi ia selalu dikirimkan uang bulanan yang tidak bisa dibilang sedikit.
Tapi bukan berarti Gama anak yang alim. Justru kadang Gama bisa kumat dan jadi gesrek seketika. Ohh itu semua salah kedua sahabatnya, Dehaan dan Abby. Keduanya merupakan mood buster bagi Gama. Walau kadang rasanya Ia ingin sekali menggantung mereka di atas patung pancoran sampai tewas.
Diantara mereka bertiga, Gamalah yang paling waras. Gama sangatlah tenang, damai, baik namun dengan caranya sendiri. Wajahnya tampan, tidak ada kebarat baratan tapi tetap saja tampan. Ia lebih suka menghabiskan waktunya di perpustakaan dari pada di lapangan basket. Tapi jangan temehkan dia, Gama sangat ahli dalam bidang ini.
Sisa tawa Abby dan Dehaan masih saja berlanjut. Dan berlanjut bahkan sampai mereka akhirnya sudah selesai menuruni tangga dan sampai di lantai satu.
Gama hanya diam saja, sudah terbiasa melihat kekonyolan mereka.
"Woy, nitip gorengan ya" teriak Gama. Seperti biasa mereka akan berpisah, Gama ke perpustakaan, lalu Abby dan Dehaan akan ke kantin.
"Eitt!!" Teriakan Abby membuat Gama terhenti, sampai sampai membuat mereka menjadi pusat perhatian.
Sebelah alis Gama naik seakan tanda 'kenapa?'
"Uangnya mana?? Hehehe" tanya Abby sambil mengadah tangannya di udara.
Gama hanya memutar matanya sambil mengambil dompet sakunya lalu memberikan selembar uang dua puluh ribu pada Abby.
Setelah menerima uang itu, Abby dan Dehaan segera berjalan ke kantin untuk makan karena perut mereka sudah meraung minta diisi.
Perjalanan Gama menuju perpustakaan yang sempat tertunda tadi kembali berlanjut. Ia berbelok setelah tangga, kemudian.
BRUKK
"Argghh" rintihan seorang siswi masuk ke pendengaran Gama yang sekarang sudah terlentang dengan sangat mengenaskan di atas lantai. Sepertinya siswi itu tadi sedang berlari sehingga tambrakannya lumayan sakit.
Gama langsung berdiri. Dan mengulurkan tangannya kepada Siswi tersebut. Ia masih saja merintih kesakitan sambil menundukkan kepalanya.
"Lo ga apa apa?" Tanya Gama.
"Anjirlahh. Masih nanya lagi. Ya sakitlah gimana sih! Jalan tuh yang bener dong!" Marahnya sambil mendongakkan kepalanya. Dia Virla.
Gama tidak lagi kaget dengan tanggapan Virla. Ia sudah menduga dari pakaian dan penampilan Virla, Gama sudah sangat yakin kalau Virla bukanlah cewe yang mudah untuk dihadapi.
Ketika Virla mendongakkan kepalanya dia sedikit terkejut dengan anugrah Tuhan yang ada di depannya sekarang jni. Namun segera ia tutupi dengan wajah palsunya. Yaampun, kenapa tidak ada yang memberitahunya bahwa ada target semacam Gama yang bisa Ia dekati.
KAMU SEDANG MEMBACA
'Our Space'
Novela JuvenilBerawal dengan gagalnya semua rencana Virla karena Gama. Berawal dengan jengkelnya Virla karena semua kegagalannya. Hingga Gama seakan menjadi candu untuk Virla, tawanya, kerutan di dahinya jika marah, hangatnya. Dan bagaimana semesta seakan tertuju...